Sebelum Masa Tenang dan Puisi Lainnya

Ahmad Rizki

1 min read

Sebelum Masa Tenang

diam, suara waktu yang melebur bayang
lebih surga dari seribu kelakar usang;
bisikan tersembunyi di celah retakan
memanggil—tanpa janji, tanpa panggilan.
tapi jangan abaikan bicara yang hampa,
seperti masa yang purna, seperti luka.
di ujung tenang, ada riuh yang kita lupa,
adakah surga menunggu, atau sia-sia belaka?

tak tahu kita jalan mana membawa
entah jatuh atau hilang tanpa suara.
sepasang kaus kaki di musim beku,
hanya meminta hangat, hanya itu.
dan tubuh lain, dingin dan kelam,
berbagi pikiran serupa dalam diam.
hanya mengharap kehangatan,
bila itu masih dimungkinkan.

diam: jubah bisu yang kita pakai.
bicara: belati yang mengurai.
membelah paradigma,
mencari kesalahan,
ingin memperbaiki,
ingin mengartikan.

lalu tiba masa kita sadar:
diam adalah surga yang membakar,
menyejukkan dada yang tertindih bara,
air yang menyirami neraka.

diam lebih surga dari kata.
bila ada waktu: berdiamlah.

(2024)

Minggu

minggu yang koyak oleh mimpi dan aritmatika
meronta liar di urat kepalaku.

aku menyaksikan revolusi
di sisa kopi dan puntung rokok,
teknologi melukis bunga baja
pada kulit gedung penguasa.

puisi tersedu dalam gelap
tetapi cinta
lahir seperti bisikan jahat
keras brutal dan telanjang
menggaruk lantai Minggu
hanya untuk sampai padamu
perempuanku
yang menggila di setiap soneta
yang sengaja kubiarkan menderita, selamanya.

(2023)

Suara Air Mata

(4/4 ketukan 79 bpm
A#-C-C#)

apa air pada mata yang
tersenyum
di celah-celah kekosongan
menenun anugerah dari bayangan?

(4/4 ketukan 90 bpm
B-C#-D)

apa air pada mata-puisi
yang berlumur dengan noda cahaya ilahi—
yang pudar dalam kegelapan beku
mengalir, membasuh sang waktu?

(4/4 ketukan 110 bpm
C-D-D#)

apa air pada mata—segala rahasia—
yang tertanam di benih sunyi
lahir dalam gelap abadi
dan selamanya mengalirkan
hidup ke dalam kelahiran,
hingga segalanya
menjadi sempurna dan
indah dalam keheningan?

(4/4 ketukan 137 bpm
C#-D#-E-F-F#-G-G#-A-A#)

apa air pada mata
yang tumpah setelah mengembara
pulang dengan nama
cinta?

(2023)

*****

Ahmad Rizki

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email