Penulis

Ciuman-Ciuman dan Puisi Lainnya

Muhammad Syahroni

1 min read

TERDAMPAR
untuk Euis Kartika Sari

telah kuceritakan untukmu seluruh
semesta kesayangan: langit-langit
kecil di dalam kamar dan seribu
bintang-bintang kurengkuh dari
malam agar tetap megah walau
tanpa matahari.

tanganku tangan udara yang
sanggup memelukmu meski jarak
bagai tembok kabut yang tak
kelihatan. rinduku seperti jarum-
jarum waktu yang tajam
menghunjam kesepian.

DALAM MENCINTAI
untuk Euis Kartika Sari

dalam mencintai memiliki banyak
jalan. kau tahu, kekasih, kunang-
kunang dan malam saling mencintai
dan menciptakan banyak cahaya.

konon cahaya akan memenuhi
diriku dan tumpah, menjadi kasih
dalam kisahmu. dan hujan telah
tumbuh di ujung-ujung rambutmu,
melekat-lekat seperti ingin masuk
ke dalammu, menghapus kemarau
hatimu, menjadi darahmu. telah
terbit di sana, bersusun-susun
musim yang lembut dari nada-nada
yang tak pernah kaulewatkan
menulis kehidupan.

aku menulis puisi dan
mempersiapkan banyak jalan
mencintaimu.

PERJALANAN
untuk Euis Kartika Sari

di jalan setapak itu
telah kucuri bekas jejak langkahmu
dan memasangnya di kakiku
agar sampai aku padamu.

CIUMAN-CIUMAN
untuk Euis Kartika Sari

oleh lelaki nelayan, ombak dipecah
jadi percakapan-percakapan,
embusan napas adalah angin karena
rindu-rindu perlu kabar. di bibir
pantai, puisi-puisi menetas bagai
anak penyu, bagai tatapan yang
menerawang jarak. mereka lahir,
muda, bergemuruh, lalu kekal dalam
pelukan. ciuman-ciuman seperti
benang kehidupan yang kupintal
bersama bibirmu.

PULANG
untuk Euis Kartika Sari

tiap-tiap perjalanan butuh pulang,
kekasih. kita akan pulang ke rumah
milik kita; lengan-lengan yang
butuh pelukan, sepasang bibir yang
butuh ciuman, pekerjaan mencintai
yang tak pernah usai, rindu-rindu
yang tak sama, malam-malam
panjang, cerita-cerita yang tak
pernah selesai diceritakan cinta
kepada dua pasang mata yang saling
memandang, sama-sama tenggelam,
dan sama-sama untuk terus saling
jatuh cinta.

MALAM
untuk Euis Kartika Sari

malam mengubah bibirmu menjadi
kota cahaya yang riuh mengusir
kesepianku. nada-nada yang
dikumpulkan sunyi berdansa
menjalari kerinduan sepekat gelap.

lalu aku tiba di sana, lembah-lembah
yang membuatku tersesat menjalari
tubuhmu. sekujur diriku lalu
menetaskan pulau-pulau, hutan-
hutan, sungai-sungai, pohon-pohon,
dedaunan, lalu jutaan kicauan
burung dan angin-angin— kelak
daun-daun akan menguning dan
menjadi tua lalu terlepas dari
reranting, tapi kita telah di sana
mengenal semua musim, melunasi
tiap-tiap waktu yang bersusun
melahirkan cinta & cerita.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Muhammad Syahroni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email