Perempuan Madura yang sedang berkuliah di Universitas Brawijaya.

Waktu untuk Mencintai Ibu

Aurelya Pratiwi

1 min read

Waktu untuk Mencintai Ibu

Inilah rumahmu yang kembali lahir
Duniamu yang tak lagi berisi tuntutan dan amarah
Tak sehangat rahim ibu dan milikmu
Namun, di rumah ini kau akan mampu
Membasuh luka-luka yang membuat dirimu merasa separuh

Sulam alismu, bibirmu yang diselimuti gincu
Juga rambut palsumu
Lepaslah semua itu
Kita semua tahu
Perempuan lebih dari sekadar atribut-atribut artifisial itu

Pada luas dan lapangnya hati
Kedalaman mata dan juga jiwa
Pada ketenangan melampaui lautan
Keindahan sejati membungkus diri

Dunia bagimu bukan lagi kotak kaca
dengan banyak kamera dan sorot mata

Perempuan
Perempuan
Perempuan
Kusebut-sebut tiga kali
Jadilah ia mengabadi!

(Februari, 2022)

Macam-Macam Ibu

Apakah ibu jari perempuan?
Apakah ibu kota perempuan?
Apakah ibu pertiwi perempuan?
Apakah ibuku perempuan?
Apakah ibu tukang cukurku perempuan?
Apakah ibu presiden perempuan?
Panggilan untuk ibu di mana-mana
Tapi tak kutemukan dirinya di mana-mana
Apakah jari, kota, pertiwi, aku, tukang cukurku, dan presiden menyembunyikan ibu?
Apakah ibu sekadar panggilan tanpa arti dan makna?

Perempuan—& Aku

Aku adalah perempuan
Aku anak dari seorang perempuan
Aku belajar membaca dari guru perempuan
Aku pergi mengaji dan mencintai dari seorang perempuan

Ayahku pernah berkata,
perempuan telah melahirkan aku. aku menikahi perempuan
bersamanya aku melahirkan anak perempuan. anak perempuanku melahirkan pengakuan dengan lugu
bahwa;
benar, perempuan adalah seorang Empu.

Waktu untuk Mencintai Ibu

kemarin, aku mencintai ibu
hari ini, aku mencintai ibu
besok, aku mencintai ibu
lusa, aku mencintai ibu
tulat, aku mencintai ibu
tubin, aku mencintai ibu
Ibu? mencintaiku tak kenal waktu.

Mata/Perempuan

Di dalam mata perempuan kau akan menemukan lautan
Lautan berisi keikhlasan, mencintai kemalangan, dan membenci pengkhianatan
Di dalam mata perempuan kau akan menemukan tanah lapang
Tanah lapang ditumbuhi bunga kejujuran, duri kesedihan, serta akar kedamaian
Di dalam mata perempuan kau akan menemukan sebuah ingatan
Ingatan tentang sepasang mata yang menantimu dari petang ke petang. Ingatan tentang sepasang mata yang menuntunmu agar bersegera pulang.

Aurelya Pratiwi
Aurelya Pratiwi Perempuan Madura yang sedang berkuliah di Universitas Brawijaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email