Ingin menulis terus sampai mati agar bisa bahagia sampai mati. Masih belajar di Dapur Sastra Jakarta. Kini tinggal di Depok dan bekerja di sebuah LSM dengan isu akuntabilitas.

Tak Ada Kucing di Surga dan Puisi Lainnya

Nurul Azizah

1 min read

Tak Ada Kucing di Surga

Rumi,
yang pergi belum datang
dalam bentuk yang lain
Mungkin memang ada
yang tak akan tergantikan

Katanya, tak ada kucing di surga
Tak ada kucing
Masihkah ada surga?

Tapi, kukira
Sepotong rindu yang melebihi
kecondongan lain pada dunia ini
Pasti alamatnya juga bukan neraka

#EmpatbelasJuliDuaribuduadua

Pada Suatu Plesir TikTok

kabar-kabar kasar menyasar
kita di mana-mana
wacana perang dunia ketiga
sampai virus corona
duka-duka tiba-tiba
berganti-ganti nama
tetapi kemudian kutemukan
kegemasan yang cukup
menyenangkan dan menenangkan
dari penyair campur teknologi
tapi kali ini bukan lewat puisi
mereka terbitkan bahagia
yang sama sekali berbeda

pada suatu pelesir tiktok, ada
Adimas yang sepertinya menemukan
suara pulangnya yang tak lagi rahasia
pada suatu pelesir tiktok, aku
ingin Sapardi viral bukannya
menunduk dan menangis sendirian
di suatu lorong pada pagi itu
sepertinya mereka membuktikan
bahwa penyair
memang tak boleh terpisah dari zaman
dan masyarakatnya

: Joko Pinurbo sedang apa?
Sudah selesai makan Khong Guan?

Setiap Hari Senin

masih banyak yang menangis
di Minggu malam
bukan menolak tersedu
aku sungguh tertegun
besok Senin, katanya
ketika mataku mengatakan
bahwa setiap hariku Senin
dia menangis sambil tertawa
aku tertawa sampai menangis

#SeptemberDuaribuduasatu

Kampung Jakarta

setiap kota dahulu kampung
keterbukaan yang kadang sering
menjadi keterlukaan
pesisir ini pantang mengusir
benarkah kami tak berbudaya?
di mana pula kini Si Doel
yang sembahyang, mengaji?
kami banyak terusir dan mengusir diri
semakin ke pinggir
ke mana harus merantau?
bagaimana cara pulang
ke kampung yang dulu?

#MeiDuaribuduadua

Kehilangan Berat Jiwa

kita bohong soal membenci ukuran
sebab memuja dengan atau tanpa pura
kita membuang matematika
tapi memungut segala perhitungan
hari-hari silau yang ramai dan berlari
seolah kita tak akan kehabisan cara
mengurangi diri sendiri.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Nurul Azizah
Nurul Azizah Ingin menulis terus sampai mati agar bisa bahagia sampai mati. Masih belajar di Dapur Sastra Jakarta. Kini tinggal di Depok dan bekerja di sebuah LSM dengan isu akuntabilitas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email