and Pemain keyboard QWERTY

Sekrup-Sekrup yang Terasing dan Depresi

Kevin AprilioYuviniar Ekawati

2 min read

Kenapa semakin banyak orang yang kondisi mentalnya memburuk?

Mark Fisher dalam buku Capitalist Realism mengaitkan fenomena ini dengan perkembangan kapitalisme dewasa ini. Kapitalisme berhasil merasuk ke berbagai sendi kehidupan; termasuk kesehatan mental. Dalam hal ini, sebagaimana dinyatakan Fisher, keharusan bekerja di bawah sistem kapitalisme menyebabkan privatisasi stress, yang pada akhirnya meningkatkan tingkat depresi di masyarakat.

Stress ini diperburuk dengan alienasi; terputusnya atau hilangnya koneksi seseorang akan hidupnya sendiri sehingga membuatnya merasa terasing akan kehidupan yang dimilikinya. Termasuk pula pada pekerjaan seseorang; meskipun ia menghabiskan 8 jam lebih dari kehidupannya untuk bekerja, acap kali pekerjaan hanya diperlakukan sebagai sebuah tindakan bertahan hidup tanpa pemaknaan lebih dalam prosesnya.

Pekerjaan yang tidak memberikan makna dapat dikatakan menjadi salah satu penyebab kesehatan mental yang buruk. Dalam kasus lain, pekerjaan bahkan mengatasi kedukaan yang dialami para pekerja dalam kehidupan sehari-hari; harus tetap bekerja meskipun orang-orang di dekatnya meninggal karena COVID-19, meskipun anak sedang dalam masa tumbuh kembangnya, dan sebagainya.

Keluarga yang Ideal

Narasi-narasi yang mengagungkan nilai-nilai kekeluargaan konservatif masih dominan dalam masyarakat. Konsep ini dapat dilihat dari bagaimana keluarga dilihat sebagai tempat bernaung absolut bagi para anggotanya, terlepas bagaimana kondisi sosial antar-anggota keluarga tersebut. Sayangnya, mengamini nilai ini seringkali mengerdilkan apa yang dialami, dirasakan, dan dilakukan orang-orang muda.

Contoh sederhana adalah ketika beberapa dosen menyatakan “…enak, lah, kuliah online, kan bisa sambil di rumah,” terkait pembelajaran daring yang dilakukan selama pandemi ini. Pernyataan tersebut akan terasa asing bagi mahasiswa yang merasa malah mendapat beban ganda selama berkuliah dari rumah. Bahkan ada mahasiswa yang diminta untuk berbelanja saat harus sidang skripsi.

Hal tersebut menggambarkan bagaimana rumah bukan tempat yang ideal untuk sebagian orang. Dalam hal ini, ketimpangan dalam relasi kuasa seringkali menjadikan orang muda sebagai pihak yang dirugikan; sehingga pembangkangan tidak dapat semerta-merta dilihat sebagai bentuk kenakalan, tetapi bentuk justifikasi eksistensi. Oleh karenanya, penggambaran terkait hidup yang terus membaik seiring dengan perkembangan zaman—seringkali dijadikan pembenaran oleh orangtua dalam menafsirkan kehidupan orang muda—tidak semerta-merta menggambarkan kondisi kehidupan yang lebih baik.

Buah dari Krisis

Sebagian besar generasi hari ini adalah generasi yang lahir dan tumbuh di masa krisis. Krisis tidak hanya berupa perang, tapi juga krisis ekonomi seperti yang terjadi di Asia tahun 1997-1998. Hal tersebut tentunya menyebabkan perubahan kondisi ekonomi yang masih dapat dirasakan hingga saat ini. Oleh karenanya, definisi perilaku yang ideal bagi generasi sebelumnya, belum tentu sesuai bagi generasi hari ini.

Dalam artikel berjudul Benarkah Anak Muda yang Berhenti Beli Kopi dan Travelling Pasti Bisa Beli Rumah? Emily Goddard memaparkan bahwa menabung—bahkan secara agresif—tidak semerta-merta memungkinkan anak muda saat ini untuk membeli rumah; suatu hal yang sangat memungkinkan saat harga properti masih lebih murah. Sistem kerja gig yang semakin marak turut berkontribusi terhadap financial insecurity anak muda, di mana sistem kerja rentan tanpa gaji yang pasti ataupun layak, kontrak yang jelas, serta jaminan sosial lainnya—seperti jaminan kesehatan ataupun hari tua.

Perlu disadari bahwa pilihan hidup di bawah kapitalisme sebetulnya sangatlah sempit. Hal tersebut nampak dari komentar yang dilayangkan masyarakat saat seseorang memiliki perjalanan hidup yang tidak linier, seperti bersekolah-bekerja-berkeluarga; seakan orang-orang tersebut gagal dalam hidupnya. Sayangnya, masyarakat tidak memiliki imajinasi dunia tanpa kerja dengan sistem upah; masyarakat tidak memiliki imajinasi perjalanan hidup yang tidak linear.

Singkat kata, seperti yang Bane katakan pada Batman, “I was born in economic crises, born in it, molded by it!

Baca juga: Kita Butuh Cinta dan Healing

Invalidasi Kesehatan Mental

Di zaman kapitalisme lanjut ini, orang-orang muda tidak lebih adalah sekrup-sekrup potensial untuk dieksploitasi. Kelelahan, terutama secara mental, ini secara kolektif dirasakan oleh orang-orang muda, terlebih dengan kondisi dunia di masa krisis.

Oleh karenanya, pengetahuan dan pembahasan terkait kesehatan mental mulai meningkat dewasa ini; selaras dengan meningkatnya kebutuhan akan kesehatan yang lebih baik. Terlepas dari permasalahan struktural dan sosio-ekonomi yang menyebabkannya, serta terbatasnya hal yang dapat dilakukan untuk meresponnya, pelayanan kesehatan mental di rumah sakit oleh psikolog dan/atau psikiater menjadi satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kewarasan yang tersisa sampai runtuhnya kapitalisme.

Pada pemahaman yang dangkal, tentunya hal tersebut dapat menimbulkan bahaya-bahaya tertentu seperti self-diagnosis ataupun bahkan menjadi pembenaran atas tindakan-tindakan seseorang yang merugikan orang lain di sekitarnya. Namun, perlu diingat bahwa sebelum seseorang mencari atau mendapatkan pelayanan kesehatan, ia harus menyadari kondisi yang dialaminya sebelum pada akhirnya mencari bantuan medis. Sehingga, identifikasi diri perlu dilakukan sebagai rujukan awal untuk mendapat pelayanan kesehatan mental.

Baca juga: Belajar dari Jiwa-Jiwa yang Terluka

Lebih lanjut lagi, akses terhadap pelayanan kesehatan mental yang amat terbatas, baik dari jumlah tenaga kesehatan yang tersedia ataupun biaya yang perlu dikeluarkan, menjadi penghalang utama dalam seseorang mendapat diagnosis formal terkait kondisinya. Berbagai kendala dan stigma akhirnya menjadi alasan untuk menginvalidasi – untuk menganggap tidak ada – pengalaman ataupun kondisi yang mengarah pada gangguan kesehatan mental.

Kevin Aprilio
Kevin Aprilio Pemain keyboard QWERTY

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email