RETORIKA KEPALA
seorang bucin yang sedang lapar
mengeluarkan isu komunisme dan
pluralisme dari dalam kepalanya
yang nyambi memikirkan seekor kelinci imut
dan lucu, dan aduh
dia ingat juga video kesayangan yang sering
ia tonton
lihatlah, di tivi, lihatlah
para politisi onani berjamaah
dengan busung di dada, dan perut yang ah,
membuncah ke segala penjuru isi bumi.
seorang nenek sakit kepala, dan memesan
sebuah roti
yang akan dikenakan dalam celana,
dan seekor kucing yang menjerit, di gigitan
ketiga
jeritannya begini: “mabar dulu, sekolah nanti,
sakit dahulu, mati juga nanti”
diorama itu terus berputar di kepala
dan mampus sudah innalillahi
banyak pahlawan mati, di gim terakhir ini
banyak hero, rebah
kalah!
(2019)
–
AMUK KOTA
kota ini memproduksi banyak pahlawan dan
membunuh sebagian lainnya di hari yang sama.
orang-orang mati setiap hari
orang-orang menangis setiap hari.
kota ini menjual waktu sekaligus pedagang jam
yang menanti waktu kunjungan pelanggan
pelanggan yang setiap hari bertanya,
“di toko seperti ini, semewah dan sebagus ini,
apakah juga menjual rasa aman?”
di sudut jauh kabut asap,
di sudutnya lagi kubangan tambang terus menyumbang
nyawa, tapi, semuanya akan kembali ke sini.
kota ini menawarkan kebenaran dan apa saja
yang kau butuhkan dengan membungkus foto presiden
orang-orang mati setiap hari
orang-orang menangis setiap hari
orang-orang menjual racun dan obat di toko yang sama
tapi kau tak perlu terlalu bersedih
di beberapa portal berita, selalu saja ada yang lucu
video-video viral setiap hari
kau sudah pernah mendengar lagu,
“entah apa yang merasukimu…?”
sekali lagi, kau tak perlu terlalu bersedih
banyak yang telanjang menawarkan hijab
dan menawarkan obat kuat di hari yang sama
ia akan menggelitik kesedihanmu
dan menawarkan bagaimana mengakali kematian
menertawakan mati?
ya, kau hidup seribu tahun lagi.
(2019)
–
MALAIKAT KECIL
kami berlindung dari om-om yang terkutuk
di wajahnya, delapan ekor kambing
hamil secara bergantian
dan saling melempar dendam
adik kami, malaikat kecil di rumah
terkena demam dan flu akut
saat bergoyang di bigo
dan om-om yang terkutuk
dengan delapan ekor kambing di mukanya
menjanjikan koin demi koin
untuk memberangkatkan ayah umroh
ah, kesalnya
ayah banting helm sekaligus motor
ketika mendapati om-om, yang sudah di
kamar adik
beribu bintik dosa, di mukanya
tapi om-om beserta delapan ekor kambing
di wajahnya, cuma bisa ketawa,
“iya, halo juga”
(2019)
–
AKHLAK
kau bicara revolusi moral sambil mengunduh
video ayam telanjang berdurasi panjang
debar jantung hingga ke jantung
retak akal pikirmu
kau lupa bagaimana ibu mengajarkan arti
dan memberikanmu materi seputar
bercocok tanam
kau bilang, sabuk pengaman yang selalu kau
kenakan untuk menepis dosa
harganya satu nyawa manusia
kau sebut itu, sambil ketawa.
(2019)
–
BURUNG BAPAK DEDY
burung bapak dedy
sepanjang puisi
yang ia tulis
agar tidak menangis
ketika mati
burungnya, asal kau tau
bisa lebih panjang lagi
dari mati itu sendiri
pernah bapak dedy
menulis burungnya
dan saya kaget
sebab burungnya selalu
berdiri
di banyak puisi
anunya berdiri ketika baca puisi
dia terus baca puisi
sampai selesai seluruh puisi
anunya masih berdiri.
(2019)
–
IBU DI RUMAH SENDIRI
ibu di rumah sendiri
melempar doa ke mana-mana
aku dapat dua
doa keluar rumah dan doa
lekas kembali
di tempat kerja
aku melukis wajahmu di jendela, ibu
dengan tangkai sapu.
tangkai sapu itu pula yang memukulku
untuk terus di sini, ibu
di luar hujan, seorang bocah berlari
bukan anakku, ibu
menantumu terantuk di depan pintu
lalu lupa kembali
mungkin mati
atau mungkin
main sinetron lagi.
(2019)
*****
Editor: Moch Aldy MA