Saya adalah seorang guru bahasa Indonesia.

Kembali pada Diri Sendiri: Sebuah Refleksi tentang Menjadi Manusia yang Berpikir

Riyadi Oyad

2 min read

Masih adakah orang yang sungguh-sungguh berpikir? Pertanyaan itu kerap muncul dalam benak saya ketika membaca pemikiran besar dari tokoh-tokoh Jerman seperti Karl Jaspers dan Martin Heidegger, atau dari Prancis seperti Jean-Paul Sartre, Simone de Beauvoir, dan Albert Camus. Saya sangat terkesima dengan karya-karya mereka. Dari sana, saya belajar banyak tentang makna keberadaan, kebebasan, dan tanggung jawab manusia. Selain itu, saya juga membaca Kierkegaard dan Nietzsche, dua pemikir yang menurut saya menghadirkan mantra kepercayaan dan eksistensi yang melampaui sekadar pengetahuan rasional.

Baca juga:

Saya sadar bahwa saya masih pembaca yang awam dan rawan terhadap kesalahpahaman tafsir. Kendati demikian, justru dari keterbatasan itulah saya merasakan bentuk rasa syukur, yakni dengan mengembalikan diri kepada diri saya sendiri, sebuah upaya membebaskan diri sebagai manusia yang berpikir. Bagi saya, segalanya menjadi menarik ketika dimulai dari ketidaktahuan, sebab ketidaktahuan membuka ruang bagi penghayatan yang lebih dalam terhadap pengetahuan dan kehidupan.

Teman-teman saya sering berpendapat bahwa cara berpikir manusia tercermin dari tindakannya, dan tindakan itu berakar pada keyakinannya. Seperti kata Jaspers, “Manusia menjadi sebagaimana ia percaya.” Ungkapan itu menggugah saya untuk merenung lebih dalam tentang hakikat berpikir dan percaya sebagai satu kesatuan dalam eksistensi manusia.

Saya memang belum berani berbicara banyak tentang filsafat, apalagi untuk mendiskusikannya secara mendalam. Namun, ada satu hal yang saya sadari, filsafat tidak akan hidup tanpa berpikir. Pengalaman pun lahir karena adanya pikiran; ide-ide baru tercipta melalui berpikir, dan melalui berpikir pula saya belajar mengambil keputusan.

Dari setiap keputusan, saya merasa hadir sepenuhnya sebagai diri saya sendiri, entah ketika saya memilih untuk menerima pertolongan, terpaksa memberikan pertolongan, atau bahkan ketika saya menderita dan tanpa sadar merugikan orang lain. Saya menyadari bahwa tanpa keputusan, saya tidak akan mencapai apa pun. Bagi saya, proses memahami dan berusaha untuk dimengerti merupakan perjalanan yang menyenangkan. Saya memaknai pengetahuan sebagai iman yang hidup dalam diri.

Satu pertanyaan terus mengiringi langkah saya: “apa yang harus saya perbuat untuk menjadi diri saya sendiri?

Sebab, apa yang saya hargai adalah juga apa yang saya cintai. Saya percaya bahwa manusia tidak akan menjadi apa pun sebelum ia membentuk sosok dirinya sendiri. Menjadi diri sendiri, bagi saya, berarti bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari sesama manusia. Meskipun saya sering berpikir bahwa manusia senantiasa berada dalam penderitaan, saya tetap meyakini bahwa tanggung jawab terhadap diri dan terhadap orang lain adalah hal yang tak dapat dipisahkan.

Saya tidak akan pernah memilih kejahatan. Saya selalu berusaha memilih kebaikan, meskipun saya tahu bahwa tidak akan ada sesuatu yang benar-benar membawa kebaikan bagi diri saya sendiri jika hal itu tidak juga membawa kebaikan bagi orang lain. Dalam hal ini, saya memahami bahwa kebaikan tidak bisa berdiri atas dasar ego semata, ia hanya bermakna ketika menjadi manfaat bagi banyak orang.

Baca juga:

Terkadang saya bertanya dalam hati, “Apa yang akan terjadi jika semua orang berpikir seperti saya, atau melakukan apa yang saya lakukan?

Pertanyaan itu membuat saya menyadari bahwa setiap manusia memiliki cara berpikir dan cara bertindak yang berbeda. Saya pribadi berusaha tidak menggunakan perasaan sebagai pedoman utama dalam bertindak, sebab perasaan sering kali menyesatkan arah keputusan. Namun demikian, saya tetap percaya bahwa pengetahuan sejatinya adalah bentuk iman, keyakinan yang menuntun manusia untuk hidup dengan kesadaran.

Saya teringat pada ungkapan René Descartes, “Tundukkan dirimu sendiri dan bukan dunia.” Sartre kemudian menafsirkan gagasan itu dengan cara yang lebih eksistensial “Kita harus bertindak tanpa harapan.” Kedua pandangan ini saya pahami sebagai ajakan untuk bertanggung jawab atas kebebasan kita sendiri. Artinya, manusia tidak boleh menggantungkan makna hidupnya pada dunia luar atau pada harapan yang belum tentu datang; ia harus menciptakan makna itu melalui tindakannya sendiri.

Saya selalu berpikir bahwa orang lain mungkin bisa melakukan hal-hal yang tidak dapat saya lakukan. Manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan kehidupannya sendiri, dan dari sanalah lahir keberagaman tindakan serta makna eksistensi. Sama halnya dengan saya yang bertindak atas dasar kemauan dan kesadaran saya sendiri. Sebab, pada akhirnya, pengecut akan tetap menjadi pengecut jika ia memilih demikian, dan seseorang dapat menjadi pahlawan jika ia memutuskan untuk melakukannya.

Menjadi diri sendiri berarti menyadari bahwa setiap keputusan adalah bentuk penciptaan diri. Saya tidak ingin menjadi bayangan dari orang lain, melainkan menjadi manusia yang berpikir, memilih, dan bertindak berdasarkan kesadaran akan keberadaannya sendiri. Di situlah, saya kira, letak makna terdalam dari menjadi manusia yakni mengembalikan diri kepada diri sendiri, dan dari sanalah manusia sungguh-sungguh hidup.

“Ich werde wie ich glaube, Ich werde wie ich werte, Ich bin wie ich liebe” tulis oleh Harry Hamersma pada buku Filsafat Eksistensi Karl Jaspers. Artinya adalah: Karena manusia menjadi sebagaimana ia percaya, manusia menjadi sebagaimana ia menentukan nilai-nilainya, dan manusia ada sebagaimana ia mencintai.

Dan sebagai penutup, seperti pernyataan Sartre di Sarbonne yang di tulis oleh Annie Cohen-Solal, dalam pengantar pada buku Eksistensi adalah Humanisme: “Satu-satunya cara untuk belajar adalah mempertanyakan.” Maka dari itu mari kita belajar bersama dan saling mempertanyakan. (*)

 

Editor: Kukuh Basuki

Riyadi Oyad
Riyadi Oyad Saya adalah seorang guru bahasa Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email