Pasar yang Diciptakan
Pasar bisa diciptakan. Seperti sebuah hikayat di negeri yang menjunjung tinggi demokrasi. Merah yang selalu salah, hitam selalu penyusup, dan putih selalu memberontak.
Semenjak pasar diciptakan, rakyat di negeri penuh hikayat mabuk ekstasi kekuasaan, bermain intrik, menjual ayat dan hymne-hymne perubahan, membawa terma peradaban.
Dan kapitalisme mewariskan penyakit, selain konsumerisme dan depresi adalah permusuhan.
Setelah pasar diciptakan. Kemanusiaan pun dengan banal diperjualbelikan.
Sial, bukan?
Saat Padi Menjadi Instan
aku terlahir
saat padi menjadi instan
menjadi bungkusan
menambah riwayat bumi
yang menangis menyerah
aku lahir di puing reruntuhan
di batu-batu
yang dieksploitasi
atas nama negeri
bagiku riwayat berdarah
setiap hari
kita memotret keindahan alam
melukis panorama
menjadi indah nian
di kemudian hari
ia menjadi bangkai
sebab alam telah usai
terkuras landai
oleh tangan jahat yang lihai
oleh syahwat kerakusan
Magi
aku masih di sini
seperti seorang pesulap
yang malu mengeluarkan
kelinci
meski mata penonton
dan ocehan monoton
aku masih di sini
seperti burung
yang tak mau keluar
dari sarang induknya
meski banyak angsa
bermimpi menjadi elang
terbang di udara
meski banyak kijang
bermimpi menjadi singa
di belantara hutan
tapi,
aku masih di sini
terdiam sendu
dan tersenyum
melihat pelangi
menyihir mataku
Membenci Sekolah
anakku, bencilah sekolah
yang sebetulnya ia lelah
dan selalu pasrah
di kaki industri
anakku, cacilah sekolah
yang tak pernah
mengajari apa-apa
selain pertarungan
demi rangking
dan ijazah
anakku, ada yang putus sekolah
bukan membenci sekolah
karena biaya tak selalu murah
ada yang berdarah
demi gelar sekadar
anakku, ilmu wajib kau cintai
sementara sekolah
nanti saja
setelah kau sadar
bahwa ia tak memberikan apa-apa
anakku, ada guru yang mengabdi
tak dihargai
ada murid yang berjuta prestasi
tersenggol oleh pejabat tinggi
Besok Seperti Biasa
besok seperti biasa
kita cuci muka
membangun pagi
besok seperti biasa
kita kasbon lagi kopi
gorengan dan roti
besok seperti biasa
kita patuh kembali
pada guru dosen
dan pak menteri
besok seperti biasa
mengayuh pedal becak
mengocok gas motor
dan dimaki-maki
bos yang tahunya hanya
memberi gaji
penumpang yang tak memiliki empati
besok seperti biasa
kerja di alam kapitalisme
di mana oligarki
mengheningkan cipta
bagimu negeri
menyapa inflasi
(2022)
***
Editor: Ghufroni An’ars