Orang madura yang mencita-citakan pengeklaiman jelek terhadap sukunya hilang💪

Hijrah dari Zona Nyaman

ZAKY RAMDHAN MUBAROK

1 min read

“Tinggalkan zona nyaman, karena zona nyaman itu mematikan potensi secara perlahan. Mumpung masih muda, mumpung kaki masih kuat, mumpung belum punya asam urat, jangan ragu untuk terus melompat, demi masa depan yang lebih hebat,” tulis Ahmad Rifa’i Rif’an dalam buku Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati.

Ahmad Rifa’i Rif’an mengajak pembaca, terutama generasi muda, untuk melepaskan diri dari hal-hal remeh dan tidak produktif. Ia menekankan pentingnya berusaha meraih kesuksesan di usia muda sebelum memasuki masa tua. Masa depan harus diprioritaskan daripada kesenangan sementara di masa muda. Ketidaknyamanan yang dirasakan saat ini hanya bersifat sementara, sedangkan kenyamanan yang datang di masa tua akan lebih berharga dan bertahan lama.

Dalam kalimat “tinggalkan zona nyaman,” Ahmad seolah memberikan pilihan: melanjutkan perjuangan atau hanya diam di tempat. Zona nyaman di masa muda seharusnya tidak menjadi tempat berlindung, melainkan titik awal menuju kesuksesan. Menurut Ahmad, menikmati zona nyaman di usia muda sama saja dengan merusak masa depan yang seharusnya kita bangun sejak dini.

Niat untuk memperbaiki diri sangatlah penting, terutama dalam merancang hidup yang lebih baik. Niat ini lahir dari keinginan tulus untuk meraih masa depan yang cerah. Setelah niat ditata, langkah berikutnya adalah melakukan berbagai kegiatan yang telah direncanakan. Namun, niat saja tidak cukup. Niat harus disertai impian yang kuat untuk mendorong kita mewujudkannya.

Berpegang teguh pada impian sangat penting, karena tanpa impian, kita bagaikan berjalan tanpa arah. Berjalan tanpa tujuan hanya akan membuang-buang waktu. Aktivitas yang tidak jelas sama seperti tidur sepanjang waktu—kecuali di bulan Ramadan, mungkin, karena kita hanya menunggu waktu berbuka. Impian perlu tertanam kuat dalam jiwa, bukan sekadar terlintas di benak atau diucapkan sepintas. Prinsip memiliki impian adalah fondasi yang harus kokoh, seperti mengikuti peta jalan menuju tujuan.

Bagi yang belum memiliki impian, mulailah dari sekarang setelah membaca tulisan ini. Susun impianmu dari dasar, prioritaskan hal-hal yang penting dan mudah dilakukan, lalu perlahan-lahan bergerak melampaui batasan impian tersebut.

Mengejar impian harus dimulai sejak dini, karena mewujudkannya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan tenaga dan usaha. Jika tidak ada usaha, jangan salahkan siapa pun ketika di masa tua kita hanya menyesali kesempatan yang hilang. Ketika dewasa, pilihan kita semakin terbatas. Jika pondasi impian di masa muda tidak kuat, di masa tua pondasi itu akan hancur. Butuh waktu dan perjuangan untuk mencapai impian.

Di luar sana, ada orang yang kaya namun tidak memiliki impian. Mereka bukanlah orang biasa; mereka berasal dari keluarga ternama dan hanya mewarisi harta dari orang tua. Tanpa ambisi atau impian, kekayaan itu dengan cepat habis dan tak lagi bermanfaat.

Pada kenyataannya, impian lebih berharga daripada uang. Dengan impian, siapa pun bisa menjadi apa pun. Karena itu, beranilah keluar dari zona nyaman demi masa depan yang lebih baik.

Dalam novel Laskar Pelangi, kita diperlihatkan sosok pemuda miskin bernama Arai dan Ikal. Mereka harus membiayai sekolah sendiri dan bekerja sejak usia muda. Meski begitu, jiwa mereka “terkobar” oleh impian besar: mereka ingin berprestasi dan bersekolah di Universitas Sorbonne, Perancis. Impian itu mereka genggam erat, dan akhirnya terwujud. Arai pernah berkata, “Tanpa mimpi, orang-orang seperti kita akan mati.”

Jadi, mari bermimpi besar dan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkannya.

Editor: AK

ZAKY RAMDHAN MUBAROK
ZAKY RAMDHAN MUBAROK Orang madura yang mencita-citakan pengeklaiman jelek terhadap sukunya hilang💪

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email