Lahir di Jombang, 12 November 2002. Menulis berbagai bentuk tulisan yang tersebar di beberapa media.

Tiap Malam Kosong dan Puisi Lainnya

Dhimas Bima Shofyanto

1 min read

Tiap Malam Kosong

I
tiap malam kosong seluruhnya
selalu kusiapkan segelar dada
yang bening seperti baru
dibasuh dua malaikat kembar
pada lapang padang batu

rintik—lirih—mu
bergelayutan di gigirnya

lekuk deras alir air
yang menghantam balik
sengat matahari
dengan jarum-jarum embun

II
kususuri kembali lokap
kabut kalibut itu

lalu kueja:
ku-e-ja
genang-an mata
geletar bi-bir
ge-debar dada

kutadah pada panas ingatan

biar
meledak
akan
derita

III
sudah kukatakan: muntahkan
saja segala jenis
umpatan anak ibrahim
yang lekat pada tangis!

karena tiap malam
sepenuhnya
akan kusiapkan segelar dada:
agar dapat dipotong dadu;
dan meredakan sedu sedanmu

Yogyakarta, Februari 2024

Gempa Pada Ini Dada

wajahmu geletar padi dihentak
desing lengkung-lengkung suara

membawa pergi segala lenguh
pada tapak-tapak kaki

porak-poranda dada
melindas kota kecil pada ini
diri yang tersambar petir
gerimis siang bolong

pembenaran penggagah mata
harus dihentikan segera;
jangan kau sundulkan ke langit-langit

sebab sekali pucuk jemari terbang
hening akan membelah sapuan
lautan langit tergenang

Yogyakarta, Februari 2024

Lahapan Rekaan

Reka-rekaan adalah gelepar ikan tangkapan
sayang, membiarkan kita menebar
jala-jala yang sesak oleh lubang.

Setiap kali pejaman tertolak
benang kusut ganti menendang.

Ke tengah pusaran, kolam-kolam
cekak yang masih enggan terisi.

Mestikah kita tampung di sini
keseluruhan warna yang menguar
dari desau-desing tak terkatakan.

Sekalipun harap kita dulang dari hantu
artifisial yang sama sekali sama.
Manekin-manekin Korea Selatan;
perwujudan sejati kepurnaan.

Sedang Tuhan telah mengaburkan
pandangan
cekungan kerut
dan mata tangan.

Apalagi yang menggentayangi
kesayuan-kesayuan?
Selain mati adalah baik sekali:
pemutus penderitaan dari apa
apa yang terus dikhawatirkan?

Yogyakarta, Februari 2024

Potret Kekaburan

kekaburan kabur
menanggalkan wajahmu
benderanglah kini
tiap lekuk pada itu
bara pada gigir mulut
yang menyulut
keropos rapuh dadaku
mata kembang jalan tanah
mengembuskan kedamaian ganjil
yang kusibak sewaktu dini
diimpit geletar angin sawah
dan sisanya
adalah langit

Yogyakarta, Februari 2024

*****

Editor: Moch Aldy MA

Dhimas Bima Shofyanto
Dhimas Bima Shofyanto Lahir di Jombang, 12 November 2002. Menulis berbagai bentuk tulisan yang tersebar di beberapa media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email