Pemikul Salib dan Puisi Lainnya

Zar Mose

3 min read

YANG INGIN DISAMPAIKAN HIT UNTUK PEREMPUAN SETELAH ALMASIH

Jangan berhenti di goa ini jika lidahmu belum cukup matang untuk dipetik. Sebelum kau disebut benderang, lihatlah gelap di dalam kerongkonganmu. Serupa Obor kelak kau akan memakan bayangmu dengan lahap. Lihatlah seorang anak merangkak keluar dari kerongkonganmu. Ia mencari hangat kulit ibunya. Siapkah kau mengeluarkan anak ini dari tubuhmu agar ia bisa berbicara mewakilimu? Kau api yang membakar sekujur tubuhmu dan anakmu karib dengan terang benderang. Tulangmu akan meruncing menjadi kapak menghancurkan segala yang bertaring. Tamar, ibumu masih membawa sekantung gandum, keju susu domba, dan marjoram untuk menjaga lonceng gereja terus berdentang. Tuhan tak berpaling dari tangan-tangan anak-Nya yang bersedekah berkat pada pelayan-Nya. Turunkanlah bintang-bintang bersama anakmu lalu letakkan di atas pengaltaran. Teguklah sedikit anggur dan sobek sepotong hosti untuk mendagingkan-Nya dalam rahim hijaumu. Peluklah tangan yang bersedekah berkat padamu, Puan. Kau dicintai seperti buah yang mendambakan turun ke dalam perut untuk menghidupkan lonceng gereja.

Tubuhmu bukanlah sebuah misteri. Ia akan turun untuk kali kedua, dan berkata, “Di sini—di tubuhmu—akan kubangun gerejaku.”

PEMIKUL SALIB

: untuk Flossie Wong-Staal, Antonín Holý, dan Tuhan (-Tuhan)

Kau berjalan pincang dengan jarum infus yang masih menancap di tangan kirimu. Kau berjalan menghampiri suster karena selain darahmu yang kian keruh dilempar kerikil waktu, suster adalah satu-satunya yang kaupunya.

Kau berusaha meraup tanah yang membuat serak suara. Kau hendak berkabar bahwa kau telah melihat malaikat berjubah cahaya.

Bangsal-bangsal sepi. Nyawa-nyawa asing, tapi saling mengenal sahabat karib; Bictegravir, Dolutegravir, Elvitegravir, Cytochrome P4503A, nampan besi, jarum infus, jarum suntik, anti-depresan, dan ustaz serta pendeta yang sekali sepekan datang berkunjung mengingatkan selalu ada pengampunan bahkan bila seluruh pembuluh darahmu merangkak ke dalam kantung infus.

Nyawa-nyawa asing yang hanya transit untuk lekas pulang. Suster yang digaji mahal untuk menggantikan tugas malaikat maut saat bertandang. Nabi-nabi berbaju putih dengan mukjizat menahan kematian datang.

Banyak mesias di sudut-sudut kota suci ini. Tiang infus itu: kau ingin memikulnya sendiri. Kau ingin menjadi yang paling mesias, yang paling suci. Kau mengitari koridor yang gelap seperti waktu yang melumat lamban bongkahan memori. Kau terbungkuk-bungkuk dengan napas yang tercecer menanggung tiang infus yang kaupikul. Pelan-pelan seluruh darahmu merangkak ke kantung infus. Kau menjadi putih seolah pembuluh darahmu telah dibasuh sucinya air dari puting susu. Kau melihat malaikat!

Suster, aku melihat malaikat di ujung koridor!

Suster! Akhirnya! Seekor unta berhasil masuk melewati lubang jarum!

SURAT REGENERASI TUHAN

Untuk meneruskan tradisi regenerasi Tuhan, atas keputusan yang diketuk palu melalui tangan-tangan yang dipercaya Yang Paling Mahakuasa, kuasa untuk melahirkan Tuhan-Tuhan baru dengan resmi dan kudus telah dibuka. Bacalah persyaratan-persyaratan berikut jika kamu ingin menjadi kandidat-kandidat Tuhan selanjutnya:

Berusia minimal 22 tahun, maksimal 50 tahun untuk laki-laki. Untuk perempuan dihitung sejak pertama kali menstruasi hingga kehilangan keperawanan. Bagian dari agama yang memiliki kredo monoteistik yang berlaku global. Jika kamu seorang Pagan, hendaknya kamu memiliki sertifikat Surat Bukti Suci dari Junub dan telah mengikuti Program Kenabian di institusi resmi.

Bukan bagian dari LGBTQ+. Dibuktikan dengan tes psikologi. Tidak mengidap HIV/AIDS. Seorang Tuhan harus berusia panjang dan mampu melakukan regenerasi—melahirkan nabi-nabi baru untuk diangkat menjadi Tuhan-Tuhan selanjutnya (12:X). Tes HIV/AIDS akan dilakukan langsung oleh imam-imam di posko distrik masing-masing.

Bukan keturunan anggota maupun simpatisan PKI. Dibuktikan dengan tes DNA. Calon kandidat yang pernah bergabung ke dalam organisasi yang berafiliasi dengan Badan Anti-Semite tidak perlu melalui proses pembaptisan.

Calon kandidat perempuan harus memiliki sertifikat Bukti Keperawanan dari imam-imam yang telah ditunjuk di distrik masing-masing.

Hewan yang diajukan sebagai kandidat Tuhan hanya meliputi; hewan ternak seperti sapi, lembu, babi, kambing, dan biri-biri; reptil hanya boleh diajukan sebagai kandidat bila sudah terhitung sebagai spesies langka; bangsa burung hanya meliputi burung nokturnal.

Demikian pengumuman ini kami digitalkan agar masyarakat yang berminat segera mempersiapkan diri.

Mari langitkan Tuhan-Tuhan baru.

(Nusantara, 1 Juni 2543)

SEPOTONG PAPIRUS

Kelak burung nazar akan bermigrasi ke dalam kandang-kandang yang telah dirakit oleh Nuh di atas bukit. Kita akan menjadi saksi banjir paling Maha yang ikut menggenangi kelopak mata kita. Rembesan anggur pada kantong kulit kambing yang belum tertambal menjadi badai hujannya. Seisi kota akan mengangguk-anggukkan kepala tanpa sadar satu per satu dari mereka telah menyerupai gulungan ombak yang saling menghantam. Di atas tarian air bah ini, kita bisa tidak sengaja lupa tentang janji-janji dahulu, berpura-pura ada prioritas nyawa yang harus diselamatkan. Kita asing dalam kulit yang tak lagi mengenal bahasa tubuh masing-masing. Tapi mata kita, dalam genangan, masih mencari satu sama lain.

KARENA INI HANYA BISA DISAMPAIKAN SEPOTONG-SEPOTONG

I.
Setelah dinyatakan positif HIV, Andre overdosis menenggak sebotol paracetamol. Ia ingin merenggut nyawanya sebelum virus merenggut nyawanya.

II.
Akhir 2021, FDA (Foods and Drugs Administration, Amerika) mengumumkan EBT-101, obat untuk menyembuhkan HIV, siap diujicobakan. Yang muncul di pikiranku, bila saja Andre mau bertahan barang beberapa saat, mungkin, ia akan melanjutkan hidup bersama laki-laki yang begitu tulus mencintainya.

Dan, barangkali, suatu hari, dari peluk hangatnya akan berlarian anak-anak lucu yang menyambutku gembira, “Paman Zar! Paman Zar! Paman Zar pulang!”

Dan kita akan merayakan Natal bersama.

III.
Tepat sebelum aku kembali merantau ke Semarang, aku bertemu dengannya. Dari bola matanya pecah beku yang lama ia sembunyikan. Ia menangis memelukku, “Zar, janji kalau kamu akan memiliki kehidupan yang lebih baik dariku di Semarang.”

Dan aku berjanji.

Dan aku membenci semua orang yang memanggilnya perempuan. Sebab ia adalah laki-laki terkuat yang pernah berjalan di muka bumi. Dan aku berjanji, “Suatu hari kamu akan bertemu tubuhmu. Suatu hari kamu akan terbang tinggi. Suatu hari. Suatu hari.” Malam terbalik, sayap pesawat masih belum menukik menghampiri.

IV.
Anjani memutuskan menjadi seorang biarawati. Sebab hanya dengan begitu, cinta kasihnya pada perempuan dapat tersalurkan: melaui cinta pada Bunda Maria, tanpa takut dianggap berdosa.

Kita masih beberapa kali berbincang-bincang. Melalui suaranya, kubaca retak kaca sedikit demi sedikit menggema dan mengiris lengkung bibirnya.

V.
Di tempat aku mengajar gelar sarjana sastra, mata kuliah Teori Queer diampu oleh seorang perempuan cishet. Ketidaktahuannya mengamini gagasan pedofilia berada di bawah payung yang sama dengan komunitas queer.

VI.
Beberapa tahun lalu, Utami ditarik pulang ke rumahnya secara paksa untuk dimasukkan ke pesantren, diruqyah: diikutkan terapi agar “sembuh”. Sekarang, sama-sama kita dengar Utami bukan lagi Utami. Ia hilang ingatan—namun, satu yang tersisa darinya: Aisya. Nama itu masih ia sebut. Ia lebih mengenal “Aisya” daripada namanya sendiri.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Zar Mose

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email