“Ikatlah ilmu dengan tulisan” (Silsilah Alhadits Ash Shahihah No.2026)

Distraksi Perkembangan Literasi pada Anak Era Kiwari

Zafira Aulia Putri

2 min read

Di era kiwari, gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia anak-anak. Sementara teknologi menawarkan kemudahan akses terhadap informasi dan hiburan, muncul kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap kemampuan literasi anak usia dini. Di sisi lain, buku tetap menjadi sarana klasik yang terbukti efektif dalam menanamkan keterampilan membaca dan menulis.

Selain memberikan manfaat, penggunaan gadget yang berlebihan pada anak usia dini juga dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan literasi mereka. Berbeda dengan buku fisik yang mendorong konsentrasi, imajinasi dan daya ingat, konten digital sering kali bersifat cepat dan instan, sehingga anak kurang terlatih dalam memahami narasi secara mendalam. Jika tidak didampingi dengan bijak oleh orang dewasa, ketergantungan pada gadget bisa membuat anak lebih sulit dalam membangun kosakata, memahami struktur bahasa, serta mengasah keterampilan berpikir kritis bagi kemampuan literasi mereka.

Baca juga:

Selain itu, penting untuk memahami bagaimana interaksi anak dengan gadget dan buku dapat mempengaruhi perkembangan literasi mereka. Penggunaan gadget yang tidak terkontrol oleh orang dewasa di sekeliling anak-anak cenderung membuat anak lebih pasif dalam menerima informasi, sehingga mengurangi kesempatan mereka untuk melatih keterampilan membaca dan menulis secara aktif.

Sebaliknya, buku fisik memberikan pengalaman sensorik yang lebih berguna untuk anak, seperti membalik halaman, melihat ilustrasi secara langsung yang dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman. Namun, jika digunakan secara bijak, gadget juga dapat manjadi alat bantu literasi yang lebih efektif, misalnya melalui aplikasi interaktif yang merangsang minat membaca. Oleh karena itu, keseimbangan antara penggunaan gadget dan buku menjadi kunci dalam membangun fondasi literasi yang kuat bagi anak usia dini.

Jika anak usia dini sudah terpapar gadget dengan menonton video berdurasi pendek, sementara mereka belum mengenal atau baru mulai mengenal huruf, hal ini dapat mempengaruhi minat mereka dalam membaca dan menulis serta beresiko menurunkan kemampuan literasi mereka.

Perlu diketahui bahwa anak-anak mempunyai tahapan-tahapan dalam menguasai keterampilan membaca. Orang tua dan guru harus mengetahui tahapan-tahapan ini demi menguatkan pondasi literasi anak-anak.

Pertama, anak-anak akan melalui tahap fantasi. Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku, melihat dan membalik lembaran demi lembaran buku atau membawa buku favoritnya untuk ditunjukkan kepada orang dewasa disekitarnya. Biasanya mereka akan dengan antusias meminta untuk dibacakan buku tersebut. Apabila anak-anak meminta dibacakan buku favorit mereka, maka sambutlah keinginan tersebut dengan senang hati. Anak atau murid Anda telah melalui tahap pertama dalam membaca.

Kedua, tahap pembentukan konsep diri. Anak-anak akan melihat dirinya sebagai “pembaca” dan memperhatikan bahwa partisipasinya dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, menerjemahkan gambar di buku berdasarkan pengalaman yang pernah mereka lalui.

Ketiga, tahap membaca gambar. Pada tahap ini dalam diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata-kata sebelumnya, mengungkapkan kata-kata dan menghubungkan dengan artinya, serta mempelajari alfabet.

Keempat, tahap pengenalan bacaan. Anak-anak mulai menggunakan tiga sistem tanda yaitu grafis, semantik dan gramatikal. Anak-anak menjadi tertarik membaca, mereka dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, tanda-tanda yang berbeda seperti membaca papan reklame saat jalan-jalan ke luar lingkungan rumah atau sekolah atau pun membaca tulisan di kemasan susu favoritnya.

Kelima, tahap membaca lancar. Pada tahap ini anak-anak sudah mampu membaca berbagai jenis buku secara lancar.

Baca juga:

Dengan memahami bagaimana anak belajar membaca sejak usia dini, kita dapat menentukan screen time yang disarankan untuk anak-anak tanpa menghambat kemampuan literasi mereka.

Berdasarkan usianya, anak usia di bawah 2 tahun disarankan sama sekali tidak diberi akses pada gadget. Jika memang benar-benar diperlukan, harus dalam pendampingan orang tua dan tidak lebih dari 1 jam per hari dengan waktu yang diselang seling.

Pada anak usia 2-5 tahun disarankan hanya 1 jam per hari dan tetap dalam pendampingan orang tua dengan menyetel program-program yang berkualitas. Dan pada anak usia 6 tahun ke atas dapat bermain gadget dengan waktu yang sudah disepakati oleh orang tua, misalnya hanya akhir pekan atau maksimal 2 jam perhari.

Hal yang perlu diperhatikan adalah durasi yang disarankan tersebut tidak hanya berlaku pada penggunaan gadget seperti gawai atau tablet, tetapi juga termasuk waktu untuk menonton televisi dan menggunakan komputer/laptop.

Lalu, mana lebih baik, gadget atau buku?

Buku dan gadget masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam proses perkembangan literasi anak usia dini. Pilihan terbaik tergantung pada bagaimana keduanya digunakan dan dimanfaatkan. Namun, buku tetaplah menjadi pilihan utama dalam membangun kemampuan literasi anak sejak dini. Gadget sebaiknya digunakan sebatas pelengkap, bukan pengganti buku fisik. (*)

 

Editor: Kukuh Basuki

Zafira Aulia Putri
Zafira Aulia Putri “Ikatlah ilmu dengan tulisan” (Silsilah Alhadits Ash Shahihah No.2026)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email