Jurnalis musik dan kolumnis asal Jakarta dengan gelar sarjana Humaniora dari Universitas Indonesia. Kadang mengkurasi daftar putar dan daftar tontonan untuk beberapa kolektif.

Salah Sambung dan Puisi Lainnya

Ralka Skjerseth

1 min read

Trauma Kolektif

Akan selamanya kukenang,
mereka yang berjuang,
yang terjatuh—
hancur lebur
dan terbentur,
dan yang telah berusaha
mengukir sejarah
baik di atas kertas
di atas panggung
di atas kanvas
maupun di atas batu nisan
yang mungkin takkan abadi.

Lantas mengapa,
jika masa lalumu
tak seperti orang lain?
Jika mereka bicara tentang
liburan masa kecil yang
indah dan patut dikenang
maupun tentang hangatnya
keluarga, tetapi kau tak dapat
merasakan hal yang sama
karena dahulu yang kau temui
hanyalah banalitas dan kekerasan,
darah dan air mata—
lantas mengapa?

Apakah hal tersebut
membuatmu hina
dan pantas sirna?
Sama sekali tidak.

Kau akan selalu dikenang
sebagai jiwa yang senantiasa
menerangi jalur sesamamu
yang terbuang, yang tertindas,
yang terasingkan, dan kau akan terus memancarkan cahaya yang akan terus memenangkan segala peperangan,
segala kekacauan, dan segala
kehancuran yang kau kira takkan
pernah dapat kau lewati.

Lantas mengapa
jika mereka memberimu trauma?
Kau tak wajib memaafkan mereka,
Kau tak wajib berdamai dengan mereka.

Berdamailah dengan
sosok yang terpampang
di album foto
sepuluh tahun silam,
sosok yang
tak pernah menyangka
semua ini akan terjadi padanya.

Karena ia menunggu
pengampunan darimu,
dan karena ia
adalah dirimu.

Mulai sekarang,
tak ada lagi selang infus,
tak ada lagi darah
yang mengalir di pergelangan.
Maafkanlah dirimu,
dan maafkanlah
ketidaksempurnaanmu.

Sajak ini kudedikasikan
untuk mereka yang gugur
di medan perang
karena dihujam belati
yang sudah terlalu berat ‘tuk ditahan,
maupun mereka yang masih berjuang
untuk memenangkannya.

Semoga semesta
memberkati kalian selalu,

Tabik.

Teruntuk Peluncur Roket Ganda

Petarung kerap terbentur
dan yang tak bertarung
kerap memberi trauma
pada sekitarnya;

untuk menjalani derita
yang sama sekali
tak bermakna.

Panggil Polisi

Halo polisi
sebaiknya ditangkap
serta dibungkam
anak ini.

Ia mengganggu.

Banyak suara-suara
yang tak terpikirkan olehku
dan amat keji;

ia menggangguku
setiap malam
sepanjang malam.

Banyak batasan-batasan
yang tak dapat kujangkau;
ia melampauinya
dan membuatku menjadi
seumpama orang lain
yang tak pernah kukenal.

Halo polisi
besok-besok
kalau muncul lagi
dibunuh saja anak ini
karena ia membuatku gila.

[suara pistol]

Oh, tidak, akulah yang malah

t e r b u n u h.

Salah Sambung

2006

Aku pernah mencoba
mengirim beberapa surat untuk Tuhan namun tak kunjung mendapat balasan.

“Tak apa. Mungkin Ia punya cara lain untuk menjawab”, pikirku.

2009

Aku berharap Tuhan menjawab
apa arti dari peperangan di kepalaku,
namun yang kudapati hanyalah keheningan.

2013

Pertanyaan purba
dalam kepalaku muncul lagi;

“Apa benar Tuhan ada?”
Ia tak membalas pesanku maupun menjawab pertanyaanku.

Apakah benar ini
satu-satunya cara Dia menjawab?

2016

Aku tak lagi
berkomunikasi dengan Tuhan.
Bagiku, Ia tak kunjung menunjukkan tanda-tanda keberadaan;

maka adil jika
aku mendeklarasikan—
“Tuhan sudah mati!”

2018

Ia akhirnya menampakkan diri,
lantas aku menantang Tuhan
berkelahi dengan belati;
namun akulah
yang tertusuk dan mati.

Aku terbangun di suatu alam
yang tak pernah kudatangi.

Kutanya Tuhan, “Ke mana saja
Engkau selama ini?”

Ia membalas, “Maaf,
nomor yang anda putar salah.”
Oalah, salah Tuhan ternyata selama ini.

Ralka Skjerseth
Ralka Skjerseth Jurnalis musik dan kolumnis asal Jakarta dengan gelar sarjana Humaniora dari Universitas Indonesia. Kadang mengkurasi daftar putar dan daftar tontonan untuk beberapa kolektif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email