NATAL DI MAL
Lonceng berbunyi,
bukan di gereja, tapi di kasir supermarket.
Diskon besar, lampu gemerlap,
Santa Klaus tersenyum, tapi tidak gratis.
Pohon Natal tinggi menjulang,
bukan di rumah, tapi di atrium mal.
Anak kecil minta hadiah,
“Papa, aku mau PlayStation!”
Papa senyum kecut,
kartu kredit sudah menjerit.
Di sudut jalan,
ada bocah lusuh main drum bekas,
lagunya “Malam Kudus”,
tapi suaranya kalah sama jingle iklan.
Ah, Natal ini…
Bukan tentang bayi di palungan,
tapi siapa yang menang belanja cepat.
Dan kita?
Diam saja, sibuk foto di depan pohon plastik.
–
MALAM MIMPI
Malam mengubah kantukmu
menjadi roti yang dicemili mimpimu
hingga habis,
jadi remah-remah
yang digondol tikus-tikus
yang sembunyi di kolong ranjangmu.
Kantukmu meregang nyawa
di bawah ranjangmu,
suaranya melengking,
merambat di tiang-tiang ranjang,
menggoyahkan mimpimu.
–
MALAM IBU
Ibumu ngumpet
di dalam malammu,
supaya ia bisa,
setidaknya
mengelus-elusmu
sekali lagi,
setiap malam,
secara diam-diam,
saat kau tidur,
meski dalam mimpi.
*****
Editor: Moch Aldy MA