Tafsir Mata-Mata dan Puisi-Puisi Lainnya

Nurul Lathifah

2 min read

Lacan: Yang Lain

Aku ingin menerjemahkan kisah kita sebagai puisi-puisi yang akrab dan hangat; serupa peluk ibu saat laut menggenangi mataku dan mulutku penuh keinginan-keinginan yang masih umpama: sebab pelukmu selalu saja gemar tidak mendekapku.

Aku ingin menerjemahkan kisah kita sebagai puisi; sebagai remahan-remahan kemungkinan, yang tidak akan habis sekali lahap: sebab aku adalah perut andai yang selalu kelaparan mencari hangat sapamu.

Aku ingin menerjemahkan kisah kita sebagai puisi: sebab hanya dalam puisi aku mampu mengkhianati jarak yang lebih luas dari lengan almarhum ayah. Berapa jauh langkah yang dibutuhkan untuk mencapai renjana cintamu?

Pukul 21:25, biarlah kita menjelma puisi pada baris-baris yang gagap ini; menjadi yang paling makna pada bisikan frasa ini: akulah setapak-setapak kecil yang diam-diam menghampiri punggungmu yang hampir selalu berjalan mendahuluiku.

Kemiskinan itu Bernama Sartre

Kamu tahu kemiskinan serupa borgol yang ikatnya menyita seluruh hidupmu juga hidup pelancong yang tidak sengaja melongok ke dalam matamu.

Anak-anak tidak lagi mengepal harap dan belajar. Setiap inci pundaknya tumbuh mata air yang riaknya dipenuhi nganga tanya dan kecemasan-kecemasan akan esok.

Deras dan memegapkan.

Seserok, dua serok, juga minggu dan bulan yang kamu angkut bersama batu dan pasir yang menjadikan setapak bagi kami untuk melongok-longok ke dalam redup matamu.

Matamu, seorang pendongeng tabah yang sesekali ingin membenturkan diri pada kisah-kisah hebat tentang Sartre dan ide-ide kebebasannya. Tapi matamu yang lebih sering ingin terpejam itu enggan berkarib dengan waktu. Waktu adalah repetisi nanar nasib yang setiap detiknya memakui segala umpama.

Kebebasan bagimu merupakan Chanel No.5—parfum mewah yang aromanya asing dan tidak sampai pada pucuk hidungmu: seperti kesempatan untuk bisa memilih besok makan apa.

Kita adalah Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa
: terinspirasi dari lagu Melancholic Bitch

Malam ini sudah kuputuskan, aku akan memikirkan air mata dan api di lidahmu yang membakar setengah tubuhku;

perkara tubuh kata seumpama jembatan yang hampir gagal meraih seberang.

Aku bertanya pada Bapak, bagaimana cara merekatkan jembatan hingga ia mampu membawaku pada ujung puisi yang menari kegirangan.

Tetapi hanya kesunyian yang merembes dari dinginnya mulut Bapak.

Aku tidak bisa belajar dari sesuatu yang tak pernah diwarisi, pikirku.

Kamu akan kembali mengobarkan api di lidahmu ke dalam denyut pembuluh darahku, hingga darahku mendidih—aku akan berusaha kembali memadamkan didihnya dan berusaha mencegahnya meledakkan diri.

Aku mengambil kitab suci dan memasukkannya ke dalam dadamu.

Bismi-llāhi ar-raḥmāni ar-raḥīm.

Aku berharap waktu tidak terburu-buru dalam menjadikan kita abu.

Di mana aku bisa membeli waktu?

Aku ingin berciuman hingga jam dinding lupa menghitung detaknya dan kita bisa meluapkan dan melupakan api yang menghanguskan diri kita.

Aku menelan habis Dufan dan merancangnya pada seluruh peta tubuhku: kun fa-yakūn.

Tafsir Mata-mata

Jika Hawa tercipta di dunia pada tahun 2021, ia akan dikecam karena bertelanjang dada dan disensor dan dijerat hukuman, oleh mata-mata yang diam-diam menghujatnya; mata-mata yang diam-diam memujanya, kadang tak ada bedanya, kadang tak ada redanya.

Tidak boleh memakai ransel karena akan menunjukkan bentuk payudara. Tidak boleh memakai BH karena akan menonjolkan bentuk payudara. Tidak boleh tidak memakai BH karena akan memperlihatkan bentuk payudara. Kata mata-mata yang diam-diam menghujatnya. Kata mata-mata yang diam-diam memujanya.

Mata-mata yang mengembuskan trauma pada tiap napasnya, yang membarui dan membirui ingatan. Ingatan seperti gelas plastik, menolak tua dan menolak dihancurkan. Seperti bayi Tuhan yang menangis dalam kepala. Riuh dan kekal. The Body Keep The Score, katanya.

Jika Hawa tercipta di dunia pada tahun 2021, followers Instagram-nya berjumlah M dan profilnya telah terverifikasi biru, seperti hatinya yang liyan dan lebam memangku luka generasi-generasi sebelumnya.

Ayah dan Ibu adalah sosok yang ketidakhadirannya memenuhi kehadirannya. Dan Hawa—tidak pernah utuh harus selalu patuh, begitulah cerita pelengkap Adam.

Jika Hawa tercipta di dunia pada tahun 2021, ia akan menangis dan meringis, membaca judul  berita tentang pemerkosaan sekaligus pembunuhan sadis seorang gadis, “GADIS CANTIK INI DIGAGAHI RAMAI-RAMAI OLEH LIMA LAKI-LAKI YANG SEDANG MABUK MIRAS”. Sudah tewas masih saja diobjektifikasi habis. Dasar misoginis! Najis!

Jika Hawa tercipta di dunia pada tahun 2021, ia akan meluapkan air mata dan tidak melupakan mata-mata. Mata-mata yang menghujatnya; mata-mata yang memujanya; mata-mata yang melahapnya.

Ia lupa ia adalah perempuan yang tafsirnya ditulis oleh laki-laki yang rapuh dan ketakutan.

Jika Hawa tercipta di dunia pada tahun 2021, ia akan meluapkan air mata dan tidak melupakan mata-mata. Mata-mata yang menghujatnya; mata-mata yang memujanya; mata-mata yang melahapnya.

Ia lupa ia adalah perempuan yang tafsirnya ditulis oleh laki-laki yang rapuh dan ketakutan.

Pertanyaan-pertanyaan: kepada Jokpin

Saya dibesarkan oleh Bahasa Indonesia yang pintar dan lucu walau kadang rumit dan membingungkan. Ia mengajari saya cara bertanya-tanya, sehingga saya tahu bahwa kadang ada pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, seperti kenapa hampa bisa terasa berat?

Kenapa sedih susah untuk sudah?

Kenapa hati yang kosong bisa terasa penuh?

Kenapa daku selalu gagap terhadap duka?

Kenapa pengabaian perlu penerimaan?

Kenapa sesuatu yang pernah kadang harus punah?

Kenapa tangis yang dipendam terasa kering?

Kenapa pilu memerlukan pulih?

Kenapa kebebasan yang tidak dibatasi jadi kebablasan?

Kenapa peluk yang memunggungi terasa pelik?

Kenapa jerit bisa terdengar senyap?

Kenapa keguguran tidak sama dengan kegagalan?

Kenapa negara yang sakit memiliki banyak sekat sosial?

Kenapa dalam puisi luka selalu laku?

Seperti puisi ini yang gugup memberitakan kehilangan.

Nurul Lathifah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email