Mengatasi Sektarianisme dan Hipokrisi Barat dalam Isu Palestina

Ahmad Taufik

2 min read

Dukungan terhadap perjuangan Palestina tidak seharusnya dibatasi oleh sentimen sektarian apa pun. Semua bentuk perlawanan terhadap penjajahan zionisme Israel, dari mana pun asalnya dan siapa pun yang terlibat, harus diapresiasi setinggi-tingginya. Seperti halnya penghargaan diberikan kepada Afrika Selatan yang menggugat Israel di Mahkamah Internasional, kepada buruh yang memblokade kapal-kapal senjata ke Israel, kepada aksi-aksi boikot terhadap produk yang mendukung Israel, hingga kepada komunitas Yahudi di Amerika Serikat yang dengan gigih mendukung Palestina. Demikian pula, serangan Iran dan faksi-faksi militan pendukungnya terhadap Israel adalah bagian dari perjuangan tersebut.

Melepaskan dukungan terhadap Palestina dari sekat-sekat sektarianisme sangat penting untuk memperkuat solidaritas global dalam melawan penjajahan. Sebagaimana dukungan kemanusiaan seharusnya diberikan terhadap Palestina, dukungan yang sama juga harus diberikan kepada perjuangan melawan penindasan di Papua, Nigeria, Rohingya, dan wilayah lainnya yang menghadapi kejahatan kemanusiaan. Semua ini adalah bentuk nyata dari solidaritas yang tidak terkotak-kotak.

Hiprokrisi Barat dan Dukungan terhadap Israel

Dukungan penuh negara-negara Barat terhadap Israel, yang telah melakukan kejahatan perang dan genosida terhadap rakyat Palestina, adalah bentuk hipokrisi yang mencolok. Barat, yang kerap menceramahi dunia tentang hak asasi manusia, supremasi hukum, perdamaian, dan toleransi, justru mendukung rezim yang telah menewaskan lebih dari 31 ribu orang Palestina dan memaksa lebih dari 2 juta lainnya mengungsi.

Dukungan Barat tidak hanya sebatas politik dan diplomatik. Negara-negara Barat secara aktif mendukung Israel melalui bantuan militer, dana, dan teknologi, serta melalui framing dan pengendalian narasi di media. Salah satu contohnya adalah The New York Times, yang bahkan menolak menggunakan istilah “Palestina” dalam liputannya, sejalan dengan upaya Israel untuk menghapus keberadaan Palestina dari peta global. Ini adalah bagian dari propaganda yang dijalankan untuk mengukuhkan dominasi Israel di Timur Tengah dan mendukung kepentingan ekonomi Barat di kawasan tersebut.

Sunni, Syiah, dan Perjuangan Palestina

Sikap hipokrisi ini juga mencemari wacana di Indonesia, di mana narasi “isu Palestina bukan soal agama, tapi kemanusiaan” mulai kehilangan bobotnya setelah serangan Iran terhadap Israel. Beberapa kalangan Sunni fundamentalis di Indonesia tampaknya tidak mau mengakui bahwa faksi-faksi Syiah yang didukung Iran, terutama kelompok militan bersenjata, justru berada di garis depan dalam mendukung perlawanan Palestina terhadap Israel.

Sejak Revolusi Iran pada 1979, Iran telah mengambil posisi tegas dalam mendukung perjuangan anti-zionisme dan perlawanan terhadap pengaruh Barat di Timur Tengah. Kelompok-kelompok seperti Hezbollah di Lebanon, Hashd al-Sha’abi di Irak, dan beberapa faksi militan Palestina seperti Hamas, semuanya mendapat dukungan dari Iran. Hal ini membuktikan bahwa sentimen sektarian Sunni-Syiah hanya akan melemahkan perlawanan Palestina dan melayani kepentingan Israel.

Serangan Iran dan Keterkaitannya dengan Palestina

Serangan Iran terhadap Israel pada 14 April 2024, yang menggunakan ratusan pesawat nirawak dan rudal balistik, dianggap oleh sebagian sebagai serangan balasan terhadap serangan Israel di konsulat Iran di Damaskus. Namun, lebih dari sekadar serangan balasan, serangan ini seharusnya dipandang sebagai bagian dari perjuangan yang lebih luas untuk mendukung Palestina.

Sejak revolusi 1979, Iran telah membangun pengaruh politiknya di Timur Tengah melalui hubungan dengan kelompok-kelompok militan seperti Houthi di Yaman, Hezbollah di Lebanon, Hashd al-Sha’abi di Irak, serta faksi-faksi militan di Palestina. Iran secara rutin memberikan bantuan militer dan finansial kepada kelompok-kelompok ini, yang menjadikannya kekuatan regional dalam melawan Israel. Oleh karena itu, narasi yang mengklaim bahwa serangan Iran ke Israel tidak ada kaitannya dengan Palestina adalah sebuah penolakan realitas.

Bagi rakyat Palestina, serangan Iran ke Israel pada hari itu justru membawa kelegaan. Warga Palestina merasakan hari yang relatif tenang, tanpa deru pesawat tempur atau ledakan bom, seperti yang diungkapkan salah seorang warga dalam video yang beredar di media sosial.

Kesimpulan

Dukungan terhadap perlawanan Palestina tidak boleh terjebak dalam sentimen sektarian yang memecah belah. Semua bentuk dukungan, baik itu dari Iran, komunitas internasional, atau masyarakat sipil global, harus dilihat sebagai kontribusi yang berharga dalam perjuangan melawan zionisme dan penjajahan Israel. Hipokrisi Barat dalam mendukung Israel hanya memperkuat perlunya solidaritas yang luas, tanpa batas agama atau sektarian, dalam membela hak asasi manusia dan keadilan bagi Palestina serta kawasan lainnya yang tertindas.

Ahmad Taufik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email