Museum dengan Gerbang Terbuka
di dalam museum sejarah,
ada ruang tanpa pintu—
namanya: Nakba.
pengunjung hanya bisa masuk
jika bersumpah
tidak akan menangis,
tidak akan bertanya
kenapa peta-peta di dinding
tak punya garis batas.
di pojok ruangan,
ada boneka dengan luka tembak,
tertawa kecil sambil berkata:
“kami tidak mati. kami sedang diawetkan.”
–
Atlas Tanpa Timur Tengah
peta dunia
telah dilipat dua—
yang tersisa:
laut
dan legenda tentang
anak-anak yang bermain di reruntuhan.
sementara kota dibakar
dengan korek dari pidato-pidato barat,
dan langit tak pernah jatuh
karena terlalu sibuk merekam
mayat-mayat mungil
dari drone.
_
Alfabet yang Ditembak Mati
huruf pertama: A untuk Asap.
huruf kedua: B untuk Batu.
huruf ketiga: C untuk Cacat pada peta.
sampai Z,
yang berarti Zaitun,
ditanam di kuburan massal,
ditandai GPS yang dikebiri satelit.
–
Doa yang Tidak Sampai ke Satelit
mereka bilang,
doa bisa menembus langit.
tapi malam ini,
langitnya dikunci sandi militer.
gelombang suara
diintersepsi
oleh algoritma yang menilai
apakah air mata
layak masuk
arsip penderitaan global.
sementara itu,
seorang bocah
menuliskan doa
di belakang pecahan peluru,
lalu melemparnya ke bulan.
*****
Editor: Moch Aldy MA