Bagi banyak orang, hal terbaik dari berlangganan pada perusahaan layanan streaming seperti Netflix adalah mereka akhirnya bisa menonton film-film bagus atau film yang mereka sukai (yang belum sempat mereka tonton dan sudah tidak diputar lagi di bioskop atau tidak bisa mereka temukan DVD-nya di pasaran).
Sebagian yang lain tentu saja memandang bahwa perusahaan jasa streaming ini menyediakan film dengan harga murah yang bisa diakses tanpa harus keluar rumah.
Masalahnya adalah Netflix menyediakan banyak jenis film dengan kualitas yang sangat bervariasi yang akan membuat penikmat film, terutama buat mereka yang menyalakan TV tidak dengan agenda menonton judul film tertentu, menjadi bingung apa yang harus ditonton. Nah, untuk membantu mengurangi waktu berkutat dengan remote control yang membuat frustrasi, inilah rekomendasi film drama percintaan yang isinya lebih dari kisah cinta yang ending-nya happily ever after.
1. Her (2013)
Cinta memang absurd tanpa mengenal tembok pembatas. Begitulah kira-kira pesan Her, film drama fiksi ilmiah yang bertabur bintang Hollywood papan atas ini. Dibintangi Joaquin Phoenix dan Scarlett Johanssson sebagai pemeran utama pria dan wanita, sampai dengan Amy Adams (American Hustle), Chris Pratt (Guardian of the Galaxy), Olivia Wilde (House) dan Rooney Mara (Mary Magdalene) sebagai pemeran pembantu. Jika film ini dibuat tahun ini, maka biaya pembuatan film ini akan membengkak tidak tertanggung hanya untuk membayar bintang-bintang ini. Namun, film ini istimewa dan berbicara lebih dari sekadar cinta. Film ini berbicara tentang kesepian.
Seperti cinta, kesepian juga membuat orang dapat berbuat apapun. Film ini juga tentang keterasingan karena modernisme dan kemajuan teknologi, serta bagaimana manusia dalam usahanya mengatasi kesepian dan keterasingan jatuh pada apapun yang dapat memuaskannya, meskipun itu suatu yang maya. Lagipula, film ini mencoba menunjukkan, nyata dan maya adalah masalah perasaan dari orang yang bersangkutan.
Her menceritakan seorang penulis bernama Theodore Twombly (Joaquin Phoenix) yang kesepian, setelah bercerai dengan istrinya. Untuk mengusir rasa kesepiannya, Theodore membeli sistem operasi yang dilengkapi kecerdasan buatan untuk teman mengobrol. Sistem operasi ini ia beri nama Samantha (Scarlett Johansson). Film ini menjadi absurd ketika Theodore mencintai Samantha, sebuah kecerdasan buatan yang ia beli. Dengan ide yang tidak biasa ini, Her mendapatkan banyak nominasi dan penghargaan, termasuk Oscar untuk Original Screenplay terbaik.
Rotten Tomatoes: 94% Metacritic: 91 dari 100
2. (500) Days of Summer
“The struggle itself toward the hopes is enough to fill a man’s heart. One must imagine Tom Hansen happy.” – salah satu kutipan dari penulis yang terinspirasi dari buku The Myth of Sisyphus (Prancis: Le Mythe de Sisyphe ) karya Albert Camus.
Jika kamu percaya bahwa musik dapat mengikat cinta seorang perempuan yang berarti kamu bisa masuk kategori hopeless romantic, maka (500) Days of Summer adalah fim untuk kamu. Lebih lagi jika kamu penggemar The Smiths, maka film ini tidak boleh terlewatkan.
Film drama komedi percintaan ini mengisahkan 500 hari pertemuan seorang pemuda melankolis bernama Tom Hansen (Joseph Gordon‑Levitt) dengan perempuan eksentrik bernama Summer Finn (Zooey Deschanel). Tom adalah seorang lulusan jurusan arsitektur yang bekerja sebagai penulis di sebuah perusahaan kartu ucapan, sedangkan Summer yang datang dari Michigan adalah sekretaris baru di perusahaan tersebut. Tom mencari perempuan yang bisa menyamai selera musiknya, sementara Summer mencari laki-laki yang bisa mengimbangi selera humornya yang nyeleneh.
Rotten Tomatoes: 85 % Metacritic: 76 dari 100
3. Pride and Prejudice (2005)
Pride and Prejudice merupakan film drama romantis yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Jane Austen. Pride and Prejudice adalah novel roman klasik yang telah diadaptasi berkali-kali ke layar lebar. Versi yang tersedia di Netflix adalah yang dibintangi oleh Keira Knightley dan Matthew Macfadyen dan disutradarai oleh Joe Wright. Film 2005 ini adalah yang terbaru dan salah satu yang terbaik dari adaptasi lainnya.
Film ini bercerita tentang lika-liku cinta yang dialami gadis keturunan bangsawan bernama Elizabeth (Keira Knightley). Mengambil latar pada akhir abad ke-18 di negara Inggris.
Dalam film ini permainan Knightley (ingat Pirates of the Carribbean) yang saat itu baru berusia 20 tahun sangat menonjol dan mengangkat film ini. Terbukti dia mendapat nominasi sebagai pemeran perempuan terbaik di Oscar 2006, meskipun dikalahkan oleh Reese Witherspoon (Walk the Line). Di umur 20 tahun, ia merupakan orang ketiga termuda yang dinominasikan sebagai pemeran utama perempuan terbaik.
Sutradara Joe Wright juga dipuji karena dapat memadukan cerita klasik dengan hal-hal kekinian yang akhirnya dapat menarik penonton tua dan muda serta mendapatkan sukses komersial di seluruh dunia dengan penghasilan kotor 121 juta dolar AS serta mendapatkan empat nominasi di ajang Oscar.
Rotten Tomatoes: 86% Metacritic: 82 dari 100
4. The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society (2018)
Film ini diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Mary Ann Shaffer dan Annie Barrows dengan sutradara Mike Newell. Dibintangi oleh aktris Inggris yang sedang naik daun Lily James (Cinderella), film ini bercerita bagaimana sekelompok orang di desa bernama Guernsey di Inggris mencoba bertahan dalam keseharian mereka yang masih dalam trauma Perang Dunia II dengan mendirikan komunitas membaca buku. Dengan latar pedesaan Inggris sekitar tahun 1946 dengan flashback ke masa Nazi tahun 1941, film ini juga mengetengahkan kisah putusnya cinta dan penemuan cinta baru dengan perantaraan buku.
Cerita bermula ketika empat orang sahabat menghindari penangkapan tentara dengan alasan mereka baru pulang dari diskusi buku komunitas yang mereka karang sebagai The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society, akhirnya mereka malah benar membuat komunitas membaca buku tersebut. Komunitas ini malah menjadi sebuah hiburan di tengah suramnya keseharian akibat pendudukan Nazi di berbagai daerah di Eropa.
Film dengan ending manis ini cukup mendapat pujian dari penonton dan kritikus.
Rotten Tomatoes: 81% Metacritic: 65 dari 100
5. The Notebook (2004)
Film The Notebook ini melambungkan nama Ryan Gosling (La La Land) sebagai bintang pujaan di seluruh dunia. Lawan mainnya, aktris Canada yang sekarang menjadi incaran banyak pembuat film Hollywood Rachel McAdams juga menjadi termasyur karena film ini. Adegan mereka berdua berciuman basah-basahan dalam hujan menjadi iconic dan selalu melekat dalam mereka yang pernah menonton film ini.
Film yang disutradarai oleh Nick Cassavetes ini sendiri kemudian dianggap menjadi salah satu film paling romantis sepanjang sejarah.
Diadaptasi dari novel karya Nicolas Sparks, novelis bestseller dan penulis skenario asal Amerika Serikat yang terkenal dengan karya berlatar tragedi, the Notebook menceritakan kisah asmara seorang pria tua dan perempuan muda bernama Noah dan Allie. Sayang, orang tua Allie tidak setuju dan meminta agar segera mengakhiri hubungan mereka. Noah jatuh cinta pada Allie, namun Allie menolaknya. Cerita menjadi semakin rumit ketika Noah tidak sengaja melihat Allie mencium pria lain di sebuah restoran. Tentu saja review terhadap film dengan kisah cinta seperti ini terbelah. Sebagian menganggap ini kisah cinta biasa sementara yang lain menganggap film ini kisah abadi. Bagaimana pun penonton menyukainya. Terbukti film ini termasuk best-seller di seluruh dunia dengan penghasilan kotor hampir 120 juta dolar AS.
Bagaimana kisah dan ending-nya? Saksikan sendiri film yang dijuluki sebagai Romeo & Juliet modern ini.
Rotten Tomatoes: 53% Metacritic: 53 dari 100
6. The Perks of Being a Wallflower (2012)
Film ini, diadaptasi dari buku terkenal karya Stephen Chbosky dengan judul yang sama. Sutradara film ini tak lain adalab Chobsky sendiri. The Perks of Being a Wallflower adalah film romansa, film dewasa sekaligus kisah tentang depresi remaja pada umumnya. Kita akan dihadapkan pada campuran luapan emosi yang kental sepanjang film ini.
Film yang dibintangi oleh Logan Lerman dan Emma Watson serta Ezra Miller dengan pendukung bintang-bintang terkenal Hollywood seperti Paul Rudd, Joan Cusack, Dylan McDermott, Kate Walsh dan Mae Whitman bercerita tentang seorang remaja bernama Charlie (Logan Lerman) yang menulis surat kepada temannya tentang betapa depresi kehidupannya. Dari sinilah kisah dimulai.
Jangan lupa soundtrack film ini sangat menarik dengan lagu-lagu berbobot, mulai dari David Bowie dengan “Heroes”, sampai Sonic Youth dengan “Teen Age Riot”.
Rotten Tomatoes: 85 % Metacritic: 67 dari 100
7. Always Be My Maybe (2019)
Film berdurasi 101 menit ini ditulis, diproduksi, dan dibintangi oleh Ali Wong dan Randall Park. Tak hanya mereka berdua, film ini juga dibintangi pula oleh pemeran John Wick dan The Matrix, Keanu Reeves.
Always Be My Maybe mengisahkan hubungan antara Sasha Tran (Ali Wong) dan Marcus Kim (Randall Park). Keduanya bersahabat sejak kecil dan rumah mereka bahkan bersebelahan di San Francisco. Sayangnya, saat Sasha dan Marcus beranjak remaja, terjadi suatu hal yang membuat hubungan mereka patah.
Rotten Tomatoes: 89% Metacritic: 64 dari 100
8. Straight Up (2019)
Kalau kamu mencari cinta dengan nuansa gender maka film ini adalah jawabannya. Mengisahkan seorang pemuda bernama Todd (James Sweeney) yang menderita Obsessive compulsive disorder atau OCD: semacam gangguan mental yang ditandai dengan munculnya pikiran yang mengganggu secara terus-menerus.
Namun, sisi yang menarik dari film ini adalah ketika Todd mulai mempertanyakan orientasi seksualitasnya. Dia adalah seorang gay dan untuk pertama kalinya berkencan dengan seorang wanita. Straight Up mempertanyakan apakah mungkin untuk memiliki hubungan berdasarkan hubungan emosional yang mendalam, tetapi tanpa keintiman fisik dan seksual.
Terdengar seperti definisi Platonic Love bukan? Platonic Love atau Cinta Platonik adalah sebuah istilah yang dipakai untuk menyebut sebuah relasi yang sangat afektif, tetapi tanpa adanya unsur ketertarikan secara seksual.
Rotten Tomatoes: 92% Metacritic: 66 dari 100