Ustaz Selebriti: Dari Tuntunan jadi Tontonan

Anisah Meidayanti

2 min read

Dalam ruang media kita, ustaz melaksanakan aktivitas dakwahnya melalui beragam cara. Ada yang punya program acara sendiri dengan durasi yang cukup lama, ada yang nyempil di iklan, dan ada pula yang berperan dalam salah satu tokoh sinetron. Walau melalui beragam cara, penggambaran sosoknya tak lepas dari pribadi yang memahami nilai-nilai agama sehingga mampu memberi masukan dan solusi permasalahan pribadi maupun dalam kelompok masyarakat.  

Di tengah kalut dan ruwetnya permasalahan yang sedang dihadapi, ustaz jadi salah satu tokoh alternatif yang mampu dan diyakini oleh masyarakat luas sebaga sosok yang berperan menyuarakan kebenaran dan menuntun masyarakat menyelesaikan permasalahan. Ustaz selalu dipercaya bisa memberi tuntunan melalui aktivitas dakwahnya.

Namun kini, persona ustaz yang ada di media tak hanya sebagai sosok yang memahami nilai agama, tapi juga sosok yang glamor, kontroversi dan penuh sensasi. Hingga muncul istilah “ustaz selebriti” karena personanya yang mengedepankan popularitas. 

Baca juga: 

Tontonan

Secara istilah, ustaz adalah sebutan bagi orang yang dianggap pintar dan ahli ilmu agama. Ustaz juga merupakan simbol kebaikan dan kesucian dalam kehidupan masyarakat. Makna kata ustaz mengalami pergeseran dari yang awalnya sebagai sosok yang mampu menuntun (tuntunan) mayoritas bergeser sebagai sosok yang hanya sebagai bahan tontonan.

Contohnya yang baru saja ramai dan menimbulkan keheranan adalah saat video Ustaz Yusuf Mansur secara arogan membincang masalah bisnisnya dengan menyebut nilai uang yang jumlahnya fantastik di media sosial. Bukannya malah merasa tercerahkan dengan penjelasan dengan video tersebut , masyarakat malah terheran-heran dan bereaksi dengan melontarkan beragam komentar lucu hingga menyindir secara kreatif dengan membuat beragam meme. Ini semakin membuktikan bahwa sosok Yusuf Mansur sebagai ustaz hanya sebatas tontonan yang nihil makna pesan.

Tak hanya Yusuf Mansur, banyak ustaz-ustaz lain yang lekat dengan kontroversi, penuh sensasi dan kehidupan glamor. Wajah dan kehidupan pribadi mereka menghiasi berbagai media, dari layar televisi hingga YouTube. Bukannya hadir sebagai pribadi yang bijak dan teladan, mereka yang berlabel ustaz ini malah asyik menimbulkan kegaduhan melalui narasi yang memecah belah, nir empati karena hidup mewah-mewahan, dan penuh sensasi dengan tak hentinya menampilkan masalah pribadi yang enggak penting-penting amat untuk dikonsumsi publik. Aktivitas dakwah seolah hanya sebagai ladang keuntungan pribadi melalui popularitas yang diberikan.

Di tangan para ustaz selebriti, dakwah dan bisnis saling berkelindan. Umat yang awalnya percaya pada wejangan-wejangan yang disampaikan, dengan sukarela terbuai bujuk rayu para ustaz untuk. Dengan dalih sedekah atau investasi yang dibumbui keuntungan pahala, mereka pun mau melepaskan uang yang dimiliki. Ketika kemudian investasi tersebut bermasalah, masih banyak juga yang membela si ustaz dengan berbagai alasan.

Dalam bentuk yang lain, ustaz selebriti menjadikan umat sebagai konsumen dari barang dagangan mereka. Entah itu dagangan baju atau kurma, hingga dagangan saham. Dari situlah pundi-pundi kekayaan yang menjadi modal hidup mewah para ustaz itu berasal.

Munculnya ustaz selebriti yang penuh kontroversi dan sensasi di media kita selama ini menggambarkan bagaimana dakwah dan pemanfaatan media hanya dianggap sebagai pencaharian, untuk sebanyak-banyaknya mendapat keuntungan pribadi. 

Di tengah kondisi masyarakat yang sedang sumpek, menghadapi berbagai permasalahan, sebagai sosok alternatif yang menjadi bagian dari masyarakat, ustaz sangat berpotensi sebagai sosok penengah dan pencerah segala keruwetan yang ada di masyarakat. Bukan malah menjadi sosok yang jauh dari kata teladan dan malah menjerumuskan umat. 

Strategi Dakwah

Terlepas dari segala citra buruk ustaz masa kini yang perlu untuk segera dikoreksi, peran ustaz melalui dakwahnya masih tetap dibutuhkan dalam masyarakat.

Aktivitas dakwah merupakan serangkaian proses komunikasi yang tak lepas dari beragam pendekatan, stategi dan metode agar tujuan pesan yang mengandung nilai-nilai agama tersampaikan. Tidak melulu soal ceramah, aktivitas dakwah dapat dilakukan melalui beragam metode untuk semakin menguatkan pesan kebajikan yang disampaikan. Dalam ilmu dakwah, ada beberapa metode lain yang dapat digunakan agar pesan yang disampaikan kuat mengena di tiap pribadi atau masyarakat luas. Metode itu antara lain dakwah Bil Qolam (melalui tulisan) dan dakwah Bil Hal (melalui perbuatan). 

Karena aktivitas dakwah merupakan sebuah proses yang panjang. Para ustaz seharusnya melakukan riset kondisi audiens (jamaah) dengan pendekatan yang beragam sesuai kondisi dan situasi sebagai modal pengetahuan. Agar proses dan pesannya efektif tersampaikan, perlu rasanya ustaz maupun ustazah memiliki modal pengetahuan agar tak sembarangan berucap dan beraksi. Sebagaimana yang baru-baru ini terjadi pada Ustazah Oki Setiana Dewi dalam ceramahnya tentang KDRT

Selanjutnya, ustaz dan ustazah harus menerapkan stategi melalui metode yang pas. Bahkan Sunan Kalijaga pun tidak ujug-ujug menggunakan wayang sebagai metode dakwahnya. Ada modal pengetahuan yang bersumber dari riset kondisi dan situasi masyarakat saat itu dan pendekatan secara kultural. 

Hanya dengan mengembalikan sosok ustaz dan ustazah sebagai teladan dan memperbaiki substansi dan metode dakwah berdasarkan pengetahuan yang baik, ustaz dan ustazah bisa kembali menjadi tuntunan, bukan sekadar tontonan.

Anisah Meidayanti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email