Seorang suami yang mencintai istrinya. Seorang ayah yang menyimpan kebahagiaan di mata buah hatinya.

Ellie dan Puisi Lainnya

Rafael Yanuar

1 min read

Ellie

aku tak punya apa-apa lagi

ellie, ellieku sayang
dengan air mata berlinang
mengantar daun-daun gugur
dari halaman rumahnya

dia berkata,
bawalah aku ke titian
yang mampu menyeberangkan
yang tak terseberangi
jurang di hatiku sendiri

sedalam apa luka
yang ditawarkan hidup
hingga kau memilih pergi
sementara
tak ada apa pun
di ujung sana?

benarkah tak ada apa pun?

ellie, ellieku sayang
siapa yang menulis obituarimu?
siapa yang membaca epitafmu?
siapa yang kelak mengenangmu?
puisi ini tak mampu mengingat
lebih dari yang mampu
diingat air mataku

Kereta Usia

di kereta ini aku mengenang
hari-hari berangkat
saat muda dulu

kau dan aku berebut jendela
hujan-panas silih berganti
gelap-terang bertukar jaga

kita berpisah di stasiun lalu
kauturun lebih dulu
sendiri memandang jendela
bilakah kita berjumpa lagi?

di peron tua entah di mana
giliranku tiba pada akhirnya
bahagia—ataukah sesal—yang menunggu?

Tahun-Tahun Kesunyian

di rumah yang tak kunjung kaumiliki
kerap kaupandang bintang yang berkilau
tanpa suara
tanpa kata
angin tak menyampaikan kabar apa pun
malam tak menjanjikan kepulangan siapa pun
tapi tetap kautunggu
yang tak kunjung datang
seolah tahun-tahun yang berlalu
tak kauanggap jatuh

di rumah yang tak kunjung kaumiliki
kau bertanya kepada satu bintang
yang pecah di lantai langit itu:
darah siapakah
yang memercik
yang menyampaikan kabar
begitu samar
begitu kedap?
kaututup matamu dan menangis

Jalan Berliku ke Rumahmu

jalan berliku ke rumahmu
hujan yang menahan langkah
tak menyurutkan niat
sudikah kelak kaubuka
pintumu yang baka?

angin yang berembus
tenang menggugurkan
rimbun yang dulu kekal
tapi jalan pulang itu
aku tahu pasti
tetap sama

kupejamkan mata
mendengar suara
kaukah yang bicara?

kulambatkan langkah
mendengar derap
kaukah yang mendekat?

Sejenak Saja

aku ingin menjadi
mata yang kaugunakan
untuk melihat
ribuan kebaikan di dunia.

sejenak saja
aku ingin belajar
darimu yang tabah menerima
yang rela melepaskan.

dengan apa kau mampu
menghadapi hari-hari duka
yang entah kapan
berakhir ini?

aku ingin menjadi
air mata di pipimu
mengobati kesedihan
yang kausembunyikan
dalam hatimu

*****

Editor: Moch Aldy MA

Rafael Yanuar
Rafael Yanuar Seorang suami yang mencintai istrinya. Seorang ayah yang menyimpan kebahagiaan di mata buah hatinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email