Pernah belajar fisioterapi dan psikologi.

Memorandum: Album yang Bukan Hanya untuk Pekerja Kantoran

kamarul arifin

4 min read

Perunggu merupakan band rock alternative asal Jakarta yang berisi bapak-bapak pekerja kantoran, yaitu Adam Adenan, Ildo Hasman, dan Maul Ibrahim. Oleh karena itu mereka menjuluki band mereka sebagai band rock pulang kantor. Band ini sudah unik sejak pemilihan namanya: Perunggu. Ini menunjukkan mereka sangat rendah hati, karena istilah perunggu identik dengan juara ke-3. Artinya mereka juga tidak terobsesi untuk menjadi emas atau posisi teratas.

Perunggu mulai terbentuk di tahun 2019, tetapi mereka baru berhasil memproduksi sebuah album penuh berisi 11 lagu di tahun 2022, dan dirilis tanggal 11 maret melalui Podium Records dan dibantu Giovanni Rahmadeva (Polka Wars) sebagai produser. Debut album mereka diberi judul Memorandum, yang berarti pengingat. Pengingat fase-fase kehidupan yang telah mereka lewati, terlebih mereka sudah tidak muda lagi.

Lagu-lagu dalam album Memorandum banyak bercerita tentang kehidupan sehari-hari, yang tak hanya dialami oleh personelnya, tapi juga oleh banyak pendengarnya.

 

Tarung Bebas

Searah dengan judul lagunya yang terkesan garang, Tarung Bebas dibalut dengan musik yang keras, berisik, dan ngebut, paling beda dari lagu-lagu lainnya dalam album Memorandum. Liriknya yang sangat vulgar secara harafiah bercerita tentang baku hantam. Di sisi lain dapat juga diinterpretasi sebagai penggambaran keadaan para ‘petarung’ kehidupan yang pada suatu fase harus menyiapkan pelbagai rencana untuk memenangkan hidup yang keras dan tanpa ampun.

Rahang terkunci. Anggap saja ini detik terakhirmu. Jangan beri ampun dulu. Himpun emosi. Muntahkan jauh seluruh seranganmu. Atur sudut andalanmu.”

 

Canggih!

Di lagu ini trio rockers pulang kantor ini bercerita tentang musisi idola yang mereka kagumi dan kesukaan mereka terhadap musik. Juga impian mereka bahwa suatu saat mereka akan menjadi seperti idola mereka di bidang musik.

Lagu ini juga menggambarkan bagaimana hubungan imajiner antara penggemar dan idola yang tidak sekadar berhenti pada batas mengagumi, tetapi juga menjadikannya inspirasi untuk berkarya.

Kau nyanyikan semua yang kau rasa. Jadi, juga kurasa. Tentang cita, tentang nista. Tentang entahlah, apa saja. Lihat saja, lihatlah saja. Nantikanku ada di sana. Mengisimu, kekosonganmu. Jika semua kau tinggalkan.”

 

Pastikan Riuh Akhiri Malammu (PRAM)

Ini salah satu lagu favorit saya di album Memorandum. Musiknya sangat melodius, temponya santai, dan liriknya cukup puitis. Berkisah tentang nasihat dan cinta seorang ayah terhadap anaknya. Atau bisa saja pendengar memaknainya sebagai rasa cinta kepada siapapun yang sangat dicintainya.

Tumbuhlah mendaki. Seribu upaya ‘kan kau nikmati. Besok hari Senin. Kutemani senyummu seperti kemarin. Silih berganti ruang kaupenuhi. Kuperlu hadir di semua yang kau tangisi. Panggil aku kapanpun kutemani. Pastikan riuh akhiri malammu lagi.”

 

Membelah Belantara

Di lagu ini Perunggu berbagi kisah tentang mimpi dan perjuangan, serta beratnya hidup di masa muda sebelum mencapai cita-cita. Di lagu ini Perunggu juga berbagi semangat dan optimisme untuk mencapai suatu tujuan. Musiknya cukup menghentak namun tak sampai memekakkan telinga.

Entaskan. Ragu kerap berkuasa. ‘Kan kupastikan. Semua berperan. Pelan, tertatih. Bawaku keluar dari sini. Tradisi tak selamanya akan berisi. Bersama bangunkan semua ambisi. Melawan tanpa mencabik.

 

Haru Paling Biru

Sesuai judulnya lagu ini bercerita tentang seseorang yang sedang mengalami luka yang mendalam, dan Perunggu hadir menawarkan diri untuk menemani orang tersebut merawat lukanya. Lagu yang cocok bagi setiap kita yang terluka dan kesepian di tengah kehidupan urban yang seringkali membuat kita terasing, hidup tanpa teman, sebab sibuk dengan urusan masing-masing.

Menyamarkan. Haru paling biru. Tambal sulam luka itu. Hitung semua hingga utuh. Jika diam yang kaupilih. Berhakkah kumenemani? Setidaknya tak sendiri. Masih lengkap ingatanku. Buram, namun, tak tertutup. Kupersilakan kausentuh.”

 

Ini Abadi

Lagu ini dibuka dengan suasana yang sangat melow dengan dentingan piano dan tidak ada distorsi gitar sama sekali. Selain itu terdapat isian choir yang semakin membangkitkan suasana dari pesan lagunya. Ini Abadi secara umum bercerita tentang perjuangan seorang yang harus terpisahkan jarak dengan kekasihnya, demi mencari rupiah untuk masa depan mereka yang lebih baik.

Sejuk wangimu, tersisa di sela-sela baju hangatku. Terakhir kali, kita bicarakan semua. Besok ‘kan bagaimana? Lihatlah semua sudut itu. Bandung ‘kan selalu memelukmu. Dinginnya hangatkanmu selalu. Dilengkapi lapisan selimut.”

 

Biang Lara

Lagu ini menggambarkan kehidupan seorang buruh atau pegawai. Tergambar dalam lirik berikut, misalnya.

Jika ini sepi. Tinggikan hatimu. Berkali kubilang, sembunyikan benci. Jika kini letih. Berhenti palsukan senyum itu, mulai rayakanlah perih.”

Nasib sebagai sekrup kapitalis harus tetap tersenyum manis terhadap atasan meskipun kita sebenarnya tidak suka. Terpaksa bertahan di pekerjaan yang tidak kita suka, demi tetap menyambung hidup, begitulah Biang Lara. Musiknya juga asik dan langsung nempel di telinga, dengan perpaduan filter vokal antara verse dan reff.

 

Per Hari Ini

Dibuka dengan musik yang cukup menghentak, lagu ini menggambarkan fase muak dan kecewa. Liriknya pun menggambarkan amarah meluap-luap, namun tetap mengajak kita untuk kembali tenang dan mengajak kita untuk tidak menyerah.

Ambil napasku sekarang. Berdiam bukan berarti tenggelam. Matikan yang mengalihkan. Buang semua perlahan dan tenang. Ambil nafasku sekarang. Berdiam bukan berarti tenggelam. Matikan yang mengacuhkan. Bukan waktu yang tepat tuk mengerang.”

 

Kalibata, 2012

Lagu ini bernuansa sangat gelap baik dari sisi musik maupun lirik. Liriknya berkisah tentang kematian orang terdekat, bagaimana peran dan jasa mereka untuk kita, serta kerinduan kita akan kehadirannya.

Peranmu selesai. Bebas semua tugas namun kuingat. Kan slalu kuingat. Temani tumbuhku. Kembangkan tingkahku. Semua kuingat. Dalam dan lekat. Di antara takbir. Pejam mataku sebutkan namamu hadir. Muncul rangkaian ribuan cerita penting. Yang kuinginkan kau ada dalam abadi. Semua jalur hidupku berubah dini hari itu.

 

Prematur

Lagu ini bercerita tentang seseorang yang gagal move on dari masa lalunya. Dan Perunggu mengajak untuk terus melanjutkan hidup dan lebih logis lagi untuk menyongsong masa depan. Lagu ini dibalut dengan alunan musik yang bernuansa keputusasaan, namun tetap syahdu di telinga.

Beranikan kaki melawan hati. Fungsi otak lagi, biarkan kau kuasai. Beranikan kaki melawan hati. Fungsi otak lagi, biarkan kau kuasai. Usah kau ulang (Detik yang t’lah lalu hilang). Usai kau cari (Pujian tak lagi indah). Tatap acuan (Semua kau yang tentukan). Bukakan jalan.”

 

33x

Lagu penutup ini sangat unik, mulai dari judul yang tak lazim, yaitu 33x. Selain itu durasinya juga paling panjang, 7 menit 14 detik. Liriknya juga paling puitis dengan tema yang luas dan kaya perspektif. Lagu ini juga bisa dibilang lagu yang menunjukkan sisi religius dari Perunggu. Lagu ini juga seperti pengingat dan semangat saat kita lelah dalam berjuang, untuk kembali pada tujuan kita yang sejati dan jangan lupa untuk berdoa. Musiknya juga paling easy listening dan asik dinikmati saat bersantai.

Risalah terikatnya. Batin dan raga yang mengunci. Di atas Sang Maha Daya. Semua kendali terambil alih. Jikalau kau keluhkan. Dengung sumbang yang mengganggu. Buka lagi visimu. Kau tahu mana urutan satu.”

Di album Memorandum ini Perunggu bukan hanya menyajikan keluh kesah sumpeknya dunia perkantoran dan bisingnya ibukota. Memorandum berhasil memotret fase dan momen dalam hidup yang barangkali relevan bagi banyak orang, bukan hanya bagi para pekerja kantoran. Perunggu menyajikan perspektif baru dari potret ibukota dan zaman yang sedang melingkupinya saat ini. Mulai dari keterasingan individu di tanah urban, pertarungan hidup yang butuh lebih banyak rencana dan intrik, penerimaan atas kehilangan, sampai memo-memo yang mengingatkan kita pada tuhan. Sungguh layak didengarkan!

***

Editor: Ghufroni An’ars

kamarul arifin
kamarul arifin Pernah belajar fisioterapi dan psikologi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email