“Gadis Kretek” dan Jejak Budaya yang Dilupakan

Mina Megawati

3 min read

Aroma tembakau sudah diakrabinya sejak dini. Bermula dari kakeknya yang seorang pengusaha rokok di kota M menjadikan rumah mereka sekaligus sebagai gudang penyimpanan bahan utama kretek. Hal itu akhirnya melatarbelakangi Ratih Kumala ‘mengabadikan’ apa yang dihidunya menjadi bangunan cerita utuh.

Keinginan kuat menulis tentang kretek membawa Ratih Kumala ke perjalanan riset yang sama sekali tidak mudah. Ada kalanya waktu-waktu liburnya mesti rela terpangkas dan biaya yang tidak sedikit. Beruntung dia tidak menyerah sampai Gadis Kretek bisa kita nikmati senikmat mengisap klobot ditemani teh manis kental.

Budaya Kretek dalam Sejarah Indonesia

Setiap kali karya sastra mengangkat tema sejarah dan budaya lokal, ia bukan lagi sekadar hiburan atau bacaan ringan. Ia adalah pintu masuk ke masa lalu, ke kehidupan dan tradisi yang sering kali terlupakan. Gadis Kretek jadi salah satu karya yang mampu menggambarkan hal ini dengan sangat baik. Pembaca akan disuguhi sebuah perjalanan industri kretek di Indonesia dan kisah cinta yang berlatar belakang sejarah bangsa.

Bagi banyak orang, kretek mungkin hanya dikenal sebagai rokok khas Indonesia, namun sebenarnya, kretek adalah bagian dari sejarah panjang negeri ini. Dalam Gadis Kretek, Ratih Kumala tidak hanya mengisahkan hubungan personal dan keluarga, tetapi juga menyentuh aspek ekonomi, sosial, dan budaya yang melekat pada industri tembakau di Indonesia. Ratih mengajak pembaca untuk memahami bagaimana kretek tumbuh menjadi bagian dari identitas bangsa, menyentuh kehidupan banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat.

Dalam novel ini, kita tidak hanya disuguhi sejarah industri kretek di sekitar tahun kemerdekaan 1945, tetapi juga tentang para pekerja di belakangnya. Kita melihat bagaimana kretek memengaruhi hubungan antar manusia, kehidupan mereka, membentuk karakter, dan bahkan menjadi simbol status dalam masyarakat kolonial. Penulis dengan cermat merajut semua ini, membuat kita merenungkan bagaimana sesuatu yang sederhana seperti sebatang rokok kretek bisa begitu signifikan dalam sejarah Indonesia.

Kretek dalam Gadis Kretek bukan hanya produk industri, tetapi juga simbol perlawanan, kebanggaan, dan warisan budaya. Melalui tokoh-tokoh di dalam novelnya, kita bisa merasakan bagaimana budaya kretek turut membentuk identitas masyarakat Jawa pada masa itu, sekaligus menyoroti dampak kolonialisme terhadap perkembangan ekonomi dan industri lokal.

Proses Kreatif yang Mendalam

Salah satu hal yang membuat Gadis Kretek istimewa adalah bagaimana Ratih Kumala menggali tema yang jarang diangkat dalam karya-karya sastra Indonesia. Banyak penulis mungkin lebih memilih tema-tema urban atau romansa modern, tetapi penulis memilih untuk menyoroti industri kretek—sebuah topik yang sebenarnya sangat dekat dengan keseharian masyarakat, namun jarang dibahas dengan mendalam. Ia menggali sejarah, melakukan riset, dan memberikan nuansa yang otentik pada karyanya.

Proses kreatif ini patut diapresiasi karena mencerminkan betapa seriusnya Ratih dalam membawa cerita yang bermakna dan berakar kuat pada sejarah Indonesia. Setiap karakter dalam novel ini terasa hidup, dan setiap setting tempat terasa nyata, seolah-olah kita bisa melihat pabrik-pabrik kretek, mencium aroma tembakau yang memenuhi udara, dan merasakan kegetiran perjuangan para tokoh.

Sepanjang membacanya, saya mendapat wawasan baru tentang sejarah kita sendiri. Diksi seputar dunia kretek juga bertambah. Saya jadi tau kata ngeses artinya merokok, klobot itu jenis rokok sebelum muncul kretek, selubung kemasan kalau bahasa orang zaman sekarang disebut packaging, tingwe (linting dewe-dilinting sendiri). Diksi yang tidak sekadar ditempeli, tadi melekat & menambah kematangan novel ini.

Inilah yang membuat Gadis Kretek lebih dari sekadar novel. Ia adalah potret dari masa lalu yang membawa kita untuk berpikir dan merenung.

Peralihan ke Layar Kaca: Adaptasi ke Wajah Baru

Gadis Kretek tidak hanya sukses di halaman buku. Popularitasnya yang semakin menanjak, terutama setelah diadaptasi menjadi serial TV, menunjukkan betapa kuatnya daya tarik cerita ini. Transformasi dari novel ke layar kaca telah memperluas jangkauan Gadis Kretek ke khalayak yang lebih luas, yang mungkin sebelumnya tidak terjangkau oleh novel itu sendiri. Banyak orang yang kini tertarik pada cerita ini, bukan hanya karena kisah cintanya yang penuh intrik, tetapi juga karena mereka ingin mengetahui lebih dalam tentang budaya dan sejarah kretek.

Adaptasi ini, bagi saya, adalah bukti bahwa karya sastra bisa berkembang dan menemukan audiens baru melalui medium yang berbeda. Serial TV Gadis Kretek memungkinkan lebih banyak orang untuk mengenal kekayaan sejarah Indonesia melalui sebuah cerita yang menarik dan menyentuh. Ini bukan hanya soal komersialisasi cerita, tetapi juga tentang bagaimana literatur bisa menjadi jembatan antara generasi masa kini dan sejarah yang terkadang terlupakan. Wajar saja film ini akhirnya peroleh beragam penghargaan dalam dan luar negeri.

Relevansi Budaya dan Identitas

Pada akhirnya, Gadis Kretek mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan memahami warisan budaya. Dalam dunia yang semakin modern dan cepat berubah ini, sering kali kita melupakan sejarah dan tradisi yang telah membentuk kita. Kretek, dalam cerita ini, bukan hanya sekadar rokok, tetapi representasi dari identitas, perjuangan, dan kebanggaan masyarakat Indonesia.

Ratih Kumala melalui Gadis Kretek mengingatkan kita bahwa sejarah bukanlah sesuatu yang statis dan usang. Ia hidup di dalam kita, mempengaruhi cara kita berpikir dan bertindak. Dengan cara yang halus, novel ini mengajak pembaca untuk kembali menghargai budaya kita sendiri, sekaligus memberikan refleksi tentang bagaimana globalisasi dan modernisasi telah mengubah pandangan kita terhadap warisan lokal.

Karpet Merah Pembaca

Membaca Gadis Kretek jadi pengalaman yang mengasyikkan dan syarat wawasan. Terlebih setelah mendengarkan cerita poses kreatifnya langsung di sesi Ubud Writers & Readers Festival.

Ratih membuka mata pembaca pada aspek-aspek sejarah Indonesia yang jarang dibahas dan membuat kita berpikir lebih dalam tentang warisan budaya kita. Dia telah menciptakan karya yang tidak hanya indah secara literer, tetapi juga kaya akan makna menjaga dan merayakan identitas.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Mina Megawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email