Membaca buku Airmata Darah untuk Pangeran Madinah karya Kuswaidi Syafi’ie yang merupakan syarah ringkas terhadap kitab Burdah karya Imam Muhammad al-Bushiri, membuat saya merasa semakin beruntung menjadi umat Nabi Muhammad SAW. Beliaulah Nabi terakhir sekaligus manusia terbaik di dunia sepanjang masa. Tidak ada yang mampu menandingi Nabi Muhammad SAW dari berbagai aspek: moralitas, spritualitas, maupun cara bersosial dalam kehidupan sehari-hari. Beliau merupakan insan kamil yang menjadi sebab dari diciptakannya bumi yang kita tempati saat ini.
Burdah merupakan suatu Qasidah yang berisi syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Syair tersebut diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir. Di Indonesia, Burdah sering dilantunkan, terutama oleh kaum Nahdliyin. Qashidah Burdah memang selalu didengungkan oleh para pecintanya setiap saat.
Dalam buku Airmata Darah, bait Burdah yang berjumlah 168 dibagi menjadi 10 bagian yang memiliki batasan pembahasan masing-masing sesuai dengan urutan dari bait kitab Burdah itu sendiri. Bagian pertama menjelaskan tentang nyanyian dan derita cinta. Bagian kedua tentang peringatan terhadap hawa nafsu. Bagian ketiga mengarah pada puja-puji untuk Nabi Muhammad SAW. Bagian keempat tentang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Bagian kelima tentang mukjizat-mukjizat Nabi Muhammad SAW. Bagian keenam beralih pada kemuliaan dan keterpujian Al-Qur’an. Bagian ketujuh menggambarkan tentang isra’ dan mikraj Nabi Muhammad SAW. Bagian kedelapan menceritakan tentang jihad Nabi Muhammad SAW. Bagian kesembilan tentang tawasul pada Nabi Muhammad SAW. Dan yang terakhir adalah tentang munajat dan menyampaikan hajat terhadap Nabi Muhammad SAW.

Meski buku ini tergolong cukup tebal, namun keindahan lantunan bait Burdah mengiringi lembar demi lembar, narasi yang lugas dan tegas, serta tambahan refrensi yang sumber utamanya berasal dari kitab ‘Ashidah asy-Syuhdah karya al-‘Allamah as-Sayyid ‘Umar bin Ahmad Afandi al-Hanafi (wafat pada tahun 1299), seorang mufti di Kota Harput, Elazig, Turki, membuat saya merasa nyaman dalam menyelami dalamnya pengetahuan yang ditransfer oleh penulis melalui narasi yang disusun rapi tanpa harus merasa terbebani. Sungguh, buku ini telah berhasil menambah kecintaan saya terhadap baginda Nabi besar Muhammad SAW.
Tidak hanya itu, buku dengan tebal 359 halaman ini juga membuat saya semakin sadar, betapa luar biasa ibadah yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW meski telah mendapatkan jaminan surga oleh Allah SWT. Sebagaimana yang tercantum dalam bait burdah ketujuh, di halaman 26, digambarkan bahwa pipi Nabi Muhammad SAW pucat kekuning-kuningan karena senantiasa mengarungi malam-malam dengan munajat dan menyelami samudera keagungan-Nya. Sehingga rembulan dan matahari pun menjadi pucat di hadapan beliau. Ini menjadi bukti kecintaan Nabi Muhammad SAW terhadap Tuhan, Allah SWT sungguh sangatlah tinggi.
Disebutkan juga bahwa perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan risalah Islam tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak rintangan yang harus beliau hadapi dengan lapang dada, baik itu yang berasal dari kerabat dekatnya sendiri, ataupun yang datang dari kaum kafir Quraisy lainnya. Baik berbentuk perang yang sudah terjadi sebanyak 27 kali, yang sembilan di antaranya dipimpin langsung oleh beliau. Sebut saja salah satunya ialah perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, dan lain sebagainya. Ataupun berbentuk serangan, cacian, atau makian yang datang langsung pada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad sebagai panutan seluruh umat menyikapi semua rintangan dengan gagah berani. Hal tersebut dijelaskan dalam bait Burdah ke 119, halaman 247, bahwasanya di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad, orang-orang kafir laksana kawanan kambing. Dan tombak-tombak para tentara Islam ibarat senjata di tangan para tukang jagal. Sementara di hati para musuh hanyalah kecamuk rasa takut dan kekalutan.
Satu hal yang tak kalah penting adalah, bahwa semua perjuangan tersebut juga diiringi dengan keistimewaan (mukjizat) yang diberikan oleh Allah terhadap Nabi Muhammad SAW. Mukjizat tersebut diberikan di waktu yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan yang ada. Adapun beberapa mukjizat yang disebutkan dalam buku ini di antaranya ialah:
Pohon yang tercerabut sendiri dari akarnya lalu menghampiri Nabi Muhammad SAW setelah mendapatkan salam dari beliau sesuai dengan permintaan seorang badui pada sebuah kesempatan. Hal ini dijelaskan dalam bait Burdah ke-72 di halaman 160.
Adanya awan yang senantiasa menanungi Nabi Muhammad SAW dari panasnya terik matahari saat beliau melakukan perjalanan dari Syiria ke Mekkah dalam rangka perdagangan. Hal tersebut dijelaskan dalam bait Burdah ke-74 di halaman 164.
Tangan Nabi Muhammad SAW yang sanggup menenggelamkan matahari dan membelah rembulan sesuai dengan permintaan Raja Syiria yang bernama Habib bin Malik. Setelah menyaksikan peristiwa tersebut, sang Raja langsung mendeklarasikan kebenaran Islam dan langsung masuk agama Islam. Peristiwa ini dirangkum dalam bait Burdah ke-75 di halaman 166.
Persembunyian Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar As-Shiddiq dari kejaran kaum kafir Quraisy di Gua Tsur. Berkat pertolongan Allah SWT, keduanya tidak terlihat oleh pandangan kaum kafir Quraisy. Kisah ini termaktub dalam bait burdah ke-76 di halaman 169.
Nabi Muhammad SAW mampu menyambung dan menyembuhkan tangan Mi’wadz bin ‘Afra’ yang dipotong oleh Abu Jahal dalam perang Badar. Hal ini dijelaskan dalam baitu Burdah ke-85 di halaman 187.
Selain itu, mungkin masih ada lagi mukjizat lain yang tidak tercantum dalam kitab Burdah dan syarahnya. Namun, hadirnya buku Airmata Darah untuk Pangeran Madinah sebagai syarah dari kitab Burdah ini sudah sangat cukup untuk menggugah rasa kagum, bangga, dan bahagia saya sebagai umat Nabi Muhammad SAW sebagai manusia terbaik sepanjang zaman. Sebagimana dikatakan oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husin al-Habsyi di bagian penutup yang berbunyi sebagai berikut:
“Zaman di dunia ini nanti akan habis, sementara kemuliaan Nabi Muhammad SAW belum rampung sepenuhnya dijelaskan.”
***
Editor: Ghufroni An’ars