Allan Karlson kali ini memasuki usia yang ke-101 tahun dan kembali melakukan petualangan yang sangat seru dan menggemaskan. Berbeda dengan petualangannya ketika kabur dari rumah lansia yang memang sudah direncanakan, petualangannya kali ini terjadi karena sebuah kecelakaan. Dan kali ini Allan tidak sendirian, ia bersama sahabatnya Julius Jonson. Dalam petualangannya yang tidak disengaja ini, terselip kisah tentang kekacauan politik dunia akibat kebodohan para pemimpin.
Allan karlson dan Julius Jonson merupakan dua tokoh fiktif rekaan Jonas Jonasson, dalam bukunya yang berjudul “The Accidental Further Adventures of The 100 Year Old Man”. Jonas Jonasson melanjutkan kembali perjalanan Allan Karlson dengan tujuan mengingatkan kita tentang hal yang akan terjadi di abad 20. Karena, sering kali yang terjadi di masa depan hanyalah pengulangan dari kesalahan di masa lalu. Walaupun dengan sadar, dia tahu bahwa hal ini tidak akan mengubah dunia mejadi tempat yang lebih baik.
Pesan dalam buku ini sangat relevan dengan keadaan politik dunia saat ini. Kita disajikan kisah tentang kekacauan politik dunia akibat kebijakan yang diambil secara serampangan. Selain itu, Jonas Jonasson juga memperingatkan kita tentang kekacauan politik lainnya, seperti korupsi, teroris, pengungsi (imigran), nuklir, pemilu, dan tak lupa tentang hoaks. Jonas Jonasson juga menyinggung tentang perubahan perilaku manusia saat ini dalam bersosial, yang diakibatkan dari adanya gawai. Seluruh kisah tersebut dibawakan dengan kisah humor, tetapi tidak mengurangi esensi dari pesan yang ingin disampaikan.
Berawal dari kejenuhan dua orang kakek yang hanya menghabiskan waktunya hanya dengan bersantai di tepi pantai dan berfoya-foya–tinggal di sebuah hotel di Bali. Suatu hari Allan Karlson mengundang artis dari Amerika bernama Harry Bellafonte untuk merayakan ulang tahun sahabatnya, Julius Jonson. Kemudian Allan Karlson merasa tertarik dengan suatu benda yang dibawa oleh Harry Bellafonte, yaitu sebuah tablet. Dan ia memutuskan untuk membeli benda yang sama.
Hari-hari Allan Karlson dan Julius Jonson yang sebelumnya sangat membosankan, menjadi lebih membosankan lagi, sebab Allan selalu sibuk dengan tabletnya. Jika sebelumnya Allan dan Julius sering berdiskusi satu sama lain, kini hal itu jarang terjadi. Allan menyadari bahwa ia terlalu fokus pada tabletnya dan sering mengabaikan sahabat satu-satunya, Julius. Namun, apa daya ia tak bisa lepas dari tabletnya. Untuk itu, Allan sering menceritakan informasi dari berbagai penjuru dunia yang ia dapat dari tabletnya kepada Julius. Meskipun Julius tidak pernah tertarik dan tak pernah menanggapi.
Menjelang usia Allan yang ke-101, sebagai sahabat, Julius berencana menyiapkan pesta untuk Allan. Terutama karena ia merasa berhutang pada Allan yang sebelumnya telah merayakan ulang tahunnya. Salah satu rencananya, Julius menyewa balon udara untuk dinaikinya bersama Allan untuk menikmati pemandangan pulau Bali dari ketinggian. Ketika Julius dan Allan sudah menaiki balon udara tanpa didampingi siapapun, Julius bermain-main dengan tuas pada balon udara, dan sialnya hal tersebut membuat balon udara terbang. Tanpa pilot mendampingi Allan dan Julius, balon udara terbang semakin tinggi. Hal tersebut diperparah dengan tiupan angin yang kencang. Dari sinilah petualangan Allan dan Julius bermula.
Diawali pertemuannya dengan Kim Jong Un, Allan mengaku-ngaku sebagai ahli nuklir. Kim Jong Un marah besar, setelah tahu telah ditipu seorang kakek berusia 101 tahun. Allan berhasil kabur dari Korea Utara berkat bantuan Menteri Luar Negeri Swedia. Di sini Jonas Jonasson menggambarkan Kim Jong Un sebagai pemimpin yang narsis, arogan, otoriter, dan memiliki toleransi yang sangat sedikit serta gampang marah.
Sampai di Amerika, Allan bertemu dengan Donald Trump. Oleh Jonas Jonasson, Donald Trump diperlihatkan sebagai pemimpin yang sangat bodoh dan tidak memiliki kapasitas sebagai presiden sebuah negara adidaya. Sering melakukan blunder, baik dalam mengambil kebijakan maupun dalam setiap pidatonya yang berulang kali memberikan pernyataan yang salah. Selain itu, Donald Trump juga dengan jelas disebut sebagai pemimpin yang terganggu kesehatan mentalnya karena memiliki emosi yang tidak stabil.
Hal menarik lainnya adalah ketika membahas tentang Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ternyata Rusia banyak memainkan peran dalam kekacauan politik yang terjadi di dunia. Mulai dari terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika, yang ternyata banyak dipengaruhi oleh berita palsu yang diciptakan pihak Rusia. Putin bertujuan untuk membuat kekacauan politik dan ekonomi di Amerika, sehingga Rusia bisa memiliki pengaruh besar terhadap dunia.
Selain itu kebijakan-kebijakan Korea Utara banyak diatur oleh Rusia, sebagai imbalan dari bantuan ekonomi pihak Rusia terhadap Korea Utara yang mendapat sanksi PBB akibat kebijakan nuklirnya. Rusia juga memiliki peran terhadap keluarnya Inggris dari Uni Eropa, serta masih banyak kekacauan politik lainnya dan masih banyak kisah menarik lain tentang pertemuan Allan dengan pemimpin dunia.
Namun, bagian paling menarik menurut saya adalah bab terakhir. Di mana pesannya begitu reflektif. Pertama tentang perubahan sikap, jika sebelumnya Allan Karlson digambarkan sebagai kakek tua yang ramah dan menyenangkan, di sini ia digambarkan sebagai sosok yang menyebalkan karena terlalu asyik dengan gawainya. Ia menjadi sosok yang kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya, tetapi justru mengkhawatirkan kejadian-kejadian yang jauh dari jangkauannya.
Selain itu Allan juga menyadari dampak dari gawai yang menyebabkan kemampuan intelegensi seseorang semakin menurun, terutama dalam hal berbincang. Arus informasi juga membuat kecerdasan dan kebenaran semakin tidak populer. Semakin susah untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Karena yang menentukan adalah seberapa viral informasi tersebut diberitakan.