Tiap Malam Kosong
I
tiap malam kosong seluruhnya
selalu kusiapkan segelar dada
yang bening seperti baru
dibasuh dua malaikat kembar
pada lapang padang batu
rintik—lirih—mu
bergelayutan di gigirnya
lekuk deras alir air
yang menghantam balik
sengat matahari
dengan jarum-jarum embun
II
kususuri kembali lokap
kabut kalibut itu
lalu kueja:
ku-e-ja
genang-an mata
geletar bi-bir
ge-debar dada
kutadah pada panas ingatan
biar
meledak
akan
derita
III
sudah kukatakan: muntahkan
saja segala jenis
umpatan anak ibrahim
yang lekat pada tangis!
karena tiap malam
sepenuhnya
akan kusiapkan segelar dada:
agar dapat dipotong dadu;
dan meredakan sedu sedanmu
Yogyakarta, Februari 2024
–
Gempa Pada Ini Dada
wajahmu geletar padi dihentak
desing lengkung-lengkung suara
membawa pergi segala lenguh
pada tapak-tapak kaki
porak-poranda dada
melindas kota kecil pada ini
diri yang tersambar petir
gerimis siang bolong
pembenaran penggagah mata
harus dihentikan segera;
jangan kau sundulkan ke langit-langit
sebab sekali pucuk jemari terbang
hening akan membelah sapuan
lautan langit tergenang
Yogyakarta, Februari 2024
–
Lahapan Rekaan
Reka-rekaan adalah gelepar ikan tangkapan
sayang, membiarkan kita menebar
jala-jala yang sesak oleh lubang.
Setiap kali pejaman tertolak
benang kusut ganti menendang.
Ke tengah pusaran, kolam-kolam
cekak yang masih enggan terisi.
Mestikah kita tampung di sini
keseluruhan warna yang menguar
dari desau-desing tak terkatakan.
Sekalipun harap kita dulang dari hantu
artifisial yang sama sekali sama.
Manekin-manekin Korea Selatan;
perwujudan sejati kepurnaan.
Sedang Tuhan telah mengaburkan
pandangan
cekungan kerut
dan mata tangan.
Apalagi yang menggentayangi
kesayuan-kesayuan?
Selain mati adalah baik sekali:
pemutus penderitaan dari apa
apa yang terus dikhawatirkan?
Yogyakarta, Februari 2024
–
Potret Kekaburan
kekaburan kabur
menanggalkan wajahmu
benderanglah kini
tiap lekuk pada itu
bara pada gigir mulut
yang menyulut
keropos rapuh dadaku
mata kembang jalan tanah
mengembuskan kedamaian ganjil
yang kusibak sewaktu dini
diimpit geletar angin sawah
dan sisanya
adalah langit
Yogyakarta, Februari 2024
*****
Editor: Moch Aldy MA