Redaksi Omong-Omong

Sebelum Senin

Ghufroni An'ars

47 sec read

Rutin

atap halte berdentingan
petang diamuk hujan
cemas di wajah karyawan
dalam fantasi kemapanan
seragam lusuh
rutin yang membunuh
obat sakit kepala
nyaris habis di saku kemeja

 

Rahasia

kusimpan hari itu di saku baju
agar tak ibu lihat bagaimana badai
sempat menahanku di sebuah tempat
ibu yang bilang sendiri
kita harus tegar seperti akar
bahkan saat segala rahasia
memaksa tumbuh di masing kepala

 

Petak Umpet

seperti anak-anak
yang asyik bermain petak umpet
kita berlarian di jantung kata
menyembunyikan duka
dalam tedeng-tedeng metafora
lalu berharap seseorang di luar sana
memahami seluruh kita,
dari isyarat sekadarnya.

 

Sebelum Senin

tak ada janji hari ini
hanya kaca berembun
gelas teh melamun
gerimis pertama dalam setahun
datang seperti orangtua
dengan nasihat yang sompong belaka:
bahwa hidup berjalan
seperti musim yang terus berubah
dan kau tak boleh terhenti karena satu kemarau panjang
tetapi Senin tak akan luluh disepuh kata-kata, katamu
lagipula tak ada janji hari ini
kau boleh melepas rutin
seperti mencopot satu-satu kancing kemeja
memasukkannya ke mesin cuci
dan berharap segalanya
bersih dengan sendiri

 

Buruh Taman

berangkat saban pagi
menakar luas halaman
halaman yang bukan miliknya sendiri
ia seorang buruh yang diupah musiman
untuk mencampur tanah dan kotoran hewan
kalau ada orang bertanya:
apakah saudara juga yang merawat bunga-bunga itu?
tiada yang tahu, jawabnya
kecuali setelah mekar mereka mau mengaku.

 

Bandar Lampung, November 2021

Ghufroni An'ars
Ghufroni An'ars Redaksi Omong-Omong

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email