Pelukan adalah Siasat untuk Tidak Bertemu Tuhan
Kuangkat minumanku untuk melunaskan duka dan keinginan untuk berhenti bernapas;
aku menemukan diriku terbungkus kehampaan.
Tiap tegukan yang masuk ke pembuluh darahku adalah prajurit untuk melawan kematian.
Pelukmu adalah siasat,
adalah laci yang menyembunyikan benda-benda tajam,
adalah pagar pembatas di tepi jembatan,
adalah seruan yang mengingatkan
bahwa aku tidak sendirian.
Aku menyusun pelukmu dan meletakkannya pada pintu kamar tidurku serupa mantra yang mengusir setan-setan di dalam kepalaku.
Tapi kepalaku adalah kriminal yang tidak seharusnya dibiarkan sendiri.
Aku berdiri di depan kaca dan menatap cinta dan nyala untuk hidup sedetik lagi.
Hingga detik menjadi menit.
Hingga menit menjadi jam.
Jam menjadi hari.
Hari menjadi minggu.
Minggu menjadi bulan.
Bulan menjadi tahun.
Tahun menjadi aku
yang belum bertemu Tuhan.
–
F32:2 Severe Depressive Episode Without Psychotic Symptoms
“But suicides have a special language. Like carpenters they want to know which tools. They never ask why build.” —Anne Sexton
Kau masih ingat cahaya yang berpendar pada mata silet, betapa tiap lekuknya menggodamu untuk ikut berdansa. Sapuannya meliuk memanggil denyut nadimu.
Sejak kapan luka selalu laku kaubeli dengan tanpa sadar?
Kesedihan membuat kau mengeluarkan ponsel dan membeli keramaian atau apa saja serupa dinginnya lengan almarhum ayah.
Sepi … produk paylater yang harus kau cicil dengan tempo waktu yang tak bisa ditentukan.
Sedang bahagia adalah bahasa ibu yang hangat tapi tak pernah mampir pada ujung telingamu.
Dalam perjamuan kesedihan
kau menemukan kau yang sedang
berusaha tidak memeluk kematian.
–
Pupuk Organik buat Segala yang Tahi Kucing
Kenangan mengendap di bawah langit-langit kamar dan baju-baju kotor yang berceceran di lantai,
serupa ampas kopi starling yang membuat GERD kamu kambuh.
Kamu menghitung waktu yang mendesakmu bertubi-tubi,
kamu cuma bisa kepayahan dalam putarannya.
Notifikasi Whatsapp dan aktivitas Spotify seringkali bikin kamu mules diaduk-aduk cemas;
ternyata semuanya sama, sama-sama berengsek, sama-sama tak enak.
Kamu memasukkan semuanya—kenangan tahi kucing, waktu yang serupa pacuan kuda, kecemasan yang bikin mules—ke dalam blender murahan yang bukan merk Vitamix pokoknya.
Setelahnya kamu siram ke tanaman lidah mertua, biar melebur jadi pupuk organik namaste-mindfulness;
biar tumbuhnya gak jahat-jahat amat kayak lidah mertua, katanya.
–
Laskar Cinta
Perasaan membelah diriku menjadi kepingan
Hari ini kuotaku habis terhisap arus putus cinta
Di depanku sutet mengalirkan aliran yang tak kalah deras tapi bukan aliran cinta
Bukan juga laskar cinta—kalau itu Dewa 19
Aku memasukkan kemuraman ke dalam paru-parumu agar kau batuk-batuk dibuatnya
Aku berharap paru-parumu terserang broken-kritis, penyakit yang hanya dialami oleh peselingkuh ulung
Kau akan kembali batuk-batuk mengeluarkan droplet-droplet penyesalan yang tidak ada gunanya, tidak ada maknanya
Kau mencoba mencari dokter untuk mengobati sakitmu yang kian hari kian parah
Di sebrang sini aku masih berkutat dengan gaslighting yang bukan istilah Jaksel ‘njir!
Kau makin yakin akan mampus dicabik-cabik penyesalan, tapi mencoba memanipulasi dirimu sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja
Aku yang telah menjadi kepingan mencoba menyusun diriku kembali dengan pelan dan welas asih seperti berusaha menyusun kembali kewarasan setelah dianggap over-reacting
Nanti giliran saldo gopay-ku yang akan habis untuk membayar jasa terapi putus cinta
Oh, laskar cinta tebarkanlah benih-benih cinta!
–
Nge-Bumble
Ada yang kosong di dalam dada:
hatiku yang serupa lingkaran rumpang.
Aku mencoba mengalihkannya dengan mengunduh kau dari dating app, masuk melalui jaringan wifi Indihome yang naik-turun seperti harga minyak goreng hari ini.
Muncul di layarku dengan penuh kekhilafan.
Wah Mz-Mz agency lagi.
Aku orangnya lelet.
Kau orangnya sat-set-sat-set ngajak cuddle.
Seperti nama buah, apa hayo? Avocuddle. Hehe. Nggak lucu—seperti playlist Spotify yang dibuat mantan bukan untukku.
Krek-krek. Aku patah hati.
Kamu over-reacting.
Halo, kok kamu nge-gaslight aku, sih?
Nggak bisa nempatin diri.
Padahal aku selalu bisa bawa diri, kecuali kalau GERD aku kambuh. Tahu-tahu ngeringkel muntah, seperti lihat IGS mantan.