Saat ini mengajar anak inklusi.

Perempuan di Luar Jendela dan Puisi Lainnya

Rudi Setiawan

1 min read

Perempuan di Luar Jendela

Malam bergerak bagai cecak
yang tua, yang terluka
Aroma melati pecah di udara
menusuk hidung, menusukku

Tiba-tiba ada perempuan
yang mengoyak nyaliku
di luar jendela

Aku baca Al-Fatihah
dengan terbata-bata
Ia malah tertawa
Aku baca Ayat Kursi
dengan tersendat-sendat
Ia masih tertawa
Aku bacakan puisiku
yang gagal dimuat koran
Tawanya makin hahaha

(2022)

Kereta Api

Dari Lempuyangan ke Senen
kereta ini memulangkan kau dan aku,
sekaligus memberangkatkan perasaan kita menuju entah

Kita berada di jalur berbeda
Meski nyatanya kau duduk
di hadapanku, memukul sunyi
dengan tawamu—senyaring Genta

Hingga kereta ini
menembus azan magrib
dan perpisahan telah tiba
Kita turun—menuju pintu keluar
Meninggalkan kereta,
meninggalkan pertanyaan:
Mengapa Tuhan ada di mana-mana?

(2022)

Dari dalam Kereta Api

Mengenang ibu seperti melihat hamparan ranum padi. Semua yang kuning ialah kesedihan.

Dadaku bangku dengan sederet penumpang bertubuh besar. Mereka: orang-orang yang lari dari desa. Lalu melempar dadu di ibu kota.

Kereta yang aku naiki melaju cepat,
secepat tawa ibu yang hilang atau
sembunyi dari telingaku.

Sekarang semua yang kudengar terasa sedih: suara petugas yang menawarkan makanan atau minuman atau hal-hal
yang membuat isi dompetku lengang.

Di luar hujan turun seperti sesuatu
yang tak direncana. Kaca pun menjadi buram seumpama hari depan.

(2022)

STMJ

Aku tamu
tak jemu
ke kediaman-Mu

Aku pengembara
bersepatu bara
singgah pada

banyak wanita

Aku petualang
yang sembahyang
di tepi jurang

(2022)

Doa Pelamar Kerja

“Ya Tuhan,
Surat lamaran banyak kutebar
Tak satu pun ditangkap
Gedung pencakar langit.”

Ia bersimpuh ragu
Tangan setengah terbuka
Pandangan ke langit buta.

(2022)

Kekasihku Kedatangan Bulan

Kau sembur aku
dengan kata-kata api
Tapi dadaku tanah lapang
tak menolak siapa pun datang

Lebam kau bagi
sebab kubuat bulan tak purnama
pada malammu

Kini, di pinggangku
ada bekas duka kelabu.

(2022)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Rudi Setiawan
Rudi Setiawan Saat ini mengajar anak inklusi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email