Aktif Bergiat di Komune TerAksara Indonesia. Penulis terpilih di Singaraja Literary Festival 2025. Alumnus Majelis Sastra Asia Tenggara 2025 Kategori Puisi.

Aku Ditendang dari Rahim Bunda dan Puisi Lainnya

Cahaya Daffa Fuadzen

1 min read

Tato Yesus di Punggung Istriku

Malam pertama keos ini
saat aku hendak quickie
di tengah nikmat gaya Cerberus
aku gagal fokus oleh tato Yesus
di punggung istriku yang mulus.

“Mengapa kau menggambar tato Yesus 
di punggungmu?” Tanyaku ketus.
“Agar aku merasa aman dan tentram
macam dirangkul langsung olehNya.”
Jawabnya dengan urat malu telanjur putus.

Sontak gelisahku memuncak
sebab pedangku menolak kembali tegak.
Kini melandai kerut dengan takluk
seperti belalai Mammoth terus menunduk.

(2025)

Menikmati Bioskop Imax Cinema di Surga

I
Kalau nanti aku masuk surga,
aku ingin menikmati bioskop Imax Cinema
dengan layar resolusi 4K dan Dolby Atmos menggema
agar aku bisa puas menonton film peradaban umat manusia.

Plot: Alkisah dimulai dari Adam turun ke bumi
hingga aku mati syahid dibunuh dengan keji
oleh negara fasis alergi buku kiri.

II
Seperti budak kapitalis 
selepas kerja hendak nonton Netflix,
setiba di surga saatnya aku duduk manis
segera menonton film paling bombastis
sambil ngemil popcorn gratis
sampai aku lupa cara buang air pipis
sejenak bebas dari negara macam pengemis.

(2025)

Aku Ditendang dari Rahim Bunda

Konon aku sedang sibuk bermain playstation
sambil ngemil lewat selang rahim bunda
hingga aku kenyang dan menjadi matang
dalam almanak yang membentang panjang
menunggu tanggal entah kapan datang.

Lekas matang aku ditendang 
ke dunia dari rahim bunda
macam Jin Kazama dibuang
ke jurang oleh Kazuya Mishima.

Sialan bunda kupikir kau childfree.
Lepas aku diusir malah jadi WNI.

(2025)

Habemus Papa

Aku memandang gelagat ibunda 
seperti lansia sedang puber kedua 
kenan jalin kisah dalam ikatan sah
kala ia selipkan cincin kawin kedua 
kepada merpati jantan yang telah purba 
ia pelihara semenjak wafat ayahanda 
diperkosa oleh ganas wabah corona.

Saling menoreh kasih bertukar tangis
seperti sepasang lilin altar leleh susut 
kian mengikis.

“Habemus Papa!” Ucapku riak menyambut telak 
calon penghuni kolom baru di baris pertama dalam 
kartu keluarga yang lama kosong disapu oleh abu.

(2025)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Cahaya Daffa Fuadzen
Cahaya Daffa Fuadzen Aktif Bergiat di Komune TerAksara Indonesia. Penulis terpilih di Singaraja Literary Festival 2025. Alumnus Majelis Sastra Asia Tenggara 2025 Kategori Puisi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email