Pelajaran Bunuh Diri dan Puisi Lainnya

Gigin Hilal Ahmadi

1 min read

Pelajaran Bunuh Diri

Bunuh diri adalah pelajaran yang baik
Maka wajib dipelajari. Kata ayahku.

Kata ayahku lagi, Tuhan menyukai manusia yang bunuh diri. Tuhan telah menyiapkan surga.

Ibuku telah mati. Ia melakukan bunuh diri
dengan sempurna. Seperti yang ia pelajari dari ayah.

Kini ia bahagia di surga.

Tapi ayah tak sempat mengajariku cara bunuh diri yang baik. Ia telah pergi. Entah ke mana.

Aku kini sendiri …
bersama diriku sendiri
yang berkali-kali gagal
bunuh diri.

Dilema

Ibuku sebuah rumah
Ayahku balon udara

Aku sebuah dilema
Antara pulang atau terbang.

Doa

Tuhan,  aku tak bisa tidur
tolong bacakan aku sebuah
dongeng.

Dongeng tentang-Mu
tentangku
dan semua yang Kauciptakan.

Terima Kasih

Aku bingung menemui-Mu dengan cara apa
Di mana. Kapan. Bagaimana.

Aku hanya seekor anjing.

Aku hanya menjulurkan lidah. Melolong dan mengaing
Sampai air liurku menetes. Kemudian kujilat kembali.

Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih
kepada-Mu. Aku tahu ini sangat lancang
Tapi apa salahnya ucapan terima kasih?
Kurasa ini tidak berlebihan.

Terima kasih sekali Kau telah menciptakanku

sebagai seekor anjing. Bukan sebagai manusia.

Tersiksa Sajak

Sejak dulu kutulis sajak
Deretan aksara yang berpura-pura bijak
Bahkan cenderung berdusta.

Aksara ini menderet membuat dadaku sesak
Paru-paruku berasa ditancap pasak
Nafasku terjerat sajakku sendiri.

Aku tak kuasa beranjak
Pijakanku tak menapak
Aku melayang. Tapi bukan terbang.

Melayang yang menyiksaku
Aku pesakitan.

Sajakku membuatku melayang
Mengikat leherku. Aku diajak gantung diri
sajakku sendiri.

Aku muak
Ingin kuinjak-injak sajakku sendiri
Tapi aku tak kuasa. Aku sekarat.

Aku tak bisa bergerak dalam waktu lama
Hanya terisak. Itupun tak tampak.

Aku hampir mati
Tapi maaf. Aku tak sudi dibunuh
sajakku sendiri.

Mendung

Di luar mendung
Di dalam mendung

Di sana mendung
Di sini mendung

Di kanan mendung
Di kiri mendung
Di atas mendung
Di bawah mendung

Di barat mendung
Di utara mendung
Di timur mendung
Di selatan mendung

Di sawah mendung
Di gunung mendung
Di hutan mendung
Di laut mendung
Di kota mendung
Di desa mendung

Di Indonesia mendung
Di negeri ini memang
selalu mendung.

Dan kita sudah basah kuyup
sebelum hujan turun.

Alat Pemotong

dinding kasar masih bata-bata kedinginan
nyaris berembun karena menyerap
angin-angin malam

tak ada pigura-pigura berwajah
tak ada cicak-cicak merayap
tak ada jam dinding berdetak
tak ada ayat-ayat suci

tak ada panci-panci berpantat hitam
tak ada lukisan-lukisan warna
tak ada kalender penuh corat-coret

hanya ada alat-alat pemotong tergantung
dan menggigil

“aku akan memotongmu!” ancam gunting rumput
kepada gergaji.

“aku akan memtongmu!” ancam gergaji kepada kapak.

“aku akan memotongmu!” ancam pisau kecil berkarat
kepada malam.

“aku akan memotong sepasang telapak kakiku ini …” ancam ibu kepadaku.

Gigin Hilal Ahmadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email