Mahasiswa Sosiologi Universitas Lambung Mangkurat

Malam Berbintang dan Puisi Lainnya

Afwillah

46 sec read

Malam Berbintang

“… kita menempuh kematian 
untuk mencapai bintang.” —van Gogh, dalam surat kepada saudaranya, Theo (1889)

di sini 
tidak ada kota 
hanya cemara,
sepuluh bintang,
dan venus yang benderang 
semua jauh dan asing
seperti kedamaian 
masa kanak-kanak
yang terkunci rapat
di ubun-ubun

malam yang menidurkan desa
kemudian memelukku

aku berdiam diri
 
dan daunan cemara 
menderai sunyi

Serenata Bukit Tenggara

Julia
tidak ada cinta di bukit tenggara
apalagi percintaan remaja
segala fana dan menua 
karena kesalahanku
dan maaf yang tak sampai

setelah berapa lama
aku pun tidak pernah tahu
cara mengingat kembali 
tragedi manusia 
di sini panas tubuhmu
menjadi sepahat nama
yang di setiap senja 
selalu dihinggapi kupu-kupu

Julia, kau pengantin remaja
terbelah dariku 
dan bersanding di surga  

Julia
tidak ada cinta di bukit tenggara
tidak ada cinta. tidak ada 

Api dan Pelaut 

aku adalah pelaut 
diusir daratan 
dihancur lautan 

engkau adalah nyala api 
membakar habis seisi kapal  

engkau membakar ketakutan 
dan kebimbanganku
membuat aku hanyut
dan terdampar 
di lengan tuhan 

lalu aku dibangkitkan kembali
menjadi anak, menjadi lelaki
menjadi pelaut, diusir daratan
dihancur lautan

lalu engkau datang kembali
sebagai nyala api 
membakar habis seisi kapal
membakar habis aku

aku hanyut, terdampar,
dan hancur, lalu aku bangkit 
berkali-kali, berkali-kali 

engkau nyala 
yang membakarku
di setiap kehidupan  

dan aku pelaut 
yang tak pernah sampai
pada tujuan 

Afwillah
Afwillah Mahasiswa Sosiologi Universitas Lambung Mangkurat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email