Sungkup Perdu Putri Malu
dapatkah sebuah simfoni
sungguh membawaku menuju
kejatuhan nan agung
di antara sekelumit pertanyaan
yang meluruh membusuk
di antara jarak yang tercipta
oleh kobaran api
yang menghanguskan tubuhmu
dapatkah aku bersungut untuk nasib kertas-kertas yang menangis
semua kesedihan adalah semua kejatuhan adalah semua alasan-alasan
adalah ketakutan-ketakutan;
kerinduan yang kita ciptakan
aku merangkumnya:
sungkup perdu putri malu
di ujung penaku
halaman-halaman kosong;
mimpi tak sempurna
ciuman-ciuman yang
entah ke mana akan pergi
aku bermimpi melihatmu;
sungguh-sungguh melihatmu
berdoa di atas kuburanku
–
Pada Sepi
jangan gugur ke dalam kesepian sayang
bolehkah aku yang bukan sesiapamu menggumam
kenakanlah bajumu, kancing-kancingnya, jahitan-jahitan,
lalu beri aku yang sobek darinya
hempaslah selembar karpet suci untuk doa-doa malam,
lampirkan ia di bawah telapak kakimu—
lalu beri aku yang sobek darinya
jangan gugur ke dalam kesepian sayang;
biar aku
–
Telang Bercinta
kau melihat dua daun telang melepas gaun hijaunya dan bercinta
sebuah kompor menyala, nasi hangat di atas meja, menunggu…
telur atau ikan atau perselingkuhan; nikmatnya pengkhianatan
sebab kita bercinta saat lampu-lampu kota redup di dalam gigil kopi
ada benteng-benteng kolonial, hantu-hantu penjaga, ada yang lain,
ada kau dan aku dan dua daun telang melepas gaun hijaunya dan bercinta!
–
Hanya Batu dan Air Mata
gubuk tua di tepi sawah itu sedang dimamah waktu
dan tak apa, kukira batu pun akan lebur oleh rintik air mata
pada pukul-pukul lain yang akan datang, hari-hari akan terasa demikian sederhana
biarlah dusta merangkum dirimu dan diriku ke dalam halaman-halaman baru
yang tak akan kau baca, yang tak akan kubaca, mungkin anak-anak kita?
hanya gubuk tua di tepi sawah, hanya batu dan air mata
–
Sepertiku, Sepertinya
aku mengambil peduli ke atas piring untuk makan malam abadi
sebelum mulut-mulut kotor menjilat jerit derita masa lalunya
buah kebencian adalah buah-buah yang tumbuh dari kemarahan padanya
karena cinta melayang pergi bersama ayah yang meninggalkan rumah
tetapi, percayalah bahwa tuhan selalu milik ibumu.
bersetia. tak akan ke mana. sepertiku. sepertinya.
*****
Editor: Moch Aldy MA