satir adalah humor | romuh halada ritas

Setelah Rafah dan Puisi Lainnya

Muhammad Syahroni

32 sec read

SETELAH RAFAH

Setelah Rafah,
aku akan berjalan
ke surga.

Di depan,
Saudaraku menyerukan nama,
seruan yang lebih keras
dari ledakan bom dan rudal.
Aku berlari sangat kencang,
lebih kencang
dari peluru-peluru tembakan.

Di depan,
anak-anak riang menyambutku,
berpelukan, lebih dekap
dari peluk malam
menghangatkan tubuh-tubuh dari ancaman.

TAMU-TAMU RAFAH

Teriakan Rafah terdengar
mengetuk pintu rumah-Ku
Aku berlari menyambut tamu-tamu
yang tersenyum berdarah-darah.

“Masuklah, anak-anak-Ku,”
sambut-Ku mengulurkan tangan
memeluk anak-anak yang berhambur
di taman surga penuh dengan mainan.

PARADE

Di surga sedang sibuk, malaikat-malaikat
menyiapkan parade panjang.
Genderang dan trompet dibunyikan,
kembang-kembang seperti gerimis kecil
menyenangkan. Tuhan dari Ars tersenyum
mengulurkan tangan.

BAU APAKAH ITU?

Apa itu darah,
bukan, itu minyak kasturi.

SERIBU MALAIKAT DI LANGIT

Bom seperti biji kembang,
mekar di langit memerah.
Riang anak menyiram darah,
tangisan, lalu jeritan.

Disusul pacuan kuda dari langit,
seribu malaikat putih
seperti melati bermandi embun.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Muhammad Syahroni
Muhammad Syahroni satir adalah humor | romuh halada ritas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email