Vape bukan lagi benda mahal yang sulit didapat. Di pedesaan pun alat penghantar nikotin elektronik yang ukurannya sangat compact dan kokoh ini mudah ditemui.
Munculnya vape di lingkungan saya beberapa tahun lalu diwarnai dengan perdebatan konyol. Ada beberapa teman yang beralih dari rokok konvensional, ada juga yang tetap merokok tembakau dengan dalih mendukung petani lewat tembakau dan negara lewat cukai. Perdebatan antar sesama ahli isap dan mengeluarkan asap ini merembet sampai pada klaim mana yang lebih baik, mana yang lebih sehat, dan mana yang hemat.
Saya tidak mempermasalahkan ahli isap tentang bagaimana mereka mengisap; sedalam apa, sebanyak apa, dan sekuat apa. Toh, mulut dan paru-paru itu milik mereka. Sudah banyak yang menjelaskan bahwa mendebat seseorang untuk berhenti ngudud adalah buang-buang waktu.
Akan tetapi, lama-lama saya mangkel karena para ahli isap tersebut nggak sadar diri dengan apa yang mereka embuskan. Terlebih, ahli isap yang menggunakan vape; sekali isap saja sudah bisa membuat kamar berukuran 4×4 meter penuh dengan asap, seolah sedang ada fogging untuk membunuh nyamuk secara massal. Bayangkan jika orang nge-vape kayak orang merokok konvensional: mirip kereta api atau cerobong asap pabrik yang muntah asap. Kalau mereka bisa menelan asapnya, sih, tentu bukan masalah.
Baca juga:
Kemebul yang tidak pada tempatnya ini bukan hanya mereka lakukan sendiri di kamar atau ruangan sempit, tapi juga tempat-tempat ramai. Mereka tetap santai nge-vape bahkan ketika orang-orang di sekeliling menutup hidung hingga batuk-batuk. Anehnya, yang pindah bukan orang yang ngebul, tapi orang-orang yang sebelumnya sudah ada di sana sebelum si ahli isap. Pemandangan seperti ini lazim dijumpai di warung kopi.
Kalau para ahli isap belum menangkap kode dari sekelilingnya untuk menghentikan aktivitas nge-vape mereka, saya akan bantu menerjemahkan beberapa di antaranya. Semoga setelah ini mereka peka.
1. Ada perempuan hamil dan anak kecil
Hal ini mutlak, ibu hamil itu membawa janin di perutnya. Keterlaluan kalau masih ada yang menggunakan vape di dekat mereka. Hanya orang yang nggak punya empati yang melakukannya. Kayak koruptor!
2. Ada orang yang tiba-tiba menutup hidung
Coba perhatikan, sebelum kalian datang, adakah yang sudah mengenakan masker? Lalu, ketika kalian menyalakan vape, ada berapa orang di sekitar yang tiba-tiba menutup hidung dan mengenakan masker? Atau, mengipaskan buku dan tangan guna mengusir asap? Kalau sudah begitu, tandanya dia nggak nyaman dengan asap kalian. Berhenti ngevape atau pindahlah ke tempat yang jauh!
3. Jangan mengembuskan asap di depan muka orang, sama-sama ahli isap maupun tidak
Kalau ada yang bercandanya seperti ini, nggak usah diajak berteman! Posting saja mukanya di marketplace atau ajak gelut. Saya pernah hampir berkelahi dengan teman yang sengaja meniupkan asap vape di depan muka saya.
4. Ada orang yang terbatuk-batuk
Beberapa orang, kalau terkena asap berlebihan, akan batuk-batuk, bahkan sesak napas. Kalau ada yang terbatuk karena asap vape, berhentilah, jangan kelewatan. Orang yang batuk berarti ada yang tidak beres di dalam dadanya. Apalagi, orang yang memiliki riwayat gangguan pernapasan. Terkena asap vape itu menyakitkan.
5. Jangan ngebul di ruangan sempit
Hal yang paling sering tidak disadari oleh para udud lovers adalah mem-fogging kostan teman. Asap fogging itu biarpun sudah hilang, baunya bisa masih tinggal berhari-hari setelahnya.
Saya bukan ahli isap. Saya tak rela mesti berbagi ruang hidup dengan asap-asap tersebut. Saya tak segan mengingatkan orang yang kebal-kebul tanpa tahu etika.
Ingat, ya, yang lebih penting dari memuaskan diri dengan hobi adalah bagaimana kita tidak merugikan orang di sekitar kita!
Editor: Emma Amelia