Look who we are, we are the dreamers…
We’ll make it happen ‘cause we believe it
Look who we are, we are the dreamers…
We’ll make it happen ‘cause we can see it
Lagu Dreamers yang dinyanyikan salah satu personel BTS, Jung-Kook dan penyanyi Qatar Fahad Al Kubaisi di Stadion Al Bayt, Al Kohr pada Minggu malam 20 November 2022 itu menandai dimulainya pesta sepak bola Piala Dunia 2022 di Qatar. Lagu itu menambah panjang daftar lagu-lagu yang dijadikan official song, theme song, dan soundtrack Piala Dunia.
Kita tentunya pasti akrab dengan yel-yel “go… go… go… ale-ale-ale…” di beberapa perhelatan olahraga. Dengan mendengarkan yel-yel yang dicuplik dari lirik lagu La Copa de la Vida yang dinyanyikan Ricky Martin pada Piala Dunia 1998 itu, imajinasi akan langsung tertuju pada lapangan hijau, bola, dan timnas negara-negara yang sedang berlaga. Kita juga akrab dengan penggalan lirik lagu “we… are the champions… my friend…” yang diputar ketika pengalungan medali atau penyerahan piala pada akhir sebuah kompetisi. Lagu dari Queen tersebut seolah menjadi rangkuman perjuangan para atlet dari proses latihan hingga bertanding di gelanggang olahraga.
Baca juga:
Pada Piala Dunia, penggunaan theme song atau lagu resmi sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1962. Saat itu, lagu “El Rock Mundial” milik band rock and roll lokal Chile, Los Ramblers, terpilih sebagai lagu resmi Piala Dunia Chile 1962. Namun sayang sekali lagu itu kurang populer karena terlalu bercita rasa primordial dan seolah tidak mewakili semangat dari tim selain timnas Chile. Lagu itu akhirnya hanya menjadi penyemangat timnas Chile saja alih-alih menjadi soundtrack peserta Piala Dunia secara keseluruhan. Hal itu terus berlangsung pada Piala Dunia tahun-tahun berikutnya. Tuan rumah berlomba membuat lagu-lagu hanya untuk mewakili semangat negaranya sendiri dalam berkiprah di Piala Dunia.
Tradisi itu berubah ketika Piala Dunia 1990. Lagu-lagu Piala Dunia di tahun ini dan setelahnya semakin memberikan semangat universal, kebersamaan, dan persaudaraan. Lagu-lagu Piala Dunia menjadi penyebar semangat olahraga yang penuh sportivitas, kesetaraan, dan kegembiraan.
Lagu Un’estate Italiana menjadi theme song pertama FIFA yang mewakili semangat seluruh peserta Piala Dunia. Lagu bergenre classic rock yang dinyanyikan oleh Edoardo Bonnato dan Gianna Nannini tersebut membuat Piala Dunia yang dilaksanakan di Italia saat itu jadi lebih megah, indah, dan meluas gaungnya. Lagu itu membuat Piala Dunia seolah menjadi milik semua negara, bahkan negara yang tidak mengikuti Piala Dunia sekalipun.
Selanjutnya, pada tahun 1994, FIFA memilih lagu Glory Land sebagai theme song acara turnamen sepak bola dunia yang dilaksanakan di Amerika. Lagu yang dinyanyikan oleh Darryl Hall dan diiringi oleh grup paduan suara Sounds of Blackness tersebut terdengar sangat melodius dan megah. Tak ayal memang, album lagu Piala Dunia tahun itu diproduseri oleh band rock legendaris Queen. Salah satu lagu mereka, We Are the Champions juga masuk dalam album dan sejak saat itu sangat lekat dengan gelanggang olahraga.
Pada tahun 1998, Piala Dunia Perancis menjadi sangat fresh ketika turnamen itu mempunyai lagu resmi yang sangat berbeda genre dengan dua Piala Dunia sebelumnya. Lagu La Copa de La Vida dari Ricky Martin sangat kental dengan nuansa Amerika Latin. Dibuka dengan perkusi rapat dan terompet khas musik Meksiko, lagu ini mengalir dengan rancak dan penuh semangat. Penggunaan bahasa Spanyol tidak menghalangi kepopuleran lagu itu hingga refrainnya sangat mudah dihafalkan oleh anak-anak kecil sekalipun di berbagai belahan dunia. Lagu dengan judul bahasa Inggris Cup of The Live itu juga berhasil meraih peringkat 2 lagu latin terbaik dan peringkat 18 tangga lagu Billboard khusus lagu-lagu pop. Beberapa media juga memasukkan lagu tersebut ke jajaran lagu Piala Dunia terbaik sepanjang masa.
Selain Ricky Martin, band anarko Chumbawamba juga turut meramaikan album lagu penyemarak dari event empat tahunan tersebut. Lagu berjudul Tubthumping sangat membekas pada ingatan penonton sepak bola dunia tahun 1998. Itu merupakan lagu kedua Chumbawamba yang lekat dengan semangat kolektivitas dan sportivitas olahraga setelah satu tahun sebelumnya mereka merilis single berjudul Top of The World (Ole ole ole); sebuah lagu yang tak kalah legendarisnya dari lagu Piala Dunia lainnya karena reffrainnya sering dipakai oleh suporter sepak bola di seluruh dunia sebagai yel-yel tim kebanggan mereka hingga saat ini.
Sepakbola yang pada awalnya identik dengan olahraga maskulin perlahan terhapus dan semakin netral gender dengan terpilihnya lagu dari beberapa penyanyi perempuan sebagai theme song resmi event Piala Dunia. Anastacia meramaikan Piala Dunia Korea-Jepang 2002 dengan hitsnya Boom. Disusul Toni Braxton yang berkolaborasi dengan Il Divo dengan lagunya The Time of Our Lives pada Piala Dunia Jerman 2006. Pada Piala Dunia Afrika 2010, kita pastinya ingat lagu Waka-waka yang sangat ikonik dilantunkan oleh Shakira. Empat tahun selanjutnya, Jeniffer Lopez dan Claudia Leitte berkolaborasi bersama Pitbull untuk mengisi suara pada lagu resmi Piala Dunia Brazil berjudul We are One (Ole-ola). Piala Dunia Rusia 1998 memunculkan Era Istrefi bersama Nicky Jam dan Will Smith menyanyikan Live it Up.
Tahun 2022, semakin banyak penyanyi perempuan yang berkontribusi dalam lagu-lagu resmi Piala Dunia. Salah satunya adalah penyanyi asal Qatar, Doja Aisha yang berkolaborasi dengan Trinidad Cardona dan Davido menyanyikan official soundtrack Piala Dunia Qatar 2022 berjudul Hayya Hayya (Better Together). Lagu itu menjadi salah satu lagu official soundtrack Piala Dunia Qatar 2022 selain Arhbo (Ozuna dan GIMS), The World is Yours to Take (Tears of Fears dan Lil Baby), Light the Sky (Nora Fatehi, Rahma Raid, Balqees, Manal, dan Red One), Tukoh Taka (Nicky Minaj, Maluma, dan Miryam Fareez), dan Dreamers (Jeon Jungkook).
Walaupun Indonesia belum pernah lolos kualifikasi Piala Dunia, tetapi musisi Indonesia tetap memberikan kontribusi karya musiknya dalam memeriahkan event sepak bola dunia tersebut. Lagu group band Padi From Thiis Moment dan Sheila on 7 Bersiaplah masuk dalam album kompilasi Piala Dunia 2002 dan 2006 yang khusus dirilis di Indonesia. Nada-nadanya sangat akrab di telinga karena sering diputar di layar kaca sebelum acara siaran langsung dimulai.
Tulisan lain oleh Kukuh Basuki:
Munculnya banyak sekali karya musik dalam pesta sepak bola Piala Dunia ini menunjukkan bahwa olahraga sangat dekat dengan dunia seni. Olahraga juga merupakan buah dari kebudayaan. Dengan seni, olahraga semakin hidup dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sepak bola dan musik menjadi satu kesatuan paket pertunjukan yang tak terpisahkan.
Lagu-lagu Piala Dunia tersebut telah menjadi bagian dari peradaban manusia. Lagu-lagu tersebut akan menjadi alunan nada pengingat momen-momen bersejarah yang terjadi di dalam dan luar lapangan tempat Piala Dunia berlangsung. Lagu-lagu yang membawa kita larut dalam nostalgia-nostalgia indah kemeriahan nonton bareng, harap-harap cemas untuk kemenangan tim kesayangan kita, dan bersorak bersama ketika tim impian kita juara.
Editor: Emma Amelia