Alangkah indah langkah

Puisi setelah Mendengar Kabar Robot Pelukis

Cangker Sholihuddin

1 min read

Sunyi sebelum Zaman Robot

Kelak kudoakan kamu

Agar selalu punya sunyi

Yang membawamu ke jurang sepi

Sebagai simbol engkau punya hati

 

Hari ini telah aku temui

Bagaimana robot itu melukis dan

Menyelenggarakan sebuah pameran

Bahkan kabarnya kelak canda tawa

Atau bahkan cinta

Bisa diuraikan dengan matematika.

 

Selamat tinggal keindahan jiwa

Serta guratan lukisan manusia

Robot itu menyerobotmu perlahan-lahan

 

Zaman Kabel dan Besi

Di sudut gang ini sulit sekali engkau temui

Sebuah pameran seni.

Di kota yang rapi dan serba tertata

Kata-kata harus sesuai dengan aturan

Bahkan keindahan harus sesuai selera kuasa

Jiwa dan hati telah lama mati

Keindahan yang hanya bisa diindra

Dan tak bisa dikata, telah lama kadaluarsa.

 

Di tengah lalu lalang besi

Di antara senggang langit kabel kota

Berjubel grafitti yang sekuat tenaga

Menahan sepi

Aku manusia masih mencari kemanusiaan

Di antara puisi atau kesunyian

 

Rasio Cinta

Sehabis rindu sehabis bertemu

Mataku kian basah oleh cinta yang kian merah

Di ujung perpisahan itu engkau berkata

Kepadaku bahwa mungkin kita akan disatukan oleh waktu

Ingin aku berjawab kepadamu di ujung sana

Bahwa kenangan adalah simbol keabadian

Meski hati dan tubuh ini tak utuh lagi.

Sesering ini cinta tak ada logika

 

Peristiwa di Tengah Perayaan

Tiap malam penyair itu berpuisi

Tentang sunyi yang selalu diutarakan

Kepada sang bulan

Pernah ia berkata

Andaikan kubawa engkau ke bumi ini

Apakah ada duka yang tersisa?

Selang beberapa tahun

Kematian sang penyair dirayakan

Di tengah perayaan itu salah satu lelaki

Yang juga merasakan sunyi

Telah membawa bulan yang penyair impikan.

 

Dukamu tak akan sirna

Meski sang bulan ada di genggaman

Duka, cinta serta rindu bahkan kenangan

Adalah sebuah sistem belaka

Ucap robot pujangga kala itu

 

Setelah Kelahiran Robot Pelukis

Chairil Anwar dan kesepiannya

Sapardi dan ejaan hujannya

Gunawan Maryanto serta siul burung perkututnya

Dan tak lupa semua pejuang kata dan bahasa

Bersatu dalam satu tubuh

Dalam satu sistem utuh

Robot pujangga di ujung sana berpuisi.

Lantas bagaimana rasanya

Membaca kata-kata hasil seni

Seonggok besi?

Cangker Sholihuddin
Cangker Sholihuddin Alangkah indah langkah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email