aku
pukul sebelas malam di dalam transjakarta rute blok m – jakarta kota. aku melihat aku yang sedang bingung memilih tempat liburan untuk akhir pekan, aku juga melihat aku yang menahan cemas karena baru kehilangan pekerjaan, aku juga melihat aku yang sudah setengah jam bengong melihat jalan karena memikirkan cicilan, aku juga melihat aku yang menangis sepanjang jalan karena dibantai kehilangan. lalu, aku gelisah di pojokan sedang kebingungan mencari aku yang paling aku.
–
hilang
tuhan menemuiku di hari minggu pukul tujuh. ia menanyakan tentang diriku. lalu aku kembali bertanya kepadanya. aku mana yang dicari? sebab aku juga telah kehilangan aku selama seminggu. sekarang aku sedang mencari aku dan beruntungnya aku karena tuhan ikut membantu untuk menemukan aku.
–
usai
dari palmerah, blok m, hingga sudirman kugantungkan tubuhku, nasibku, nafasku, bahkan hidupku pada salah satu pegangan di transjakarta rute blok m – jakarta kota. hingga pada akhirnya penglihatanku meredup, pendengaran ditutup, hidung tak lagi bisa mencium aroma apapun, makin lama tubuhku tak punya tenaga kemudian gontai. lalu aku bertahan dengan cara memegang pinggiran besi di jembatan untuk meraba-raba jalan. karena aku ingin sekali pulang. tetapi kenangan terakhir yang kuingat dari hidupku adalah bunyi klakson, teriakan orang-orang di sekitar, dan terakhir adalah sorotan lampu dari mobil avanza menembus mataku. setelahnya aku melihat jasadku dikerubungi banyak orang di rumah hingga seisi gang dan orang tuaku menangis tak sudah-sudah hingga beberapa kali pingsan dan akhirnya aku merasakan keindahan yang kuinginkan: tuhan memelukku dengan kasih sayang.
–
mati
kulihat aku sedang terbujur kaku ditemani ulat-ulat dan belatung sedang menggerogoti dengan khidmat bagian tubuhku. mulai dari wajah, rambut, kuku-kuku hingga seluruh tubuh. aku menikmati itu, menikmati kesendirianku, mencecap dengan nikmat bahwa aku mati dilupakan dan jadi belulang. karena itu semua adalah harapanku. sebab aku ingin mati yang paling mati. dilupakan. biar ulat-ulat, belatung, dan kupu-kupu yang menemani kegetiranku.
–
hantu
setelah melihat tubuhku habis digerogoti belatung dan ulat-ulat, kemudian aku berubah menjadi hantu—aku menjadi hantu yang selalu gentayangan karena kesedihan ini tak mau meninggalkanku—aku adalah hantu yang selalu menjadi mimpi buruk sebab rasa penyesalan yang kubawa ini melebihi diriku—aku menjadi hantu yang selalu menghantuimu akan rasa bersalah, dendam, kemarahan, hingga ketiadaan—aku adalah hantu yang menyiksa jasadku sendiri.
*****
Editor: Moch Aldy MA