saya menulis untuk mengungkapkan rahasia yang tak mampu diucap oleh mulut.

Panduan Hidup di Era Modern dan Puisi Lainnya

Varell Lubert Giuliano

2 min read

Panduan Hidup di Era Modern

bangun pagi hari, kemudian buka ponsel pintarmu
periksa semua pesan, panggilan, serta notifikasi
kemudian biarkan algoritma menentukan langkahmu hari ini

sebelum berangkat,
jangan melupakan sarapan motivasi dari para influencer
minumlah segelas kopi yang berisi gula-gula harapan

di tempat kerja,
pasang senyum selebar mungkin
agar semua orang percaya bahwa kau bahagia
jangan lupa untuk senantiasa memuji atasanmu
dengan harapan karirmu bisa panjang

sore hari,
waktunya meditasi nasional
temukan ketenangan di balik suara klakson yang menggema
dan temukanlah makna tersirat di balik barisan kendaraan yang memenuhi jalan

sesampainya di rumah,
tubuhmu terasa begitu lelah
tetapi di dalamnya masih ada sisa-sisa ambisi

sebelum kau beristirahat,
jangan lupa untuk scroll sejenak media sosialmu
carilah orang yang terlihat lebih bahagia darimu
kemudian bandingkan dengan dirimu

Balada Seorang Penulis Tak Laku

dari pagi hingga malam,
ia menulis kata demi kata
merajut mimpi di sebuah kertas kosong
ditemani bergelas-gelas kopi hitam
dan satu strip obat maag

berbagai macam tulisan sudah lahir dari rahimnya
mulai dari sajak singkat, prosa, hingga cerpen
namun tak sekalipun tulisannya dilirik redaksi
mereka bilang aku berbakat, namun tulisanku tidak disukai pasar
ah, alasan klasik itu lagi

di media sosial,
para penulis ternama berswafoto dengan buku-buku karya mereka
sedangkan dirinya berswafoto dengan tumpukan tagihan
di grup whatsapp,
teman-temannya berbagi cerita tentang karir yang cemerlang
sementara ia menyimpan sendiri cerita tentang penolakan berulang

Manusia Digital yang Kehilangan Arah

Tuhan, hari ini kami tidak lagi melipat tangan untuk berdoa
kami memanjatkan doa kami lewat postingan di media sosial
mengganti kata “amin” dengan tombol like
dan melihat kebaikan orang lain dari jumlah followers

Tuhan, kini kami berdoa lewat caption yang dirangkai sebaik mungkin
sebab kami tak hanya ingin dikenal oleh-Mu saja
tetapi juga oleh manusia-manusia digital lain di media sosial

Tuhan, kami harap Kau tidak keberatan
Engkau tahu bahwa kami ini manusia digital
yang lebih takut kehilangan followers dibanding kehilangan arah
yang lebih rajin memperbarui status dibandingkan memperbarui iman
yang lebih sering menunduk melihat layar dibandingkan menunduk dalam doa

Tuhan, jika suatu saat kami sudah tersesat terlalu jauh
bisakah engkau mengingatkan kami lewat notifikasi yang ada di ponsel kami?

Kehidupan di dalam Lemari Es

di dalam lemari es dengan suhu 2 derajat celsius
ikan-ikan sarden berorasi
menyuarakan aspirasi mereka terhadap kaleng:
“jangan percaya kepada lempengan besi ini!”
“betul, dia sudah mengurung kami berminggu-minggu!”
“kami ingin bebas!”

sementara itu, telur-telur berbaris dengan rapi
bak barisan parade
pimpinan telur menyiapkan barisan,
kemudian memberi perintah maju
namun, tak satupun beranjak dari tempatnya

rak bagian tengah tampaknya telah menjadi arena politik bagi para cairan
saus sambal, saus tomat, dan kecap tengah bertukar pikiran
mereka memperbincangkan banyak hal
mengenai pengalaman diaduk berulang kali
ditepuk-tepuk secara kasar
bahkan pengalaman dicampurkan dengan air bersuhu tinggi

di sisi lain lemari es yang bersuhu jauh lebih dingin
kehidupan tampak seperti kerajaan es
raja es krim tengah tertidur di singgasananya
sementara pasukan sosis berjaga-jaga
siap siaga menghadang invasi dari luar kerajaan

ketika sang pemilik membuka lemari es
ia terkejut
tak disangka bahwa lemari esnya telah menjadi pusat kehidupan
dan di tempat itu,
absurditas telah tersebar luas ke seluruh penjuru lemari es

Simfoni Suara Ibu

suara ibu,
menggema ke seluruh ruangan di rumah ini
ia bicara seribu kata sebelum ada yang sempat menjawabnya
meskipun demikian
entah mengapa suaranya selalu terdengar merdu
bak mengukir nada-nada minor di dinding rumah
mungkin di balik suara ibu
ada musik rahasia
yang membuat seisi rumah merasakan kehangatan tiada tara

*****

Editor: Moch Aldy MA

Varell Lubert Giuliano
Varell Lubert Giuliano saya menulis untuk mengungkapkan rahasia yang tak mampu diucap oleh mulut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email