Menanti Kelahiran
sebelum kau lahir ke bumi aku sibuk menyiapkan peta
aku tak ingin kau bernasib seperti burung dalam sangkar
yang punya sayap tapi tak bisa terbang melihat dunia.
kau akan tumbuh jadi peliharaan dan menghabiskan hidup
sebagai mainan majikan.
kelak kau kira cinta adalah kebersamaan, tapi kau luput
memahami rasa memiliki jika tak pernah meninggalkan.
kau tak tahu rasa sebuah genggaman jika belum melepaskan.
aku telah siap kehilangan sebelum memiliki sebab bunga
tercantik terletak pada tangkai yang tak kita petik.
aku gagal jadi petualang, kehidupan memaksaku menetap
di satu atap dan tak bisa menatap yang lain.
harta karun
terbesar yang kutinggalkan adalah kekalahan dan aku ingin
kau tak menemukannya.
(Mamuju, 2021)
–
Perihal Nama
: untuk Larik Lembayung Tualang
namamu adalah bagian dari puisi
alih-alih nama seorang pemberani
kau akan lebih banyak merenungi
peristiwa sebagaimana sesaat
sebelum seorang penyair
menulis sebuah larik.
namamu adalah warna yang merujuk
pada matahari yang akan mengecup malam.
di mana jingga dan merah bertaut jadi
lembayung senja. jika kelak kau bertanya,
mengapa? kau akan paham saat sendiri
menyaksikannya
namamu hidup sebagai tualang
agar kelak kau tahu,
bahwa puncak dari seluruh perjalanan
adalah pulang.
(Mamuju, 2021)
–
Tetaplah Menyala
hidup kadang kala adalah semak belukar
ketika kau merasa tak ada lagi jalan keluar
ingatlah pagi yang puitis saat anak-anakmu
membabat tanaman liar yang menjalari
sesak dadamu
cinta yang dalam akan membawamu bertahan
cinta yang dangkal akan mebawamu pergi
dan mengajak ikut anak-anakmu yang tak mengerti
kalau setiap terbitnya matahari
harapan akan selalu terlahir kembali
(Mamuju, 2022)
–
Melawanlah Sehormat-Hormatnya
Istriku, hari tak selalu baik
dan kita tahu kehidupan
memang berjalan seperti
Itu: di mana nasib buruk
dapat berbiak. di mana
kelemahan dapat merusak.
Istriku, jalan-jalan terjal
akan membuatmu terjungkal
kelak jika kau gentar
kehidupan akan membuatmu
terkapar
sebab hidup adalah telusur,
sesekali kita dapat tersungkur
Istriku, kita akan lagi dan lagi,
seperti itu, terus menerus berada
dalam lingkaran: sejenak bisa
bersuka dan tiba-tiba berduka
keheningan yang melahapmu
saban waktu adalah tandanya
Istriku, percayalah pada tabah
karena hari baik pasti akan tiba
karena hidup akan merasa iba
dan ia tahu kau akan jadi ibu
Istriku nasib buruk adalah
kerelaan dan kita punya
pilihan untuk melawan
keadaan
(Mamuju, 2021)
–
Isi Rasa Anak kepada Bapaknya dan Sebaliknya
lengan anak-anak akan selalu setia
merintangkan dirinya di depan pintu
menyambut bapaknya pulang
sehabis bertarung dengan jam kerja
yang makin hari makin tak tahu kalah
dada tegar bapaknya akan selalu lapang
menyiapkan diri untuk disandarkan keluh
yang tersimpan dalam tubuh anaknya
di sepanjang waktu menunggu
yang saban hari tak kenal menyerah
(Mamuju, 2022)
*****
Editor: Moch Aldy MA