Tapi Kau Selalu Percaya
tak apa-apakah hidup
begini-gini saja
jauh dari mimpi dan
angan-angan
berkata ya sudahlah
pasrah terhadap segala sesuatu?
sementara melangkah pun sulit
terlahir sebagai manusia
yang biasa-biasa saja
tak punya bakat atau kemampuan
atau bahkan kemauan.
terus-menerus menulis
lirik lagu yang palsu
lama-lama membuatku muak
semesta takkan membantu
apanya yang indah pada waktunya?
hidup ini tak ada artinya
tak ada gunanya.
sudah mati lantas dilupa.
hanya penyesalan demi
penyesalan. kenapa segala
yang kulakukan selalu salah?
kenapa hidupku tak pernah beres?
iblis di kepala berbisik,
waktu bukan ibu
ia takkan memihak
kau tak punya apa-apa
tak punya siapa-siapa.
kau tak layak dicinta
ibahkan oleh dirimu sendiri.
ingin teriak—mengumpat—agar
lega sedih perih. berkata,
aku baik-baik saja.
baik-baik saja.
baik-baik saja!
berharap kau tak percaya.
–
Ada Iblis dalam Diri Kita
pada ulang tahunku
yang ke enam belas
ayahku yang sudah mati
mengirimiku iblis
yang menelan habis
semangat hidupku.
ia ingin aku menjadi
seperti yang dicita-citakan
seolah hidup selalu mudah
kepada siapa yang berjuang.
kau harus jadi penyelamat
bagi mereka yang terkutuk
melawan setan-setanmu
menyelamatkan orang-orang
dari kekafiran.
kadang telunjuknya
menuduh dari neraka—kadang
terasa tangannya di bahu
menekan hingga
punggung membungkuk.
hidup ini kutukan.
ada iblis dalam diri
setiap manusia.
ada setan-setan
yang mustahil dikalahkan.
ada hasrat bunuh diri
yang muskil ditahan.
nak, kutenggak racunku sendiri
kautelan sisanya.
–
Siapa di Sana?
terdengar cungkup
dedaun sayup
subuh pun kuyup
kota pejam
jalan pedam
ada yang sendiri
membersihkan pagi
yang sebentar lagi
–
Jalan ke Surga
terjebak lampu merah—
trabas, masuk neraka—
taat, merahnya kekal
–
Apa yang Mungkin Terjadi
jika kuberanikan diri melangkah
di jalan yang berbeda
jika yang terjadi tak pernah terjadi?
*****
Editor: Moch Aldy MA