Pernah belajar fisioterapi dan psikologi.

Tetap Menari Bersama Hindia

kamarul arifin

2 min read

Daniel Baskara Putra atau yang dalam proyek solonya lebih dikenal dengan nama Hindia, merupakan salah satu musisi yang menjadi penanda era baru musik Indonesia. Bukan hanya kebaruan dalam genre musiknya, tetapi juga tema yang diambil dalam lagu-lagunya. Dalam albumnya yang berjudul Menari Bersama Bayangan, Baskara mengangkat tema personal terkait keresahan remaja-dewasa muda yang belum mapan dalam karir dan mental.

Baca juga: Musik Indie: Gerakan atau Genre?

Meskipun tema lagunya bernuansa gelap dan gaya bernyanyinya yang effortless, tetapi musiknya mengajak kita untuk tetap menari dalam segala kekacauan hidup. Liriknya mungkin sedikit aneh karena tidak mematuhi penulisan yang sesuai SPOK (Subjek, Predikat, Objek), dan sering kali antar kalimat tidak ada kesinambungan. Namun dia mampu merangkum banyak momen dan isu dalam satu lagu. Mari kita bedah pesan-pesan dalam lirik lagunya.

Evakuasi

Lagu ini berisi keresahan Baskara tentang popularitas. Banyak orang yang mendambakan popularitas, namun di balik banyak previlese yang didapat seiring popularitas seseorang, banyak juga hal-hal justru mengganggu. Lagu ini dibuka dengan kalimat “Aku hanya ingin ketenangan. Bukan rumah, uang, atau ketenaran. Aku hanya ingin ketenangan. Ia sangat jauh dari angan-angan.”

Seorang entertainer juga memiliki kerentanan kesehatan mental, karena dituntut untuk tetap bisa menghibur apapun kondisinya. “Seribu Tuhan ini berat. Bangun berpura menjadi kuat.”

Selain itu lagu ini juga menggambarkan kemuakan Baskara terhadap fans, yang menjadikan dirinya sebagai komoditas. Dapat kita lihat dalam kalimat, “Aku bukan objek validasi. Jauhkan diriku dari foto selfi.” Belum lagi perilaku netizen yang merasa mengenal dekat dekat idolanya, sehingga mereka dengan serampangan mengomentari dan menghakimi publik figur. “Kau tak pernah mengenaliku. Berbicara seakan mengenaliku.”

Besok Mungkin Kita Sampai

Di sini Baskara bercerita tentang quarter life crisis, kegamangan menghadapi ketidakpastian masa depan. Apa lagi jika melihat teman-teman sudah meraih impiannya masing-masing. “Stella bertemu pasangannya. Adrian ke Australia. Teman-teman pergi S2. Namun tujuanku belum tiba.” Poin pentingnya Baskara menyarankan kita untuk tidak membandingkan hidup kita dengan orang lain, “Hidup bukan saling mendahului. Bermimpilah sendiri-sendiri.” Setiap orang memiliki jalannya masing-masing.

Jam Makan Siang

Di lagu ini Baskara mengajak kita untuk menjadi diri sendiri dan percaya akan mimpi yang kita punya. Meskipun impian kita ditentang dan diremehkan keluarga. Di sini Baskara juga curhat tentang impiannya menjadi musisi atau seniman yang dianggap tidak memiliki masa depan, oleh stigma di masyarakat. “Boleh berkarya asal hobi saja. Cita-cita cinta dipatah keluarga. Ketika norma peradatan terpilih sebagai alasan. Semua berkata, mimpi sewajarnya.” Kita perlu membuktikan apa yang kita percaya, agar tidak diremehkan orang lain.

Dehidrasi

Di lagu ini Baskara berkolaborasi dengan Petra Sihombing, menyindir teman-teman yang meremehkan mimpinya di masa lalu. “Dengan dulu yang yakin ‘ku takkan bisa. Sekarang menyapa seakan sahabat lama.” Selain itu juga perilaku orang-orang yang tidak menghargai karya seseorang alias mental gratisan dengan embel-embel teman. Ini mengingatkan kita tentang perilaku teman-teman yang toxic. “Berkarya cuma-cuma, nihil m-BCA.” Baskara mengajak kita untuk menyeleksi orang-orang di sekitar kita, siapa yang pantas dijadikan teman. “Lepaskan dirimu, bersihkan lingkupmu. Dari racun yang berusara tentang hidupmu.”

Untuk Apa / Untuk Apa?

Bagaimana bila apa yang kita kejar selama ini, ketika berhasil kita capai justru tidak mendatangkan kebahagiaan? Itulah pesan Baskara di lagu ini. Saat kita berhasil meraih apa yang dulu kita impikan, di sisi lain kita harus kehilangan hal yang paling berharga dalam hidup; keluarga, cinta, waktu, dan privasi. Lagu ini juga bercerita tentang kerakusan manusia. Segala hal yang kita kejar di dunia ini tak akan pernah selesai dan tak akan ada habisnya. Dan pada akhirnya tak akan ada yang kita bawa mati.

Terlepas apa yang engkau percayai. Tetap takkan ada yang dibawa mati. Menimbun surga yang tak bisa dibagi. Akhirnya pun wafat sendiri-sendiri.”

Secukupnya

“Kapan terakhir kamu tertidur tenang (renggang). Tak perlu memikirkan apa yang akan datang di esok hari.” Itulah kalimat pembuka yang sangat menonjok di lagu ini, membuat kita tersentak. Lagu ini mengingatkan generasi muda yang selalu dihantui kecemasan tentang permasalahan hidup dari bangun tidur hingga menjelang tidur. Mulai dari kemapanan yang tak kunjung hadir, permasalahan asmara, hingga keluarga yang tak lagi harmonis. Namun, di sini Baskara justru mengajak kita merayakan kegagalan; bersedih bersama-sama. Karena kegagalan, kesedihan, kekecewaan, adalah bagian hidup dari setiap manusia.

Evaluasi

Lagu yang mengajak kita untuk tetap optimis dan yakin bahwa semua masalah dalam hidup pasti akan berakhir. Dan kalau pun kita sudah merasa tak sanggup lagi menjalani hidup, silahkan rehat, dan percayalah masih ada orang-orang di sekitar yang ingin tetap melihat kita, masih banyak orang yang mencintai dan mendukung kita. “Bilas muka, gosok gigi, evaluasi. Tidur sejenak menemui esok pagi. Walau pedihku bersamamu kali ini. Ku masih ingin melihatmu esok hari.”

kamarul arifin
kamarul arifin Pernah belajar fisioterapi dan psikologi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email