Peneliti Sosial, Sosiolog, dan Penulis Buku Know Thyself: Seni Menguasai Seribu Identitas.

Sasuke, Boruto, dan Masa Depan Konoha

Mohammad Maulana Iqbal

3 min read

Bagaimana jadinya kalau Desa Konoha dipimpin oleh Sasuke yang digadang-gadang akan meneruskan Naruto sebagai hokage? Apalagi, kalau Boruto yang jadi tangan kanan Sasuke, sudah paket lengkap pemimpin Konoha masa depan.

Naruto belum resmi-serah terima jabatan dengan Sasuke. Para petinggi desa alias daimyo juga belum secara resmi melantik Sasuke. Namun, belakangan, di kartun Boruto, Sasuke selalu ditempatkan sebagai sosok yang paling kuat setelah Naruto, sosok yang paling diidolakan setelah Naruto, bahkan sosok pahlawan yang dicintai oleh rakyat Konoha setelah Naruto. Naruto pun nggak jarang meng-endorse Sasuke di hadapan publik sebagai sosok di balik layar yang membantu perkembangan, keamanan, dan kemajuan Konoha.

Naruto juga sering membagikan cakra Kyubi gratis buat rakyat ketika Konoha dalam keadaan genting. Misalnya, ketika Konoha diserang Momoshiki Ōtsutsuki saat Boruto ujian chunin. Tak heran, berkat endorse Naruto, pamor Sasuke dan Boruto jadi tinggi.

Sebagai putra Naruto, Boruto menjadi figur yang terkenal di Konoha. Ia terkenal karena kecerobohan, kekanak-kanakannya, dan banyak lagi sifat annoying. Namun, bagi rakyat Konoha, Boruto tetaplah figur yang diidolakan dan terkenal. Tak heran, pasangan guru-murid Sasuke dan Boruto punya penggemar terbanyak di Konoha.

Mengapa Boruto dijadikan pendamping Sasuke? Padahal, dia belum lulus ujian chunin. Bahkan, ketika ia memimpin timnya untuk menggantikan Sarada pun nggak pernah benar, ceroboh, dan kekanak-kanakan.

Inilah sisi gelap transaksi politik di Konoha. Naruto mau meng-endorse Sasuke dengan syarat putranya Boruto menjadi pendamping Sasuke. Naruto ingin mendirikan dinasti di Konoha karena semasa kecil ia hanyalah anak jelata yang nakal dan sering didiskriminasi.

Baca juga:

Program Sharingan Gratis

Sasuke menjadi kandidat terkuat untuk menjadi hokage juga karena ia menjanjikan program kerja yang sangat gila, tapi populis. Janji Sasuke tersebut yakni memberikan sharingan secara gratis, cuma-cuma, kepada seluruh murid di Akademi Ninja Konoha.

Mengapa sharingan gratis ini menarik? Pasalnya, sharingan alias mata ini adalah kunci, pokok, dan inti dari kesuksesan seorang ninja. Dengan mata ini, seseorang bisa menirukan jurus ninja lawannya secara persis.

Kakashi, misalnya, ia tak ada apa-apanya tanpa sharingan. Oleh sebab itu, ia dijuluki sebagai ninja peniru karena sharingan-nya yang berjasa membuatnya menang di hampir tiap duel. Coba lihat Kakashi setelah kehilangan sharingan-nya. Semenjak itu, Kakashi bukan siapa-siapa dan duelnya sudah tak sehebat ketika ia memiliki sharingan.

Jadi, program sharingan gratis sudah sangat pas. Jelas nyata manfaatnya buat warga Konoha, terutama yang masih kanak-kanak. 

Genjutsu Curang

Sasuke punya segudang indikasi praktik tak etis di masa lalu. Uchiha sati ini pernah mengkhianati Konoha dengan bergabung dalam Akatsuki, melakukan pembunuhan, bahkan menjadi buron dari para aktivis ninja. Klan Sasuke, Uchiha, yang dianggap sebagai aparat keamanan Konoha juga memiliki rekam jejak yang buruk.

Bagaimana mungkin rakyat Konoha melupakan rekam jejak itu hanya gara-gara Sasuke dekat dengan Naruto? Saya curiga Sasuke ini menggunakan genjutsu untuk mengelabuhi seluruh rakyat Konoha agar mereka lupa dengan rekam jejak Sasuke yang begitu kelam. Semuanya tiba-tiba terhegemoni, all in pada Sasuke. Tidak mengejutkan, sih, karena klan Uchiha memang terkenal dengan genjutsu-nya yang bisa mengelabuhi siapa pun.

Transformasi Pribadi Sasuke

Sasuke sudah lama mengidamkan menjadi hokage. Semua orang tahu, ialah rival sejati Naruto. Namun, Sasuke tak pernah kesampaian karena cara-caranya yang begitu brutal dan agresif. Hanya belakangan ini saja, setelah perang dunia keempat, Sasuke menjadi pribadi yang lebih berwibawa, kalem, adem, nggak represif, dan semacamnya.

Sasuke menyadari bahwa strateginya yang dulu—yang lebih brutal, bahkan ingin menghancurkan rakyat Konoha—itu adalah strategi yang keliru. Sasuke kini tidak lagi mengikuti taktik para pendahulunya seperti Madara yang lebih agresif untuk dapat kekuasaan. Dengan kata lain, Sasuke telah meninggalkan ideologi Machiavellian-nya dan berganti haluan pada ideologi Foucauldian untuk merebut kekuasaan. Bagi Foucault, kekuasaan itu berlangsung secara halus, tidak disadari oleh masyarakat.

Peralihan pribadi Sasuke setelah duelnya yang terakhir dengan Naruto itu dapat dibilang berperan penting dalam kepopuleran Sasuke. Dengan menganut ideologi Foucauldian ini, akhirnya Sasuke mendapatkan popularitas yang tinggi, diidolakan, dikagumi, bahkan digemari oleh rakyat Konoha.

Masa Depan Konoha

Sasuke, Boruto, dan orang-orang di sekitar mereka tahu bahwa program sharingan gratis itu mustahil dikerjakan. Namun, program terbukti ampuh mengangkat popularitas mereka karena begitu digembar-gemborkan. Mau tak mau, duet maut ini mesti merealisasikannya.

Seberapa susah realisasi program sharingan gratis? Bayangkan, Uchiha yang tersisa di dunia ninja tinggalah Sasuke dan anaknya, Sarada. Sharingan hanya bisa dipindahkan dari seorang Uchiha ke ninja lain seperti yang terjadi pada Kakashi dan Danzo yang merampas sharingan dari anggota klan Uchiha. Kini, sudah nggak ada Uchiha yang bisa dikorbankan supaya sharingan-nya bisa diberikan kepada semua rakyat Konoha. Masa, iya, Sarada dikorbankan?

Dengan melakukan rekayasa genetik dengan mengerahkan dokter bedah kondang Orochimaru pun, memberikan sharingan gratis tetap mustahil. Kalaupun bisa, biayanya sangat fantastis karena targetnya adalah seluruh anak-anak ninja di Konoha. Padahal, Desa Konoha masih dalam tahap pembangunan pasca perang. Keuangan desa jelas masih sangat minim.

Baca juga:

Melihat keuangan desa yang hampir bangkrut dan tak ada sharingan yang bisa didonorkan, saya curiga ketika memimpin nanti Sasuke akan kembali mempraktikkan tindakan tak etis,, yakni menggunakan genjutsu kembali. Lebih tepatnya, menggunakan mugen tsukuyomi untuk menuruti permintaan rakyat dan memakmurkan Konoha. Bukan hanya sharingan, apapun keinginan rakyat Konoha pasti terpenuhi dengan mugen tsukuyomi.

Namun, sayangnya, jika Sasuke menggunakan mugen tsukuyomi, kemakmuran rakyat, kesejahteraan rakyat, dan semua pengharapan rakyat termasuk sharingan tadi hanyalah ilusi belaka. Rakyat dibiarkan makmur dalam sebuah kepalsuan yang lambat laun akan mendekati kematian karena energi cakranya diserap oleh pohon cakra. Akhirnya, Konoha jadi tinggal nama karena praktik-praktik nggak etis yang telah dilakukan oleh Sasuke dengan dukungan penuh Naruto.

 

Editor: Emma Amelia

Mohammad Maulana Iqbal
Mohammad Maulana Iqbal Peneliti Sosial, Sosiolog, dan Penulis Buku Know Thyself: Seni Menguasai Seribu Identitas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email