—lahir di Gresik. Saat ini berdomisili di Tangerang Selatan. Suka bolak-balik Depok.

Resolusi Tahun Baru dan Puisi Lainnya

Muhammad Husni

1 min read

RESOLUSI TAHUN BARU

(I)
Aku ingin mati, aku ingin dilahirkan kembali.
Lebih tinggi dari timbangan,
lebih akhir dari salju.

Jika hari-hari di kalender
melewati ruang tamu dan
lomba lari dengan Indonesia Raya di perutku.
Tak usah kau antarkan padaku
surga neraka.

(II)
Aku ingin mencintaimu, aku ingin menjagamu dari diriku.
Hari ini aku temukan hutan
sembunyi dalam cermin toilet rest area.

Setiap dua ribunya,
aku temukan pertanyaan
pertanyaan tentang bahagia.

Dan barang paling mahal yang bisa dibeli
dan jarak tempuh terjauh sendal swallow
adalah dua gelas air mata.

(III)
Aku menyesalinya daripada mati, dan lalu mati muda.

Pertama kali abu dan arang menyapa,
ialah serenade “selamat tinggal”
dan “aku mencintaimu”
yang begitu nyekar.

Aku mau
kamu berjumpa osteoporosis.
Dan ia menggenggam tanganmu,
membisikkan siluet
ciuman pertama kita.
Tidak lupa keajaiban-keajabain
pesawat antasida
yang membawamu dari bulan
ke
bulan.

(IV)
Tidak pernah api jadi lambang cinta
yang membara selain Pramoedya bakar sampah.

Aku ingin tertawa,
setidaknya di hari cuti bersama.

MASIH INGATKAH, SAMPAI BERAPA?
obrolan yang tidak pernah terjadi

Tujuh sauh beterbangan pada ubun-ubun Himalaya,
ketika sebatang mawar dari Mariana tumbuh
membakar tiap jejak kaki Sylvia
yang menyiapkan rawan.

Berapa banyak hujan bulan juni
bisa mengisi Poppy in July?
Diserap akar pohon bunga itu.
But colorless. Colorless.

KITA, KATA KOTA

Dan andai kematian
tidak dapat menemukan kita di sudut mana pun.
Di lidah kota ini,
aku percaya itu di bajuku selalu.

Di bawah pohon natal plastik
Santa menamainya
Haleluya

Misa Arwah

Haleluya!

Demi Chairil Anwar.
Setiap kepergian yang tertunda
adalah kemenangan
seorang sales kopi dari Algeria.

Tidak, kataku. Semoga
tidak
hari ini.

MENGAJAK BERTENGKAR ORANG MATI

Aku membayangkan
kelaparan dan kemiskinan
menjelma gambris pada tahun pusing
bulan bulanan.

Adegan 1,
hajar aswad tergeletak di atas batu putih.
Melalui ayat-ayat api,
dengan telunjuknya (Ia) menulis di udara.

Sastra sudah mati.
Segala yang indah dan estetik bukan urusan
kesepian, hujan, jalanan.

Kepada yang terhormat,
Almarhum Caesar Abraham Vallejo Mendoza dan
Almarhum Cumbu Sigil
kalau mau hidup lagi dan
bertengkar di sini.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Muhammad Husni
Muhammad Husni —lahir di Gresik. Saat ini berdomisili di Tangerang Selatan. Suka bolak-balik Depok.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email