Penyair dalam Tanda Kutip
Sekali kutimbang khazanah
Jalannya kesusastraan kita
Dari zaman paling purba
Hingga masa mutakhir katanya
Segala kebaharuan tercipta
Tapi mesti sekali ditegas-sampaikan
Yang berarti cuma
Dapat dihitung-pertimbangkan
Bayi manusia beratus-ribu
Satu dua dicatat mampu
Puisi diketik tak berhenti
Tak banyak yang indah pasti
Sebab kau “penyair” asal-asalan
Jago membolak-balik kata
Mau didengar selalu kadang
Kau baru belaka, tak penting tapi!
(Yogyakarta, 2024)
–
Batas-Batas untuk Berhenti
Kembalikan setangan rindu
Yang pernah kau eluk-elukkan
Yang sempat kau bawa jalan
Dari kedalaman darahku itu
Aku berhak atasanya sejak mula
Kau pantas untuknya pernah
Tapi waktu dan perhitungan zaman
Punya batas buat berhenti memang
Di batas itu kita bersitatap
Waktu kau kenangkan aku lagi
Segala kejadian dan semua harap
Berputar sebentar lalu pergi
Sekali ini, di batas yang kian jadi
Benamkan bulat tubuhmu lagi
Hingga habis putaran hari
Lusa kita ‘kan ria kembali pasti.
(Yogyakarta, 2024)
–
Penyair Berjatuhan
Penyair musim hujan
Mulai berjatuhan
Mereka bicara tentang
Kepergian dan tangisan
Seolah garis-garis air
Tipis-putih yang mengalir
Sebagai air mata
Sebagai duka lara
Cinta dan kematian
Begitu luas dalam puisi
Tapi tak berdaya dalam
Cerita dan kisah-kisah
Di sungai air mata
Puisi bukan samudera
Kata-kata tak pernah
Berakhir luas-dalamnya
Menangislah, kutuk-habis diri
Sajak cuma untuk yang berdaya
Sajak tak pernah jadi pilihan
Bagi orang yang putus asa.
(Yogyakarta, 2024)
*****
Editor: Moch Aldy MA