Bu Mega VS Ibu-Ibu Indonesia

Anisah Meidayanti

2 min read

“Apa setiap hari ibu-ibu hanya menggoreng? Sampai begitu rebutan minyak goreng?” Pertanyaan yang ditujukan kepada kaum perempuan ini diucapkan oleh seorang perempuan yang juga mantan presiden dan ketua partai politik, Megawati Soekarnoputri.

Baca Editorial:

Nama Bu Mega selalu menjadi contoh dan referensi eksistensi perempuan di kancah politik Indonesia. Eksistensi perempuan di kancah politik diharapkan dapat mewakili suara dan berpihak pada pengalaman perempuan untuk membuat kebijakan yang ramah dan setara terhadap perempuan. Ironisnya, pernyataan Bu Mega dalam menanggapi kisruh drama minyak goreng sama sekali tidak memahami suara hati perempuan dalam hal ini para ibu-ibu.

Selain menanggapi masalah minyak goreng dengan cara mempertanyakan dan seolah menyalahkan para ibu atas metode memasak yang hanya bergantung pada minyak goreng, Bu Mega tak ragu memberikan solusi yang katanya inovatif untuk para ibu-ibu. Mengukus, merebus dan merujak adalah tawaran solusi yang diberikan Bu Mega, agar ibu-ibu tidak melulu menggoreng makanan. Padahal, jika kita tarik lebih dalam. Fungsi minyak goreng dalam kehidupan masyarakat tidak hanya untuk menggoreng makanan. Minyak goreng memiliki nilai ekonomi yang berpengaruh pula pada perkembangan alur ekonomi masyarakat. Belum lagi, keterlibatan perempuan sebagai aktor penggerak ekonomi sama sekali tidak tersentuh

Pedagang sembako di pasar, di depan rumah, di ruko yang disewa per tahun yang mayoritas dikelola perempuan menempatkan minyak goreng sebagai barang dagangan untuk diperjualbelikan. Seorang Ibu yang ahli membuat beragam jajanan pasar yang dimasak dengan cara digoreng seperti bakwan goreng, tahu isi goreng, singkong keju goreng, onde-onde, dan jajan pasar lainnya (yang digoreng) membutuhkan minyak goreng sebagai bahan untuk membuat jajanan itu untuk selanjutnya diperdagangkan sebagai sumber utama mata pencaharian.

Keterlibatan perempuan dalam bidang ekonomi sama sekali tidak disentuh oleh Bu Mega. Seolah-olah ibu-ibu gawe-nya hanya memasak untuk suami dan anaknya, bikin ricuh karena rebutan dan tidak inovatif. Padahal keterlibatan perempuan dalam bidang ekonomi memiliki peran besar dalam perekonomian Indonesia. Menurut data Kementerian Keuangan yang dirilis 21 April 2021, peranan perempuan dalam perekonomian semakin signifikan. Pada sektor UMKM, 53,76% dimiliki oleh perempuan, dan kontribusi dalam perekonomian sebesar 61%. 

Bu Mega juga perlu rasanya untuk riset di internet betapa kreatif dan inovatifnya ibu-ibu Indonesia dalam berbagi resep dan membuat konten masak-memasak. Atau kalau perlu, Ibu cek satu per satu grup WhatsApp ibu-ibu. Betapa seringnya mereka berbagi resep inovasi menu makanan beserta metodenya yang beragam.

Bagaimana bisa seorang perempuan dan pejabat politik bersuara dan memberikan solusi yang sama sekali tidak  mewakili suara dan peran masyarakat utamanya perempuan? Ibu-ibu ini cuma butuh solusi signifikan agar dapat mengakhiri drama minyak goreng, Bu. Bukan sebagai pihak yang malah disalahkan. Sudah mumet cari minyak, atur keuangan yang pengeluarannya makin menjadi-jadi, disalahin pula. 

Keterwakilan Perempuan

Keterlibatan perempuan dalam bidang politik telah diatur dalam Undang-undang Nomor. 10 tahun 2008. Dalam UU ini, setiap partai politik diwajibkan mengajukan sedikitnya 30% dari seluruh calonnya dalam pemilu legislatif adalah perempuan, baik itu untuk Dewan Perwakilan Rakyat, DPRD tingkat Provinsi dan DPRD tingkat Kabupaten/Kota. Adanya Undang-Undang ini menjadi ruang keterwakilan perempuan dalam ranah politik. Keterwakilan perempuan dalam ranah politik sangat penting dalam membawa kepentingan dan kebutuhan perempuan dalam pembentukan kebijakan yang merepresentasikan kebutuhan sesuai pengalaman perempuan. 

Sayangnya, dalam kasus ibu-ibu yang metode memasaknya melulu menggoreng dan kerjaannya ribut rebutan minyak goreng. Bu Mega sebagai representasi keterwakilan perempuan di ranah politik seolah tidak memahami posisi dirinya sebagai perempuan juga sesama ibu-ibu dan pemangku kebijakan.

Seharusnya Bu Mega yang memiliki kuasa politik sejak lahir di dunia ini berperan aktif dan turut serta membuat kebijakan atau program dengan cara bersinergi, baik dengan kawan-kawan Ibu yang terhormat di pemerintahan, di dalam partai politiknya atau dengan organisasi kemasyarakatan utamanya yang fokus terhadap isu perempuan. Agar sasaran dan tujuan masalah minyak goreng ini terselesaikan dengan signifikan. Bukan malah membuat situasi semakin rumit. 

Anisah Meidayanti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email