Mahasiswa Doktoral Ilmu Pendidikan Bahasa, yang berasal dari Gorontalo dan sedang berdomisili sementara di Yogyakarta.

Anatomi Rumah yang Lupa Ingatan dan Puisi Lainnya

Salman Alade

1 min read

Teras Rumah yang Lupa Dinyalakan Lampu

malam menyentuh kusen-kusen
dengan punggung telapak yang dingin,
tak ada nyala, tak ada tanda.
teras itu menunggu sesuatu
yang tak pernah dipanggil kembali.

gelapnya bukan hanya gelap biasa—
tetapi semacam pengakuan sunyi
bahwa segala yang ditinggalkan
lambat laun belajar membiarkan dirinya hilang,
seperti doa yang tak pernah lagi disebutkan.

Pagar Besi yang Lupa Dikunci

gerimis menyelinap ke dalam rumah yang terbuka,
menyentuh kursi, menyentuh lantai.

pagar itu berdiri diam,
membiarkan angin menyalin ingatan.

yang lupa mengunci mungkin juga lupa bahwa pernah ada rumah
yang berharap dikembalikan.

Kran Air yang Lupa Dimatikan

tetes demi tetes,
sebuah lagu retak mengisi waktu.

tetesan itu bukan air—
melainkan sisa-sisa kata
yang tak pernah sempat diucapkan.

kran itu mulut tua yang terus berbicara
meski semua pendengarnya telah pergi.

lantai menjadi sungai sunyi,
mengalirkan penyesalan kecil-kecil
yang bahkan tidak cukup deras
untuk disebut sebagai tangisan.

setiap bunyi kecil itu.
mengabarkan bahwa kehilangan,
selalu mulai dari hal-hal paling sederhana.

Token Listrik yang Lupa Diisi

mati itu sederhana:
cukup lupa.

listrik yang padam bukan sekadar gelap,
tetapi dunia yang melipat tubuhnya,
menyembunyikan warna, suara, dan segala kemungkinan.

setiap saklar adalah doa yang tak dijawab,
setiap klik yang gagal adalah nama-nama
yang pernah kau panggil dalam hati—
dan tak ada satu pun yang menoleh.

Galon Air yang Lupa Diisi

di sudut yang disisihkan,
sebuah galon kosong menunduk,
duduk diam dalam kesunyian,
menggemakan suara hampa
seperti dada yang ditinggalkan.

setiap tubuh kosong
adalah altar kecil,
tempat kesepian bersujud,
menunggu tetes demi tetes perhatian.

bukan karena haus,
melainkan karena tahu:
tak ada lagi yang ingat
cara mengisi sesuatu
yang terlalu lama dibiarkan kosong.

Anatomi Rumah yang Lupa Ingatan

ada teras yang lupa dinyalakan lampu,
membiarkan malam meraba kusennya dengan tangan kotor debu.

ada pagar besi yang lupa dikunci,
menganga, membiarkan apa saja melintas,
entah untuk pergi, entah untuk tidak pernah kembali.

ada kran yang lupa dimatikan,
menyanyikan tetes-tetes kecil,
membentuk danau diam di tengah lantai yang retak.

ada token listrik yang lupa diisi,
membiarkan gelap menjalar dari dinding ke dada.

dan ada galon air yang lupa diisi,
menjadi tubuh kosong di sudut,
menjadi kerongkongan rumah
yang pecah oleh ketidakpedulian.

rumah ini tidak roboh dalam semalam,
tetapi perlahan, perlahan, perlahan—
oleh hal-hal kecil yang dibiarkan sendiri,
hingga akhirnya
tidak ada lagi
yang tahu caranya pulang.

(Yogyakarta, April 2025)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Salman Alade
Salman Alade Mahasiswa Doktoral Ilmu Pendidikan Bahasa, yang berasal dari Gorontalo dan sedang berdomisili sementara di Yogyakarta.

One Reply to “Anatomi Rumah yang Lupa Ingatan dan Puisi Lainnya”

  1. sangat metaforik, maknanya berlapis-lapis, tapi tidak meninggalkan celah kosong semili pun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email