Ulang tahun adalah salah satu momen yang sangat dinantikan dalam kehidupan banyak orang. Selain bertambahnya usia, ulang tahun juga merupakan momen ketika kita mendapatkan doa, dukungan, dan segala sesuatu yang tak terduga dalam jumlah yang lebih banyak daripada hari-hari lain.
Namun, ada orang yang justru tidak tertarik lagi dengan hari ulang tahunnya. Bagi orang-orang ini, tidak ada momen potong kue tart yang dibaluri krim, tidak juga acara tiup lilin angka, pun tidak ada unggahan foto perayaan di media sosial pada hari ulang tahun.
Saat kita masih anak-anak, ulang tahun adalah momen yang sangat kita nanti-nantikan. Dengan semangat, kita menebak-menebak kado apa yang akan kita terima. Jika ada yang melupakan hari spesial itu, kita akan merasa sedih dan kesal. Tumbuh dewasa, beberapa di antara kita semakin enggan merayakan ulang tahun. Bahkan, mereka justru merasa lega jika tidak ada orang yang ingat kapan mereka berulang tahun.
Kira-kira, mengapa ada orang yang enggan untuk merayakan, atau bahkan dengan sengaja melupakan, hari ulang tahunnya?
Birthday blues merupakan sebuah sindrom atau kondisi mental seseorang yang terjadi ketika seseorang merasa sedih, depresi, bahkan cemas ketika dihadapkan pada momen ulang tahunnya. Seseorang yang mengalami birthday blues mungkin saja merasakan paranoid menjelang atau pada hari ulang tahunnya. Tak hanya itu, birthday blues juga membuat penderitanya kehilangan kepercayaan diri hingga ingin menghindari kontak dengan orang lain.
Tumbuh dan berkembang tidak hanya soal fisik, tetapi juga kematangan pola pikir dan tanggung jawab yang semakin besar. Semakin bertambahnya usia, ulang tahun ibarat ujian emosional bagi orang-orang yang enggan merayakannya. Ketika rasa takut akan harapan pada doa ulang tahun sebelumnya yang belum tercapai menjadi lebih dominan dibanding sebuah selebrasi yang tunggu-tunggu oleh banyak orang, perayaan ulang tahun yang akan datang tentu terasa seperti momok.
Impian-impian sering kali cenderung dipatok berdasarkan usia. Seandainya gagal mencapai target pada usia tertentu, orang-orang di sekitar akan getol membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Usia yang bertambah seperti memberi ambang batas. Usia sekian harus sudah begini, harus sudah begitu. Padahal itu semua hanya angka biasa.
Selain itu, semakin dewasa seseorang, prioritasnya pasti tidak lagi sama seperti sewaktu ia masih remaja. Mengadakan perayaan ulang tahun pastinya akan mengeluarkan budget. Seakan sudah menjadi sebuah tradisi, perayaan ulang tahun kerap kali mengisyaratkan diadakannya pesta ulang tahun. Tidak ada pesta pun, setidaknya akan selalu ada teman-teman dan keluarga yang minta traktiran. Sewaktu kecil, hura-hura ulang tahun ini menyenangkan-menyenangkan saja karena orang tua kita yang mendanai. Nah, kalau sekarang?
Bagi sebagian orang, ditagih pesta atau traktiran ulang tahun bisa jadi tekanan mental tersendiri. Hal ini agaknya lucu, bukankah seharusnya orang yang berulang tahun yang mendapat surprise dan traktiran? Selain itu, menimbang-nimbang biaya merayakan ulang tahun yang tak murah, orang tentu lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan lain yang lebih penting bagi dirinya.
Di era serba instastory, orang-orang kerap kali memperingati hari lahirnya dengan menerima ucapan-ucapan selamat, lalu mengunggahnya kembali di story Instagram mereka. Mulanya, kegiatan ini seru-seru saja. Namun, memasuki usia kepala dua, beberapa orang mulai enggan merayakan momen ulang tahun di media sosial seperti Instagram. Alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari kehilangan antusiasme hingga birthday blues.
Tidak ada yang aneh dengan orang yang memaknai ulang tahun tanpa perayaan, bahkan tanpa ucapan. Tanpa mengalami birthday blues pun keengganan orang-orang yang tidak suka keramaian maupun menjadi sorotan untuk merayakan ulang tahun tetaplah valid.
Beberapa orang bahkan enggan merayakan ulang tahun karena merasa itu adalah momen ketika durasi hidup di dunia berkurang. Biasanya, orang-orang yang punya pandangan seperti ini merasa cukup melewatkan hari ulang tahun dengan berdoa kepada Sang Pemberi atas segala yang mereka miliki.
Ulang tahun adalah pengingat bagi diri sendiri bahwa kita sudah berjalan sejauh ini. Jadikan momen ulang tahun sebagai alarm yang mengingatkan kita akan jatah hidup yang semakin berkurang. Jadikan hari ulang tahun sebagai pengingat bahwa ada seorang ibu yang pernah berjuang melahirkan kita ke dunia.
Merayakan ulang tahun maupun tidak adalah pilihan. Jangan lupa mensyukuri jatah umur yang sudah diberikan oleh-Nya. Tetaplah bijak menjaga ekspektasi terhadap diri dan orang-orang terdekat karena usia hanyalah angka dan pencapaian bukanlah segalanya.
Editor: Emma Amelia