Founder of Omong-Omong Media & OM Institute

Sambat Ibu Pertiwi

Okky Madasari

1 min read

Ibu

Malam ini, 76 tahun lalu, Ibu Fat sedang menyelesaikan jahitannya, kain merah dan kain putih disambung, untuk jadi bendera pusaka. Malam ini, di sudut-sudut negeri, ada ibu yang sedang menjahit masker, ada ibu yang sedang menjahit baju pelindung virus, ada ibu yang sedang menjahit luka karena ditinggal suami dan anak untuk selamanya, ada banyak ibu yang tengah menjahit harapan yang telah robek di sana-sini.

Hari ini, 76 tahun lalu, para pemuda menculik Soekarno-Hatta, mendesak agar segera mengumumkan Indonesia merdeka. Gara-gara aksi nekat para pemuda itu, Indonesia tak berlama-lama lagi menunggu waktu untuk merdeka. Hari ini, 76 tahun setelah merdeka, ada pemuda yang yang diburu polisi karena menggambar wajah Presiden Jokowi. Memang bukan wajah biasa. 404. Apa yang Anda cari tidak bisa ditemukan. Tapi apa yang salah dengan itu? Katanya itu penghinaan simbol negara. Ah, apa pula itu simbol negara? Di Tangerang Selatan, ada pemuda didatangi polisi di rumah. Karena menulis: Tuhan, Aku Lapar. Sejak kapan rakyat tak boleh sambat? Apalagi ini bukan sambat ke pejabat lho, ini sambat ke Tuhan.

Ada yang takut meme

Tapi tak takut kerjanya memble

Ada yang takut mural

Tapi tak takut korupsi bantuan sosial

Ada yang takut kritik

Tapi tak takut rakyat menjerit dan tercekik.

Ibu,

Hari-hari ini, andai tak ada pandemi, kita semua akan ikut lomba balap karung, panjat pinang, balap kelereng, makan kerupuk. Itu cara sederhana kita untuk menunjukkan rasa cinta pada bangsa dan negara kita. Karena pandemi, kita semua hanya bisa di rumah saja, lomba bertahan hidup, lomba untuk tetap waras dan sehat, karena seperti tulisan mural yang dihapus aparat di Bangli Jawa Timur: Dipaksa sehat di negara yang sakit.

Tapi, ada yang tetap berlomba-lomba di luar sana. Tiap jelang 17an, para koruptor sedang balapan mendapat potongan hukuman, bukannya balap karung, tapi balap masa kurungan. Karena kan koruptor punya punya anak istri yang harus tetap terjaga gaya hidup mewahnya, punya cita-cita untuk kembali masuk politik, kembali punya jabatan, ya… minimal jadi komisaris BUMN lah. Mohon ampuni penderitaan saya ini, begitu kata Juliari dengan penuh percaya diri.

Ibu,

Ada pejabat terharu

Melihat rakyat mati satu per satu

Disekanya tetes air mata

Sambil menonton ikatan cinta

Ibu,

Seratus ribu orang lebih mati sia-sia, ribuan anak jadi yatim piatu tiba-tiba. Kematian dan kehilangan yang sesungguhnya tak perlu terjadi, andai negara lebih serius bekerja untuk sebagai pelindung buat rakyatnya. Kematian yang sesungguhnya tak perlu ada andai penyelanggara negara benar-benar lolos tes wawasan kebangsaan.

Eh… tapi tergantung juga ya. Tes wawasan kebangsaan yang mana? Siapa yang membuat pertanyaannya? Itu benar tes wawasan kebangsaan atau tes wawasan kebangsatan?

Ibu,

Kerja belum selesai, belum apa-apa

Tak perlu sedu sedan 2024 itu

Tapi kenapa bapak ibu terhormat itu tak paham juga?

Ibu, betapa pun kecewanya kami pada kebangsatan-kebangsatan ini,

Malam ini kami tetap berkumpul di sini. Duduk di pangkuanmu, sambat… Karena sambat adalah cara kami untuk tetap ingat. Untuk tetap eling… bahwa ada Ibu yang akan selalu menjaga dan menjadi pemandu kami.

Yang selalu mengingatkan kami

untuk mencintai Indonesia sepenuhnya

dan mencintai pemerintah secukupnya.

Dirgahayu Ibu.

Disampaikan Okky Madasari dalam Malam Tirakatan HUT RI 76

 

Okky Madasari
Okky Madasari Founder of Omong-Omong Media & OM Institute

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email