Hari ini tepat 20 tahun yang lalu 2 pesawat jet yang dibajak oleh kelompok teroris ditabrakkan ke menara kembar WTC di New York menghancurkan gedung tersebut dan membunuh hampir 3.000 orang.
Serangan tersebut terjadi sekitar pukul 8.46 Selasa pagi hari di New York atau pukul 7.46 malam harinya di Jakarta. Mungkin kita di Indonesia baru bisa melihatnya di layar kaca sekitar pukul 9 atau 10 malam. Serangan pertama di tanah Amerika Serikat sejak Japang menyerang Pearl Harbor di Hawaii tahun 1941 ini mengubah total bukan hanya dunia tetapi juga Indonesia selama dua dekade terakhir ini.
Serangan ini dan kemudian diikuti pemboman di Bali pada 12 Oktober yang memakan korban 202 orang di tahun berikutnya mengubah hidup sehari-hari banyak orang di Indonesia.
Pertama-tama serangan tersebut menyadarkan dunia dan kita sendiri bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, atau banyak ditulis secara salah, negara Islam terbesar di dunia, karena media-media internasional mulai sering menyebut Indonesia seperti itu. Sebelumnya, orang Indonesia tidak menyadari atau tidak merasa penting menyebut fakta itu. Meskipun demikian harus digarisbawahi bahwa meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim, kita bukanlah negara Muslim.
Pengaruh besar kedua adalah bahwa menjadi Muslim menjadi berbeda setelah serangan tersebut karena Muslim diperlakukan berbeda bukan hanya di seluruh dunia karena “War on Terror” yang diancarkan oleh Amerika Serikat di seluruh dunia tetapi juga perlakuan di negeri sendiri. Perbedaan antara orang-orang yang menganut agama yang berbeda menjadi sangat terasa di Indonesia.
Pengaruh ketiga adalah pesantren dan bersekolah di pesantren menjadi penting dan bebeda. Pesantren menjadi sorotan dan kajian. Banyak orang Indonesia sendiri yang tidak mengerti betul apa itu pesantren, dan dengan banyaknya berita dan kajian tentang pesantren ini. Sementara itu kata-kata seperti terorisme, radikalisme dan fundamentalisme Islam mewarnai percakapan sehari-hari orang Indonesia ketika pemberitaan media dan kajian terhadap Islam tiba-tiba menjamur. Kemudian orang yang rajin salat dipandang berbeda sekarang.
Pengaruh keempat adalah tiba-tiba Indonesia menjadi negara sarang teroris, dan beberapa serangan teroris benar-benar terjadi. Banyak orang Indonesia, terutama yang beragama Islam, terkejut karena tidak terbayangkan orang Islam bisa melakukan pembunuhan-pembunuhan seperti ini. Perlu waktu untuk mereka melepaskan penyangkalan ini dan menerima bahwa memang ada kelompok dalam Islam yang menjadi teroris.
Selanjutanya, terorisme dan memberantas terorisme menjadi agenda nasional. Setiap sekolah diperkenalkan bahaya terorisme dan hampir tidak ada percakapan sehari-hari tanpa kata teroris atau terorisme. Tiba-tiba juga organisasi-organisasi Islam bermunculan. Pawai dan pengajian akbar organisasi ini menjadi berita dan pemandangan sehari-hari di jalan jalan.
Pengaruh penting lainnya adalah peran polisi di Indonesia melonjak menjadi sangat penting karena perang melawan teroris ini. Pemisahan dari militer dan perannya dalam masalah teroris ini mendasari kuatnya dominasi dan pengaruh polisi di Indonesia hingga saat ini.
Di dunia internasional Indonesia yang sempat kehilangan perannya karena berakhirnya perang dingin 10 tahun sebelumnya dan yang juga sangat kehilangan muka dengan peristiwa pelanggaran HAM di Timor Leste yang kemudian akhirnya lepas dan merdeka mendapatkan perannya kembali dengan perhatian dunia kepada Islam dan terorisme. Amerika Serikat, misalnya, menjadikan Indonesia partner melawan teroris di Asia Tenggara dan dunia. Modal sosial sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang berhasil menjadi negara demokrasi dipakai terus oleh diplomasi Indonesia di dunia internasional.
Serangan teroris 11 September 2001 memang terjadi di Amerika Serikat tetapi serangan itu mengubah dan mempengaruhi Indonesia hampir dalam segala bidang.