SETELAH RAFAH
Setelah Rafah,
aku akan berjalan
ke surga.
Di depan,
Saudaraku menyerukan nama,
seruan yang lebih keras
dari ledakan bom dan rudal.
Aku berlari sangat kencang,
lebih kencang
dari peluru-peluru tembakan.
Di depan,
anak-anak riang menyambutku,
berpelukan, lebih dekap
dari peluk malam
menghangatkan tubuh-tubuh dari ancaman.
–
TAMU-TAMU RAFAH
Teriakan Rafah terdengar
mengetuk pintu rumah-Ku
Aku berlari menyambut tamu-tamu
yang tersenyum berdarah-darah.
“Masuklah, anak-anak-Ku,”
sambut-Ku mengulurkan tangan
memeluk anak-anak yang berhambur
di taman surga penuh dengan mainan.
–
PARADE
Di surga sedang sibuk, malaikat-malaikat
menyiapkan parade panjang.
Genderang dan trompet dibunyikan,
kembang-kembang seperti gerimis kecil
menyenangkan. Tuhan dari Ars tersenyum
mengulurkan tangan.
–
BAU APAKAH ITU?
Apa itu darah,
bukan, itu minyak kasturi.
–
SERIBU MALAIKAT DI LANGIT
Bom seperti biji kembang,
mekar di langit memerah.
Riang anak menyiram darah,
tangisan, lalu jeritan.
Disusul pacuan kuda dari langit,
seribu malaikat putih
seperti melati bermandi embun.
*****
Editor: Moch Aldy MA