Keluarga Bahagia
Di ruang bersalin bumi
seorang bapak bernama Seni
memiliki istri bertanda Bahasa
menunggu kelahiran anaknya: Sastra.
(2021)
Sekakmat!
Saintis: “apa gunanya Filsafat?”
Filsuf: “apa gunanya Sains?”
Saintis: “guna dari Sains adalah…”
Filsuf: “ya, itulah gunanya Filsafat!”
(2021)
Paradoks dalam Paradoks
Di beranda rumah ibadah,
tuhan melihat seorang ateis:
orang yang tak percaya tuhan
sedang meyakinkan agamawan
tentang betapa ia tak percaya pada
tuhan apalagi agama, dengan berseru:
“demi tuhan, saya ini ateis! a-t-e-i-s! ok?”
(2021)
Diktum Keadilan
Fiat Justitia Ruat Caelum: keadilan harus ditegakkan, meskipun langit akan runtuh. Meskipun tak akan ada keadilan di atas tanah yang sudah tuhan justifikasi—untuk menghukum Adam dan Hawa beserta keruntuhannya.
(2021)
Perihalku dan Hal-hal Lainnya
Pada akhirnya, kau akan bertanya-tanya dengan serius kepada ketidakseriusan di dalam keseriusanku. Perihal gelar yang tersemat di depan namaku: Dr. (H.C.) Genrifuckinaldy. Perihal alasan dan makna di balik Universitas Realitas yang menggelari namaku itu dengan gelar Humoris Causa.
Perihal kelahiran eksistensiku yang menjadi Plot Twist bagi esensi-esensi nirmakna. Perihal mulutku yang selalu berkata bahwa hidupku adalah film bergenre Tragikomedi yang meninggalkan begitu banyak Plot Hole di mata takdir dan pertanyaan-pertanyaan di atas kepalamu.
Perihal pikiranku yang tak mau diberi afiksasi lalu terpenjara dalam kode-kode bahasa tubuh pada tubuhku. Perihal pernyataan dariku bahwa kenyataan adalah bentuk paling Past Tense dari mimpi. Perihal everything starts with E ends with G. Perihal nothing starts with N ends with G.
Atau mungkin perihal hasratku untuk menghidupi sisa-sisa hidup dari hidupku yang lebih terlihat serupa Irregular Verb. Atau mungkin perihal frasa-frasa Vera Causa yang tak akan pernah kita ketahui Causa-nya. Atau bahkan perihal peribahasa Verba Volant Scripta Manent yang akan kubuktikan kebenarannya dengan menghunjam sang waktu tepat di jantungnya.
(2021)