Kadang Main Musik Kadang Tidak

Talenta Wanita di Musik Indonesia

Djoko Santoso

3 min read

Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata grup band? Ide teratas di pikiran kebanyakan orang adalah sekelompok pria muda berjumlah tiga sampai lima orang yang berdiri-berjingkrak di atas panggung, memainkan lagu-lagu hits terbaru. Sangat jarang (atau bahkan tidak ada) yang mengimajinasikan grup band sebagai kelompok wanita bergitar dan bernyanyi di atas panggung dengan keceriaannya.

Memang grup band yang semua membernya kaum hawa sangat sedikit di Indonesia, bahkan mungkin tidak lebih dari hitungan jari. Band wanita paling senior di Indonesia adalah Dara Puspita. Berikutnya disusul beberapa band perempuan yang lahir pada generasi setelahnya. Ada pula yang (sepertinya tidak aktif) seperti She, Wondergel, geger, dll. Meskipun jumlahnya sedikit, tetapi band wanita hampir selalu muncul pada tiap generasi. Berikut beberapa grup band wanita di Indonesia yang cukup mendapatkan perhatian publik dari masa ke masa:

 

Dara Puspita

Generasi 60-an tentu tidak asing dengan nama Dara Puspita. Grup Band ini menjadi pionir band wanita di Indonesia. Grup band asal Surabaya ini lahir berkat “perintah” dari Koes Plus. Awalnya mereka adalah sekelompok anak muda yang mengidolakan Koes Plus.

Dara Puspita sempat melahirkan lagu-lagu hits seperti Surabaya, Mabuk Laut, Pantai Pataya, dst. Mereka juga berhasil menamatkan 250 panggung internasional. Eropa menghadirkan sejuta pengalaman bagi Dara Puspita. Saat bertandang ke Liverpool, Dara Puspita mendapat julukan The Beatles from Indonesia. Mereka banyak membawakan lagu-lagu The Beatles saat di Eropa. Dara Puspita di Liverpool mendapat julukan Flower Girls. Dikisahkan oleh Titik Hamzah (basis Dara Puspita) saat main di Liverpool mereka diteriaki:  ‘Welcome back home, The Beatles from Indonesia!”

Kini Dara Puspita tak lagi aktif di dunia panggung musik. Beberapa personelnya menetap di Belanda. Hanya Titik Hamzah yang berada di Indonesia. Tentu pecinta musik Indonesia (dan luar negeri) menginginkan mereka membuat konser reuni. Akan tetapi mereka enggan memberi jawaban atau kepastian.

 

NonaRia

NonaRia merupakan akronim dari nona-nona ceria. Keceriaannya dibuktikan melalui musik mereka yang cukup membuat dagu pendengar manggut-manggut. Musik NonaRia seolah mengajak pendengar musik untuk bernostalgia ke era 40-an dan 50-an. Musik genre jazz yang bergaya retro ternyata masih diminati pendengar musik Indonesia. Konsep yang jarang (atau belum pernah ada) digunakan untuk menghidupkan lagi suasana tahun 40-an di mana Ismail Marzuki, Bing Slamet, dan Sam Saimun hidup dan aktif berkarya.

NonaRia terdiri atas 3 personal wanita, yaitu Nesia Ardi (vokal dan snare), Nanin Wardhani (keyboard, piano, akordeon), dan Yasintha Pattiasina (biola). Debut mulai tahun 2012 dengan single pertama berjudul Antri Yuk, NonaRia berhasil menyabet gelar Artis Vokal Jazz Terbaik pada Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2018. Kemudian di tahun 2020 mereka merilis album berjudul Sampul Surat NonaRia, sebuah persembahan untuk Ismail Marzuki.

Single paling anyar NonaRia dirilis tahun 2021 dengan judul Malu Dong. Lagu ini berisi imbauan tentang buang sampah pada tempatnya. Berangkat dari keresahan para personel NonaRia terhadap perilaku sebagian masyarakat yang masih abai tentang kebersihan lingkungan dan pembuangan sampah. Ketika negara lain sudah fokus pada pengolahan sampah, kita masih bergelut dengan imbauan untuk buang sampah pada tempatnya.

 

Fleur

Fleur awalnya merupakan proyek musik tribute Dara Puspita. Pada saat itu mereka bernama Flower Girls, dan setelah yakin meneruskan langkah, mereka berganti nama menjadi Fleur. Band ini digawangi 3 personel, yaitu Tanya Ditaputri (gitar, vokal), Tika Pramesti (drum, vokal), dan Yuyi Trirachma (bas, vokal). Fleur kerap membawakan konsep Rock ‘N Roll klasik yang dibalut dengan sound modern.

Bila mendengarkan lagu-lagu Fleur kita akan dibawa nostalgia ke era 60-an. Sound dan aransemen musik Rock ‘N Roll sangat kental di lagu-lagu mereka. Tahun 2022 ini Fleur meluncurkan album yang berjudul Fleur Fleur Fleur. Album tersebut berisi 11 lagu dengan tetap mempertahankan khas Rock ‘N Roll-nya. Sebenarnya beberapa materi dalam album ini sudah dikeluarkan sebagai single beberapa waktu yang lalu. Akan tetapi, kemudian digabungkan menjadi satu album dengan penambahan beberapa lagu baru.

Fleur tetap mempertahankan konsep musik Rock ‘N Roll 60-an dalam lagu-lagu barunya. Termasuk juga dalam Art Work albumnya. Dalam beberapa video klip yang sudah digarap mereka tetap memilih colour grading ala 70-an. Video klip disutradarai langsung oleh Tika Pramesti yang juga merupakan penggebuk drum dari Fleur.

 

VoB

Kehadiran Voice of Baceprot dalam skena musik metal adalah fenomena unik. Beranggotakan tiga wanita hijaber, pada 2021 lalu band ini menggoncang jagat maya Indonesia dengan kabar tur Eropa mereka. Band metal asal Garut ini mengentak panggung lewat tur yang bertajuk Fight Dream Believe.

Konser ini barangkali menjadi awal perjalanan mereka di panggung internasional. Meskipun berlangsung saat wabah Corona masih mengintai, dan beberapa konser terpaksa dibatalkan, dari segi antusias dan jumlah penonton, rangkaian konser ini terbilang sukses.

Mereka punya keunikan berlapis. Marsya, Widi, dan Siti adalah perempuan berhijab yang bermain musik, apalagi musik yang mereka bawakan adalah musik metal yang tidak umum. Skena metal sendiri, umumnya diisi oleh kaum adam dan sering kali dipandang negatif. Namun, Voice of Baceprot (VoB) diisi oleh kaum hawa yang tetap mampu mempertahankan sisi religius mereka.

Kepekaan sosial mendorong para anggota VoB untuk memberontak. Hidup di tengah masyarakat yang agamis dan konservatif, kebebasan mereka dikekang banyak garis aturan. Dalam masyarakat konservatif, seorang gadis diharapkan diam di rumah, membantu pekerjaan orangtua, dan mengaji. Pola pikir dan kebiasaan masyarakat semacam ini yang mereka lawan. Perempuan harus melihat dunia yang luas dan berhak bermimpi setinggi-tingginya, sama seperti laki-laki. Mimpi perempuan tak bisa dicapai ketika dihalangi oleh aturan-aturan yang diskriminatif terhadap mereka.

Melalui musik, VoB membagikan cerita dan melawan keresahan. Mereka meminta izin kepada Tuhan untuk bermain musik. Hal ini dituangkan dalam lirik lagu “God, Allow Me (Please) to Play Music”. Lewat lagu tersebut, mereka menggugat kenyataan bahwa manusia sering menggunakan agama untuk melarang musik. Para musisi bukanlah penjahat, bukanlah musuh, bukan pula koruptor. Mereka hanya ingin mengekspresikan diri.

Bila dicerna liriknya, isi lagu mereka sangat fundamental, apalagi ketika dilihat dari perspektif agama. Pemahaman agama yang menolak musik (meskipun minoritas) tetap menjadi problem tersendiri. Apalagi musisinya adalah perempuan dan musiknya musik cadas. Benturan keras amat mungkin terjadi.

Beranggotakan perempuan, VoB turut menyuarakan isu-isu perempuan. Bisa jadi ini adalah cara mereka menuangkan keresahan sejak kecil. Dalam lagu [Not] Public Property mereka menyatakan bahwa tubuh perempuan bukanlah properti publik yang semua orang boleh sembarangan memilikinya. Mereka melawan pikiran-pikiran seksis dan kotor.

Grup band yang seluruh personelnya wanita memang tak banyak di Indonesia. Akan tetapi, beberapa dari mereka mampu menembus pasar internasional dan membuktikan bahwa talenta wanita tak kalah bersaing dengan kaum adam. Nama mereka harum di kancah musik dunia. Dara Puspita menjadi legenda, VoB meniti laku pendahulunya.

***

Editor: Ghufroni An’ars

Djoko Santoso
Djoko Santoso Kadang Main Musik Kadang Tidak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email